Sukses

Difteri Mengganas di Garut, Pemda Minta Warga Kembali Memakai Masker

Seperti diketahui difteri adalah penyakit menular lewat batuk, bensin. Penyakit ini biasanya menyerang sistem pernapasan atas dan tenggorokan hingga menyebabkan pasien mengalami kesulitan bernapas.

Liputan6.com, Garut - Pemerintah Daerah (Pemda) Garut, Jawa Barat menyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri, setelah enam warga Kampung Sukahurip Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan meninggal dunia akibat penyakit itu.

"Saat ini baru dua orang yang hasil pemeriksaan sampelnya sudah keluar dan dinyatakan positif difteri," ujar Wakil Bupati (Wabup) Garut Helmi Budiman.

Seperti diketahui difteri adalah penyakit menular lewat batuk, bensin. Penyakit ini biasanya menyerang sistem pernapasan atas dan tenggorokan hingga menyebabkan pasien mengalami kesulitan bernapas. Pada beberapa kasus, penyakit ini bisa menimbulkan kematian jika tidak mendapatkan penanganan medis yang tepat.

Menurutnya, terungkapnya kasus tersebut setelah enam orang warga Kampung Sukahurip meninggal dunia akibat difteri. "Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap sampel orang yang sakit, ternyata positif difteri," ujar dia.

Untuk menghindari menyebarnya penyakit difteri, Helmi meminta warga kembali mengenakan masker saat melakukan aktivitas sehari-hari. "Sedangkan untuk dinas serta instansi terkait lainnya, kami anjurkan untuk meminimalisir mobilisasi warga desa tersebut," kata dia.

Selain itu, Pemda Garut telah membentuk tim khusus yang akan melakukan imunisasi massal terhadap warga Desa Sukahurip, serta mengisolasi dan pengobatan warga yang terjangkit difteri di RSUD dr Slamet Garut. 

"Termasuk juga untuk yang terlibat kontak erat yang jumlahnya mencapai 72 orang, kita juga akan berikan pengobatan agar tak terkena," kata dia.

Kepala Dinas Kesehatan Garut, Maskut, mengaku kecolongan hadirnya kasus difteri yang terjadi di Desa Sukahurip, setelah lama menghilang. Kasus itu terungkap, setelah dilakukan pemeriksaan terhadap dua pasien baru dengan gejala difteri.

"Ini temuan baru, kita kecolongan karena pasien berobat ke klinik swasta, mereka meninggal pun kita tidak mengetahuinya," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini