Sukses

Respons Polemik Kenaikan Harga Beras, Dedi Mulyadi: Pola Pikir Masyarakat Harus Diubah

Mantan Wakil Ketua Komisi IV DPR RI itu menilai pola pikir masyarakat juga perlu diubah agar bisa mengalokasikan keuangan secara baik

Liputan6.com, Purwakarta Harga beras yang terus naik terus menjadi buah bibir. Bahkan disebut-sebut kenaikan kali ini adalah yang tertinggi dalam sejarah Indonesia.

Kang Dedi Mulyadi (KDM) mengaku sempat mengecek langsung harga beras di salah satu pasar di Subang. Hasilnya stok beras biasa maupun premium masih aman meskipun harga merangkak naik mencapai Rp 18 ribu per kg untuk beras premium.

“Setiap hari makan nasi dari beras tapi tidak pernah menghargai sawah dan buruh tani. Terus-terusan beras harus murah tapi setiap hari perumahan, pabrik, ruko dibangun dengan menggusur sawah,” ucap Dedi Mulyadi, Selasa (27/2/2024).

Menurutnya hal tersebut seharusnya menjadi pelajaran bagi semua pihak agar tidak meremehkan keberadaan sawah. Sebab semakin berkurangnya luasan sawah akan menurunkan angka produksi yang berimbas pada harga beras.

Pria yang juga mantan Wakil Ketua Komisi IV DPR RI itu menilai pola pikir masyarakat juga perlu diubah agar bisa mengalokasikan keuangan secara baik dan tidak terjebak dalam konsumerisme.

“Harga skincare, rokok, HP, motor, baju naik diam saja tetap pada beli, giliran harga beras yang naik ribut semuanya serasa dunia mau kiamat,” ujarnya.

Ia mencontohkan, untuk satu kali membeli paket skincare orang rela mengeluarkan uang minimal Rp 150 ribu per bulan. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ubah Pola Pikir

Begitupun orang rela merogoh minimal Rp 20 ribu demi membeli satu bungkus rokok per hari.

Jika dibandingkan harga beras uang tersebut bisa untuk membeli minimal 10 kg beras. Sementara hitungan BPS dan Kementan tahun 2022 rata-rata orang mengkonsumsi beras 0,222 kg per hari yang artinya 10 kg beras bisa untuk sekitar 40-45 hari.

“Jadi utamakan itu bukan yang dipakai tapi yang diutamakan itu yang dimakan. Di kita itu suka terbalik mending makan hanya pakai sambal daripada tidak pakai gelang,” ucapnya.

Ke depan, kata KDM, tugas pemerintah tidak hanya memastikan ketersediaan dan meningkatkan produktivitas pangan tapi juga memperbaiki mindset atau pola pikir masyarakat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini