Sukses

Musim Hujan, Wilayah Gorontalo Sangat Panas, Ini Penjelasan BMKG

Jika di dalam ruangan suhu panas begitu terasa, bagaimana dengan orang yang beraktivitas di luar ruangan. Paparan sinar matahari langsung di Gorontalo terasa perih seperti mau membakar kulit.

Liputan6.com, Gorontalo - Meski sudah memasuki musim penghujan, wilayah Provinsi Gorontalo saat ini masih cenderung panas. Masyarakat tanah serambi madinah itu bahkan heran mengapa musim hujan, matahari terasa begitu panas.

Tidak sedikit warga yang berdomisili di Kota Gorontalo dan Kabupaten Boalemo merasakan panasnya matahari. Cuaca panas membuat orang mudah berkeringat meski berada dalam ruangan yang tidak memiliki pendingin.

Jika di dalam ruangan suhu panas begitu terasa, bagaimana dengan orang yang beraktivitas di luar ruangan. Paparan sinar matahari langsung di Gorontalo terasa perih seperti mau membakar kulit.

"Memang kadang hujan, tapi setelah hujan reda dan berganti dengan matahari, maka itu panasnya luar biasa," kata Merlin salah satu pegawai Honorer di Gorontalo.

Menurut Merlin, sinar matahari pagi dan siang tidak ada bedanya. Panasnya sama saja, mulai memasuki pukul 08:00 Wita, panasnya sudah mulai terasa.

"Pokoknya dari pagi memang sudah terasa panasnya," ujarnya.

Pengemudi becak motor (bentor) di Gorontalo juga merasakan hal yang sama. Mereka mengaku harus menyediakan air minum lebih demi mengurangi dehidrasi saat menarik bentor.

'Konsumsi air banyak, kami harus membawa air minum lebih dari biasanya. Saya pun heran, biasanya musim hujan suhu cenderung sejuk, ini malah panas," imbuhnya.

Simak juga video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kata Pengamat

Pengamat cuaca di Gorontalo Sumitro Ibrahim bilang, panas yang terjadi saat musim hujan disebabkan oleh beberapa faktor. Tergantung pada kondisi geografis dan iklim setempat. Beberapa penyebab umumnya melibatkan interaksi antara matahari, tanah, udara dan hujan.

Biasanya, setelah hujan, awan dapat bergerak menjauh, memberikan ruang bagi sinar matahari untuk mencapai permukaan bumi. Paparan sinar matahari langsung pada tanah yang basah akan menyebabkan pemanasan cepat.

Dengan kondisi ini, banyak air yang terserap oleh tanah atau masih berada di permukaan. Proses penguapan air ini membutuhkan energi panas, sehingga dapat menyebabkan peningkatan suhu udara di sekitarnya.

Selain itu, tanah yang basah memiliki konduktivitas termal yang lebih tinggi daripada tanah yang kering. Ini berarti tanah basah dapat dengan cepat menyerap dan menghantarkan panas, sehingga menyebabkan peningkatan suhu.

Hujan dapat meningkatkan kelembaban udara. Setelah hujan, kelembaban ini dapat berdampak pada suhu udara, memberikan suhu panas yang lebih besar, terutama jika suhu udara relatif tinggi.

"Panas saat musim hujan adalah fenomena alam yang umum terjadi dan dapat terjadi di berbagai wilayah. Faktor-faktor di atas dapat saling berinteraksi dan bervariasi tergantung pada kondisi mikro dan makro lingkungan setempat," tegasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.