Sukses

Tradisi Dandangan, Cara Masyarakat Kudus Sambut Ramadan

Tradisi dandangan merupakan warisan Sunan Kudus yang masih dilestarikan hingga saat ini.

Liputan6.com, Kudus - Masyarakat Kabupaten Kudus, Jawa tengah (Jateng) memiliki tradisi unik untuk menyambut datangnya bulan Ramadan. Tradisi jelang Ramadan masyarakat Kudus disebut dandangan atau dhandhangan.

Tradisi dandangan merupakan warisan Sunan Kudus yang masih dilestarikan hingga saat ini. Salah satu rangkaian tradisi dandangan yang menarik adalah pemukulan bedug Masjid Menara Kudus yang legendaris sebagai tanda datangnya bulan Ramadan.

Dikutip dari laman kemdikbud.go.id, tradisi dandangan bermula sejak 450 tahun yang lalu. Tepatnya saat Syekh Ja'far Shodiq atau lebih dikenal sebagai Sunan Kudus mulai memperkenalkan dan menyebarkan agama Islam di utara Jawa Tengah.

Sunan Kudus merupakan salah satu Wali Songo yang dikenal sebagai ahli fiqih dan ilmu falak. Selain itu, Sunan Kudus merupakan seorang pujangga sekaligus senopati Kerajaan Islam Demak Bintoro.

Sehari menjelang puasa, ratusan santri Sunan Kudus berkumpul di Masjid Menara Kudus. Mereka menunggu pengumuman dari sang guru tentang awal bulan Ramadan.

Dahulu selepas salat Asar, Sunan Kudus langsung mengumumkan awal bulan Ramadan. Pengumuman ini dilanjutkan dengan pemukulan beduk yang berbunyi "dang dang dang".

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penanda Khusus

Suara beduk yang bertalu-talu itulah menjadi tanda khusus permulaan awal Ramadan. Nama dandangan sendiri diambil dari suara bedug di Masjid Menara Kudus tersebut.

Pengumuman awal bulan Ramadan dilakukan di pelataran Masjid Menara Kudus dengan memukul beduk di dua waktu. Pemukulan beduk pertama ditujukan untuk mengumpulkan masyarakat.

Sedangkan, pemukulan beduk di kedua merupakan keputusan sekaligus membuka awal bulan Ramadan, yakni setelah salat Isya. Pengumuman awal bulan puasa itu dihadiri oleh murid-murid Sunan Kudus, seperti Sultan Trenggono dari Kerajaan Demak, Sultan Hadlirin dari Jepara, hingga Aryo Penangsang dari Jipang.

Masyarakat dari luar Kudus, juga antusias menunggu pengumuman di depan Masjid Menara Kudus. Saat ini, tradisi dandangan saat ini mulai berkembang.

Tak sekadar mendengarkan informasi penetapan awal puasa dari Masjid Menara Kudus, tradisi dandangan berkembang menjadi kegiatan ekonomi dan sosial.

Salah satu rangkaian dalam perayaan dandangan adalah pasar malam yang digelar satu minggu sebelum Ramadan. Masyarakat yang datang ke Masjid Menara Kudus, memanfaatkan waktu menunggu dengan berjualan makanan tradisional siap saji.

Hal tersebut menyebabkan banyak pedagang di sekitar masjid, sehingga menjadi pasar kaget atau pasar malam. Lambat laun, kegiatan itu menjadi bagian dari tradisi dandangan.

Biasanya, pasar malam digelar sepuluh hari menjelang bulan Ramadan. Jumlah pedagang mulai meningkat memasuki 1980-an.

Tradisi dandangan juga berkembang menjadi tradisi kirab dandangan yang merepresentasikan budaya di Kota Kretek. Kirab dandangan dilakukan dengan mengitari alun-alun kota sejauh satu kilometer dengan berjalan kaki.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.