Sukses

Sedimentasi dan Alih Fungsi Lahan Ancam Ekosistem Sungai Serayu

Beberapa tahun terakhir, sedimentasi dari hulu menjadi momok menakutkan di Sungai Serayu. Lumpur dan meterial lain dikhawatirkan makin merusak ekosistem sungai

Liputan6.com, Banyumas - Beberapa tahun terakhir, sedimentasi dan alih fungsi lahan menjadi momok menakutkan di Sungai Serayu. Lumpur dan meterial lain dikhawatirkan makin merusak ekosistem sungai yang membentang mulai dari Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, hingga Cilacap, Jawa Tengah

Karenanya, komunitas sungai mendesak agar pemerintah dan pihak terkait lainnya memiliki sikap tegas untuk mengantisipasi makin rusaknya ekosistem sungai.

Ketua Forum Rembug Masyarakat Pengelolalan Sumber Daya Air Serayu Hilir, Eddy Wahono mengatakan salah satu yang paling mendesak adalah penanganan alih fungsi lahan di hulu Sungai Serayu, yang meliputi Kabupaten Kabupaten Banjaregara hingga Wonosobo.

Kata dia, wilayah tangkapan air yang semula adalah kawasan hutan kini telah berubah menjadi area pertanian musiman.

“Permasalahan menjadi mengemuka, dikarenakan, utamanya adalah alih fungsi lahan di darah hulu. Di mana daerah hulu itu menjadi daerah utama tangkapan air," kata Eddy, beberapa waktu lalu.

Akibatnya, erosi dan sedimentasi di sungai makin parah. Sedimen yang menumpuk di bandung PLTA Mrica kemudian menyebabkan persoalan baru, yakni menurunnya fungsi PLTA. Karena itu, beberapa waktu terakhir ini pengelola Bendung Mrica PT Indonesia Power melakukan flushing atau pembuangan lumpur ke hilir Sungai Serayu dan menyebabkan kematian ikan dan beragam hewan lain.

"Jadi catchment area sudah mengalami kerusakan. Sehingga itu menyebabkan aerosi, banjir dan gelontoran sedimen yang memenuhi sungai,” ujar dia.

Menurut Eddy, konservasi wilayah hulu harus dilakukan untuk menghambat makin cepatnya laju kerusakan ekosistem sungai. Selain itu, metode pembuangan lumpur di PLTA juga harus dikaji ulang. Lebih baik, lumpur atau sedimen di bendung PLTA Mrica diangkat ke darat agar tidak menyebabkan dampak besar di area hilir.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dampak Penggelontoran Lumpur

Sedimentasi dan flushing yang dilakukan PLTA Indonesia Power di Bendung Mrica, Banjarnegara juga berdampak ke sektor lainnya.

Permasalahan sedimentasi ini menjadi topik hangat dalam diskusi review dokumen rencana pengelolaan sumber daya air wilayah sungai Serayu Bogowonto yang dilaksanakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak Yogyakarta pada pada hari selasa 27 Juni 2023 melalui Zoom meeting.

Peserta zoom terdiri dari para stakeholder perwakilan pemerintah pusat, BUMN, BUMD, dinas terkait di propinsi jawa tengah, perwakilan dinas kabupaten Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen dan Purworejo serta perwakilan masyarakat yang ikut serta dalam pengelolaan sumber daya air.

Alamsyah Andriptoni kepala bagian produksi perumdam Tirtawijaya kabupaten Cilacap mengemukakan bahwa sejak peristiwa flushing DDC PLTA Indonesia Power pada bulan April 2022 pihaknya harus selalu melaksanakan pembersihan pengerukan lumpur pada irigasi intake PDAM Kesugihan Cilacap rutin 6 bulan sekali yang sebelumnya dilakukan 3 tahun sekali.

Biaya operasional pengolahan air untuk meningkatkan kualitas air pada pelangganpun jadi semakin besar. Karena hanya dengan adanya hujan kecil saja terjadi peningkatan kekeruhan hingga mencapai batas 3.000 NTU yang bisa berlangsung lebih dari 48 jam di saluran irigasi.

3 dari 3 halaman

Rencana Pengelolaan SDA Sungai Serayu Bogowonto

Narasumber dalam diskusi review Dokumen Rencana Pengelolaan sumber daya air wilayah sungai Serayu Bogowonto diwakili oleh penyedia jasa Tri Budi dari PT Darma Dedama Cipta Consultants bekerja sama dengan Pt Satria Karsa Mudatama.

Tri Budi menekankan tentang implementasi Konservasi, pendayagunaan, pengendalian daya rusak air, sistem informasi serta pemberdayaan dan peningkatan peran stake holder, di mana merupakan pilar dalam keberhasilan pengelolaan sumber daya air.

Perubahan yang terjadi ke lingkungan adalah terjadinya erosi dan sedimentasi dan banjir di beberapa daerah aliran sungai, perubahan kebijakan PSDA nasional dan regional, adanya perubahan tata ruang wilayah serta perubahan skenario dan alternatif strategi dalam pola pengelolaan sumber daya air

"Dengan dibangunnya bendungan Bener rencana transfer air baku lintas wilayah sungai dari DAS Bogowonto ke DAS Progo sebesar 700 liter/detik, Transfer air dari mata air Lambeyan DAS Serayu di kabupaten Banyumas ke kabupaten Pemalang sebesar 20 liter/detik," ucap Tri Budi.

Menurut dia, review kebutuhan dan ketersediaan air baku, irigasi, industri telah disesuaikan dengan kondisi eksisting dan capaian pelaksanaan RPSDA di wilayah sungai Serayu Bogowonto. Proyeksi kebutuhan air disesuaikan dengan pola ruang pada RTRW, banjir di DAS Ijo Tipar, Telomoyo, Luk ulo, Donan, Serayu, Cokroyasan, Wawar dan Bogowonto.

"Memerlukan upaya yang lebih strategis dan implementatif dengan memperhatikan perubahan iklim, kerusakan alam dan alih fungsi lahan, permasalahan degradasi dan erosi yang sangat tinggi disepanjang DAS Serayu khususnya didaerah hulu mengakibatkan pendangkalan serius di Waduk Mrica," ucap dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.