Sukses

Kasih Sayang dan Kehadiran Negara untuk Anak-Anak Down Syndrome

Anak dengan down syndrome memiliki tingkat kemampuan belajar yang lebih rendah. Butuh Kasih saang dan kesabaran.

Liputan6.com, Temanggung - Air mata Rumiyati (53 tahun) menetes saat menceritakan keponakannya Yeni Ninganggaeni yang saban hari bekerja membantunya membungkus aneka kue jajanan pasar di rumahnya. Usia Yeni sudah 34 tahun, namun pola perilakunya masih seperti anak usia Sekolah Dasar.

Yeni memiliki keterbatasan dalam kemampuan baca tulis dan hitung (Calistung) namun sangat rajin bekerja membantunya. Dari Rumiyati, Yeni menerima upah sepuluh ribu rupiah untuk pekerjaan yang dilakukannya setiap jam sore selama kurang lebih satu jam.

"Awalnya saya harus berulang kali mengajari karena ya begini kondisi anaknya, kayak dianggap kurang gitu, tapi dia sangat rajin, tanpa disuruh, dia punya inisiatif buat mengerjakan ini itu," tutur Rumiyati penuh haru.

Selain membantu Rumiyati, Yeni juga membantu orang tuanya berjualan warungan kelontong. Namun skala usahanya masih kecil, sehingga belum bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Yeni adalah Orang dengan Down Syndrome. Dia merupakan salah satu Penerima Manfaat (PM) yang menerima bantuan pengembangan kewirausahaan dari Kementerian Sosial melalui Sentra Terpadu Kartini, di Temanggung, Jawa Tengah, Selasa (21/03/2023).

Bantuan kewirausahaan berupa pengembangan warungan kelontong tersebut diterima Yeni di kediamannya Desa Manggong, Kecamatan Ngadirojo, Temanggung.

Psikolog klinis Sentra Terpadu Kartini di Temanggung, Rika Nurhayati menjelaskan Orang dengan Down Syndrome memiliki kelainan genetik yang disebut Trisomi 21. Kelainan bawaan lahir ini menyebabkan gangguan tumbuh kembang baik secara fisik dan mental dengan ciri-ciri yang khas.

"Anak dengan down syndrome memiliki tingkat kemampuan belajar yang lebih rendah dibandingkan dengan anak lainnya. Tingkat hambatan pertumbuhan anak-anak dengan down syndrome ini juga berbeda satu sama lain," kata Rika.

Agar bisa tumbuh dengan baik dan memiliki kemandirian, diperlukan stimulus sejak usia dini. Dalam pelaksanaannya butuh kesabaran serta kasih sayang yang kuat dari orangtua dalam merawat anak down syndrome.

"Seperti Yeni, meski dia terbatas secara intelektual, tetapi keluarga tetap memberikan latihan aktivitas harian, seperti makan sendiri, mencuci sendiri, mengajak anak bersosialisasi sehingga Yeni mampu membantu orang tuanya berjualan dengan pendampingan," kata Rika. Negara Hadir

Kepala Sentra Terpadu Kartini di Temanggung, Iyan Kusmadiana menerangkan bantuan diberikan bertepatan dengan peringatan Hari Down Syndrome Sedunia ke-12. Bantuan tersebut merupakan upaya mewujudkan Inklusi Sosial bagi Orang dengan Down Syndrome. Langkah ini sekaligus untuk menyadarkan masyarakat bahwa orang dengan down Syndrom memiliki hak yang sama untuk berpartisipasi aktif serta dilibatkan perannya di berbagai bidang kehidupan.

"Hari ini kami memberikan bantuan untuk Yeni, sebelumnya kami juga telah memberikan bantuan usaha untuk orang dengan Down Syndrom, di kota Semarang, Kendal, dan menyusul kabupaten Wonosobo," jelas Iyan.

Sentra Terpadu Kartini di Temanggung, sudah 119 tahun memberikan layanan rehabilitasi sosial pada anak dengan disabilitas intelektual, salah satunya Orang dengan Down Syndrome.

"Tak hanya melakukan rehabilitasi sosial di dalam Sentra Terpadu, namun juga memberikan dorongan bantuan usaha yang diberikan pada penerima manfaat (PM) sesuai dengan kondisi dan hasil asesmennya," sambung Iyan.

Iyan menegaskan pemberian bantuan tersebut, merupakan upaya mengedukasi masyarakat dan mendukung orang-orang dengan down syndrome atau disabilitas lainnya untuk secara mandiri bisa berpartisipasi dalam segala aspek kehidupan.

"Masyarakat diharapkan tidak mendiskriminasi dan menstigma mereka sebagai orang yang tak berdaya, bersama kita peduli dan mendukung mereka."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.