Sukses

Ada Gas Berbahaya, Badan Geologi Larang Masyarakat Masuk Radius 3 KM dari Kawah Puncak Gunung Awu

Imbauan ini berlaku pula bagi pengunjung atau wisatawan karena potensi bahaya gas vulkanik konsentrasi tinggi serta lontaran batuan jika terjadi erupsi freatik

Liputan6.com, Bandung - Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) melarang masyarakat masuk dalam radius 3 Kilometer dari kawah puncak Gunung Awu, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara.

Menurut Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid, permintaan itu berlaku pula bagi pengunjung atau wisatawan karena potensi bahaya gas vulkanik konsentrasi tinggi serta lontaran batuan jika terjadi erupsi freatik yang tiba-tiba, tanpa didahului oleh gejala kenaikan aktivitas yang jelas.

"Radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya," ujar Wafid dalam siaran medianya ditulis Bandung, 3 April 2024.

Wafid menuturkan hingga tanggal 1 April 2024, pengamatan visual Gunung Awu menunjukkan aktivitas di permukaan masih berupa hembusan gas, tidak ada material batuan atau abu yang terbawa ke permukaan.

Sebelumnya pada periode Maret 2024 teramati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis dengan tinggi sekitar 5-100 meter dari puncak melalui pengamatan CCTV yang dipasang di daerah puncak.

"Terjadi kenaikan kegempaan yang diduga akibat pergerakan magma menuju kedalaman yang lebih dangkal," kata Wafid.

Hal ini ditandai dengan terekamnya rentetan Gempa Vulkanik Dalam (VA) dan Gempa Vulkanik Dangkal (VB) yaitu pada tanggal 22 Maret 2024 pukul 17.00 WITA (3 VA, 12 VB) dan pukul 19.15 WITA (7 VB).

Rentetan Gempa Vulkanik ini kembali terekam pada tanggal 1 April 2024 pukul 17.50 WITA (1 VA, 7 VB) dan pukul 20.45 WITA (2 VA, 7 VB).

"Energi gempa mengalami peningkatan yang terdeteksi dari grafik RSAM yang meningkat," ucap Wafid.

Pada Bulan Maret 2024 terekam 5 kali Gempa Tremor Non Harmonik (Tremor Frekuensi Rendah dengan frekuensi dominan sekitar 1.5 Hz) dengan lama gempa 40-95 detik, yang menunjukkan adanya peningkatan gempa-gempa permukaan.

Wafid menuturkan pemantauan perubahan fisik bentuk gunung (deformasi) Gunung Awu dengan mengunakan alat Tiltmeter sejak tanggal 25 Februari 2024 di stasiun puncak menunjukkan adanya inflasi (peningkatan tekanan).

"Pengamatan deformasi dengan menggunakan pemantauan GPS terdeteksi adanya inflasi (penggembungan) berarah radial yang mengindikasikan terjadi migrasi magma yang bergerak menuju permukaan," sebut Wafid.

Dari hasil pengamatan visual, kegempaan dan deformasi hingga akhir periode pengamatan, terdeteksi gejala kenaikan aktivitas vulkanik yang berkaitan dengan proses migrasi magma dangkal.

Selain itu, perlu diwaspadai kejadian-kejadian gempa dengan energi besar dan menerus yang berpotensi untuk mendobrak kubah lava dan mengakibatkan erupsi eksplosif.

"Potensi bahaya Gunung Awu yang mungkin terjadi berupa erupsi magmatik eksplosif menghasilkan lontaran material pijar dan atau aliran piroklastik, magmatik efusif menghasilkan aliran lava, maupun erupsi freatik yang didominasi uap, gas gunungapi maupun material erupsi sebelumnya," ungkap Wafid.

Potensi pembongkaran kubah lava dapat terjadi jika tekanan di dalam sistem magmatik mengalami peningkatan signifikan.

Sedangkan potensi bahaya lain berupa emisi gas gunungapi seperti karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), nitrogen (N2) dan metana (CH4).

"Seluruh gas tersebut dapat membahayakan jiwa jika konsentrasi yang terhirup melebihi nilai ambang batas aman," ucap Wafid.

Masyarakat juga diiminta mewaspadai bahaya aliran lahar di sungai-sungai yang berhulu dari puncak Gunung Awu pada musim penghujan.

Wafid menegaskan berdasarkan pemantauan visual dan instrumental hingga tanggal 2 April 2024, Badan Geologi menyatakan Tingkat Aktivitas G. Awu masih berada pada Level II atau Waspada.

Geografis Gunung Awu

Gunung Awu terletak pada posisi koordinat 3.6828460o LU dan 125.455980o BT. Puncak Gunung Awu berada pada ketinggian 1.320 m di atas permukaan laut.

Secara administratif, Gunung Awu berada di Pulau Sangihe yang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara.

Gunungapi Awu diamati secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunungapi (PGA) yang berlokasi di Jl. Radar Tahuna, Kecamatan Apeng Sembeka, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.

Gunungapi Awu memiliki interval erupsi berkisar antara 1 hingga 101 tahun. Erupsi terakhir terjadi pada Juni 2004, berupa erupsi magmatik menghasilkan kolom erupsi setinggi 3000 m di atas puncak. Tingkat aktivitas Gunung Awu adalah Level II (Waspada) sejak 25 Agustus 2022.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini