Sukses

25 Tahun Pasca Reformasi, Jalan Pinogu-Bonebol Tak Kunjung Diperbaiki

Meskipun indonesia banyak berubah pasca reformasi, itu tidak dirasakan oleh masyarakat Kecamatan Pinogu, Bone Bolango (Bonebol).

Liputan6.com, Gorontalo - Dua puluh lima tahun setelah peristiwa reformasi, terjadi banyak perubahan untuk Indonesia. Peristiwa yang meruntuhkan kekuasaan Orde Baru (Orba) banyak memberikan dampak di berbagai lini.

Mulai aspek, politik, sosial, budaya, ekonomi dan hukum. Dalam momentum itu, Indonesia terus melakukan berbagai pembenahan diri dari krisis yang melanda berbagai sisi kehidupan masyarakat.

Meskipun kondisi Indonesia banyak berubah pasca reformasi, ironisnya hal itu tidak dirasakan masyarakat Kecamatan Pinogu, Bone Bolango (Bonebol). Kecamatan yang berada di tengah Hutan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) tersebut, masih jauh dari kata berubah.

Selama 25 tahun atau seperempat abad pasca reformasi, masyarakat Pinogu masih mengalami kesulitan akses jalan raya. Warga Pinogu yang hendak pergi ke kota maupun ke pusat pemerintahan Bonebol, harus berpikir panjang. Selain aksesnya berada di tengah hutan, rusak hingga biaya tarif ojek yang begitu mahal menjadi kendala utama mereka.

Kendati begitu warga Pinogu menganggap bahwa hal tersebut adalah hal yang biasa. Upaya untuk memperjuangkan akses jalan tak selalu berbuah manis. Kerap dikecewakan pemerintah, situasi itu kadang membuat warga tinggal menyalahkan keadaan.

Tetapi mereka sadar, menyerah bukan jawaban. Jika tidak berjuang, bagaimana cara mereka memperjuangkan kecamatan yang disebut dengan negeri para leluhur tersebut.

Dibutuhkan fisik yang prima jika hendak turun dan menuju ke kawasan Pinogu. Selain letaknya yang terpencil, akses jalan yang rusak dan terjal menuju kecamatan itu semakin mempersulit warga yang lewat, apalagi saat musim hujan.

Pohon tumbang dan tanah longsor sesekali menjadi ancaman bagi mereka warga Pinogu saat pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan. Belum lagi, binatang buas yang ada di hutan TNBNW, bisa membahayakan nyawa mereka.

"Musim hujan memang menjadi salah satu tantangan bagi kami. Jalan yang rusak yang berlumpur menjadi tantangan berat kami," kata Santo, salah satu warga Pinogu yang menjadi tukang ojek di kawasan Pinogu.

"Biasanya kalau hujan terus-menerus, jalan akan longsor dan bisa jadi mengancam kami yang melintas. Kami berharap pemerintah jangan hanya diam," tuturnya.

Simak juga video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perjuangan Tukang Ojek

Untuk pergi ke Pinogu terdapat dua alternatif transportasi ke daerah itu. Berjalan kaki dan menyewa jasa ojek dengan motor yang sudah dimodifikasi khusus. Sementara kendaraan roda empat sama sekali tak bisa melintas.

Jika ingin berjalan kaki ke Pinogu, dibutuhkan waktu selama 8 jam dengan melintasi belantara hutan. Waktu tempuh bisa lebih lama jika pejalan kaki banyak beristirahat selama perjalanan.

Sementara untuk naik ojek, transportasi alternatif satu-satunya bila ingin tiba lebih cepat ke Pinogu. Namun, tarif sewa ojek tersebut terbilang cukup mahal.

Sulitnya medan yang harus ditempuh membuat ongkos ojek mencapai Rp700 ribu hingga Rp800 ribu untuk biaya pulang pergi. Tentu kondisi ini sudah dirasakan warga Kecamatan Pinogu selama puluhan tahun.

"25 tahun pasca reformasi, masyarakat pinogu hingga kini belum merasakan kemerdekaan yang sebenarnya. Dulu, para pejuang melawan penjajah, saat ini masyarakat Pinogu berjuang melawan kerasnya hidup," kata Yuriko Kamaru, tokoh masyarakat Bonebol.

Tidak hanya itu, jika ada warga Kecamatan Pinogu yang dirujuk ke rumah sakit, pasien tersebut tidak menggunakan mobil ambulans seperti pasien pada umumnya. Namun pasien tersebut harus dibawa menggunakan tandu dengan berjalan kaki sejauh 50 kilometer menuju Kecamatan Suwawa Timur.

"Nanti di situ, barulah pasien tersebut bisa menaiki mobil ambulans menuju rumah sakit. Paling sulit adalah pasien ibu yang akan melahirkan dan harus butuh penanganan operasi," ujarnya.

"Saya punya kesimpulan jika Pinogu tidak bisa hanya dipandang dari sisi politik, akan tetapi harus dilihat dari sisi keadilan sosial. Siapapun dia, wajib menyuarakan keluh kesah Pinogu." ia menandaskan.

Pinogu merupakan sebuah kecamatan terluas di Kabupaten Bonebol. Kecamatan ini merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Suwawa. Pada masa silam di Kecamatan Pinogu berdiri Kesultanan Suwawa pada 500 tahun yang lalu.

Selain dikenal dengan tanah leluhur, Pinogu juga terkenal dengan kopi pinogu yang khas. Selain komoditi kopi yang berlimpah, komoditi lain seperti beras dan jagung organik juga dihasilkan dari kawasan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.