Sukses

5 Tahun Tidak Menunjukkan Peningkatan Aktivitas Vulkanik, Gunung Slamet Naik Status Jadi Waspada

Status Gunung Slamet pada Kamis (19/20/2023) naik dari Normal menjadi Waspada. Adapun status ini naik usai lima tahun tidak menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik.

Liputan6.com, Bandung - Gunung Slamet di wilayah Jawa Tengah mengalami kenaikan status menjadi Level II atau Waspada. Gunung Slamet terbangun dari tidur panjangnya.

Status Gunung Slamet naik setelah lima tahun tidak menunjukan peningkatan aktivitas vulkanik. Gunung api ini kembali menunjukan peningkatan aktivitas vulkanik pada Oktober 2023.

Peningkatan aktivitasnya sendiri telah dibagikan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi dalam surat bernomor 458.Lap/GL.03/BGV/2023. Terhitung mulai 19 Oktober 2023 pukul 08.00 WIB gunung ini naik dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada).

Berdasarkan hasil evaluasi kegempaan Gunung Slamet pada Oktober 2023 meningkat dengan beberapa tanda. Di antaranya peningkatan amplitudo tremor menerus yang diikuti dengan terekamnya gempa tremor harmonik dalam durasi yang panjang.

Karena peningkatan amplitudo tremor yang secara terus menerus tersebut, menunjukan bahwa adanya peningkatan pemanasan air tanah dalam Gunung Slamet pada kedalaman dangkal. Kemudian terekamnya gempa termor harmonik dalam durasi panjang menunjukan adanya peningkatan embusan dalam Gunung Slamet.

Melalui pengukuran deformasi menunjukan terjadinya peningkatan tekanan pada tubuh Gunung Slamet serta adanya inflasi pada Stasiun tiltmeter Bambangan (Kabupaten Pemalang). Stasiun tersebut merupakan stasiun tiltmeter terdekat dengan puncak.

Hal tersebut menunjukkan tekanan telah bergerak menuju puncak Gunung Slamet atau berada pada kedalaman yang lebih dangkal dari sebelumnya. Perlu diketahui, tiltmeter sendiri merupakan alat pengukur deformasi gunung yang mempunyai fungsi untuk mendeteksi pengembungan atau pengempisan tubuh gunung.

Potensi ancaman bahaya Gunung Slamet saat ini adalah erupsi freatik dan magmatik yang dapat menghasilkan lontaran material pijar ke daerah sekitar puncak dalam radius 2 kilometer. Serta hujan abu dapat terjadi di sekitar kawah atau daerah yang ditentukan oleh arah dan kecepatan angin.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Imbauan untuk Masyarakat

PVMBG merekomendasikan kepada masyarakat dan pengunjung atau wisatawan untuk tidak beraktivitas dalam radius 2 kilometer dari bawah puncak Gunung Slamet.

Selain itu, BPBD saat ini akan terus memantau aktivitas perkembangan dari Gunung Slamet dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait. Di antaranya dengan Pos Pengamatan Gunung Api Slamet di Kabupaten Pemalang dan Cabang Dinas ESDM Wilayah Serayu Wilayah Slamet Selatan di Purwokerto.

Pihaknya juga mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk tetap tenang dan waspada setelah mendapatkan kabar ini. Serta jangan terpengaruh dalam berita-berita hoax terkait meningkatnya aktivitas Gunung Slamet saat ini.

“Kami imbau masyarakat tetap tenang dan waspada serta tidak terpengaruh terhadap berita hoaks yang berkaitan dengan peningkatan aktivitas Gunung Slamet,” ujarnya.

3 dari 4 halaman

Peningkatan Gunung Slamet Siklus Lima Tahunan

Melansir dari Antara, peningkatan aktivitas Gunung Slamet sering terjadi hampir setiap lima tahun sekali. Hal tersebut diakui oleh seorang tokoh masyarakat Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang dan mantan Kepala Pos PGA Slamet di Gambuhan bernama Sukedi.

Meski telah pensiun setelah 38 tahun bertugas di Pos PGA Slamet Gambuhan Sukedi ternyata masih sering mengamati aktivitas Gunung Slamet. Pasalnya rumahnya diketahui tidak jauh dari pos pengamatan.

Adapun ia memahami jika peningkatan aktivitas di Gunung Slamet terjadi hampir setiap lima tahun sekali. Masyarakat sekitar sering mengaitkan momentum tersebut dengan masa-masa pemilihan umum karena terjadi setiap menjelang pemilu.

Siklus lima tahunan tersebut juga terlihat dalam 20 tahun terakhir diantaranya pernah terjadi pada tahun 2004-2005, 2008-2009, 2014-2014, 2018-2019, dan tahun ini tepatnya di bulan Oktober naik statusnya dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada).

4 dari 4 halaman

Gunung Slamet Tertinggi Kedua di Pulau Jawa

Gunung Slamet merupakan gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa dan mempunyai nama berasal dari bahasa Jawa yang berarti Selamat. Pemilihan nama tersebut mempunyai harapan agar gunung Slamet tidak mengeluarkan letusan besar dan memberikan keamanan pada masyarakat sekitar.

Selain itu, Gunung Slamet juga dijuluki sebagai atapnya Jawa Tengah dan mempunyai puncak bernama Puncak Surono. Letak gunung ini secara administratif ada di 5 wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Pemalang, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Purbalingga.

Karakteristik dari Gunung Slamet adalah gunung api bertipe stratovolcano yang terbentuk akibat pertemuan antara lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia di bagian Selatan Pulau Jawa.

Tipe letusan Gunung Slamet adalah letusan abu disertai lontaran sekoria dan batu pijar serta terkadang mengeluarkan lava pijar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.