Sukses

Kisah Panjang Ayam Taliwang yang Bawa Misi Perdamaian

Umumnya, ayam taliwang disajikan dengan nasi putih hangat, pelecing kangkung, dan beberoq.

Liputan6.com, Lombok - Masyarakat Suku Sasak yang merupakan etnis mayoritas di Lombok memiliki sajian kuliner khas yang disebut ayam taliwang. Ayam ini dibuat dari ayam kampung muda dengan bumbu pelecingan dan pelalah.

Cita rasa yang kuat menjadi ciri khas sajian ini. Beberapa orang juga menyukai ayam taliwang dengan rasa lebih pedas dengan menggunakan bumbu pelecingan.

Bumbu tersebut dibuat dari cabai merah kecil, terasi, garam, dan kemiri. Adapun untuk bumbu pelalah dengan rasa yang tidak terlalu pedas dibuat dari santan dan sedikit terasi, lalu digoreng bersama ayam yang sudah dipotong.

Umumnya, ayam taliwang disajikan dengan nasi putih hangat, pelecing kangkung, dan beberoq. Beberoq adalah lalapan terong, timun, dan bawang merah yang dirajang lalu dicampur dengan bumbu sambal tomat).

Selain dibakar, ayam taliwang juga bisa diolah dengan cara digoreng. Mengutip dari indonesiakaya.com, nama ayam taliwang diambil dari asal muasal makanan ini.

Ayam taliwang pertama kali diperkenalkan oleh masyarakat Karang Taliwang, Mataram, Nusa Tenggara Barat. Masa itu adalah masa perang antara Kerajaan Selaparang dan Kerajaan Karang Asem, Bali.

Kala itu, Suku Sasak yang mayoritas beragama Islam, menempati sebagian besar Lombok. Sedangkan orang Bali (etnis terbesar setelah Suku Sasak) yang mayoritas memeluk agama Hindu, menempati wilayah Lombok Barat dan Lombok Tengah.

Dalam jurnal penelitian 'Pemberontakan Rakyat Sasak Terhadap Kerajaan Bali di Lombok Tahun 1891-1894' oleh Mohammad Tanwir, orang-orang Bali di daerah Lombok adalah keturunan dari Kerajaan Karangasem. Kedatangan etnis Bali di daerah Lombok mulai berlangsung pada abad ke-17 M, di bawah koordinasi kerajaan Karangasem, Bali.

Mereka mengirim pasukan pendahulu yang beragama Islam di bawah kepemimpinan Patih Arya Sudarsana di Kerajaan Selaparang bagian timur. Kedatangan pasukan pendahulu yang beragama Islam ini tidak menimbulkan simpati di hati masyarakat Sasak yang mayoritas juga beragama Islam.

Sebaliknya, konflik justru timbul antara Patih Arya Sudarsana dengan pihak Kerajaan Selaparang yang mengarah pada peperangan. Pasukan Patih Arya Sudarsana akhirnya terdesak keluar dari wilayah Kerajaan Selaparang berkat adanya bantuan dari pasukan Sumbawa di bawah kepemimpinan Amasa Samawa pada 1723-1725 M.

Bekas prajurit Sumbawa ini lalu memilih untuk menetap di Lombok dan menjadi cikal bakal dari penduduk Desa Jantuk, Saren Rembuk, Kuang Berore, Moyot, Kembang Kerang, yang berbahasa Taliwang. Saat ini mereka berada di wilayah Lombok Timur.

Patih Arya Sudarsana beserta pasukannya menyingkir dan bergabung dengan Kerajaan Pejanggik. Hal itu menyebabkan putusnya hubungan Kerajaan Pejanggik dan Kerajaan Selaparang sebagai kerajaan induk.

Hal itu sekaligus menguntungkan Kerajaan Karangasem, Bali. Dalam laman resmi kebudayaan.kemdikbud.go.id tertulis, untuk membantu usaha perdamaian dengan Kerajaan Karangasem, pasukan dari Kerajaan Taliwang pun didatangkan oleh Kerajaan Selaparang.

Pasukan ini menempati daerah yang disebut Karang Taliwang dan memiliki tugas untuk melakukan pendekatan pada Raja Karangasem agar pertempuran bisa diakhiri dengan damai. Hal ini juga dilakukan agar peperangan yang banyak menimbulkan kerugian harta benda dan nyawa ini tidak terus berlanjut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berbagai Kalangan

Misi perdamaian tersebut diisi dengan gabungan berbagai kalangan, antara lain para pemuka agama Islam, juru masak, dan juru kuda yang masing-masing memiliki tugas berbeda. Adapun juru masak bertugas menyiapkan logistik bagi para pemimpin perang dan prajurit.

Salah satu tugas mereka adalah menyiapkan ayam pelalah manok yang dibakar dengan bumbu-bumbu tertentu. Bumbu-bumbu itu dihasilkan dari alam sekitar, seperti bawang putih, bawang merah, terasi, cabai, dan garam.

Makanan tersebut kemudian diolah sesuai dengan selera etnis Sasak Lombok yang menyukai rasa pedas.Ayam pelalah manok ini biasanya dihidangkan saat upacara adat atau keagamaan Suku Sasak.

Ayam pelalah manok inilah yang kemudian menjadi cikal bakal ayam taliwang yang saat ini banyak dikenal. Ayam taliwang pun mulai dikenal luas sekitar 1960-an.

Saat itu, salah seorang warga desa Karang Taliwang menjual nasi ayam pelalah yang akhirnya lebih dikenal dengan sebutan ayam taliwang. Tak hanya terkenal di Lombok, menu ayam taliwang kini bisa dengan mudah ditemui di berbagai sudut nusantara.

(Resla Aknaita Chak)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini