Sukses

Telur Asin, Oleh-Oleh Brebes yang Pernah Jadi Persembahan Dewa Bumi

Keberadaan Brebes sebagai produsen telur asin akan sangat terasa saat perayaan mudik Lebaran, libur Natal, perayaan pergantian Tahun, atau saat berlibur ke wilayah ini.

Liputan6.com, Brebes - Selain bawang merah, telur asin juga telah menjadi ikon Kabupaten Brebes. Tak heran, banyak wisatawan yang berburu telur asin untuk dijadikan oleh-oleh.

Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, telur asin memosisikan sebagai diplomasi budaya bagi Kabupaten Brebes. Keberadaan Brebes sebagai produsen telur asin akan sangat terasa saat perayaan mudik Lebaran, libur Natal, perayaan pergantian Tahun, atau saat berlibur ke wilayah ini.

Dari data yang dirilis Dinas Peternakan Kabupaten Brebes pada 2017, ada sebanyak 1.778 peternak itik di Kabupaten Brebes. Angka tersebut menjadi peningkatan yang fantastis jika dibandingkan pada 2010 yang memiliki 650 peternak itik.

Mereka tersebar di 11 kecamatan dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Brebes. Pola pengembangan budi daya ternak itik dilakukan dengan cara dipelihara atau digembalakan di bekas sawah yang telah panen.

Selain itu, itik juga diletakkan di kandang yang letaknya berdekatan dengan tepi sungai. Pola asupan makanan menjadi faktor penting untuk pembudidayaan pangon tersebut.

Secara historis, proses komersialiasi telur asin dimulai pada era akhir 1950-an, yang dirintis oleh warga peranakan Tionghoa Brebes. Meski demikian, dari catatan Syahbandar pelabuhan Tegal, komoditas telur itik telah dikenal pada abad ke-XIX.

Telur itik menjadi komoditas yang dibawa dari Tegal selain beras, gula, dan kayu jati. Komoditas tersebut pada umumnya dibawa ke Batavia.

Beberapa generasi pengusaha telur asin perintis di Kabupaten Brebes di antaranya Tjoa, Lina Pandi. Melalui keluarganya, wangsa Tjoa memulai penjualan telur asin dalam keluarga peranakan Tionghoa lainnya.

Mereka adalah Tjoa Kiat Hien beserta istrinya Niati pada 1950-an. Mereka meneruskan tradisi In Tjiauw Seng dan isterinya Tan Po Nio.

Kepopuleran bisnis telur asin ini tak hanya dimiliki keturunan Tionghoa Peranakan. Beberapa mantan pekerja telur asin di keluarga Tionghoa juga membentuk usahanya sendiri.

Mulanya, telur asin merupakan bagian dari persembahyangan yang diperuntukkan bagi Dewa Bumi. Telur asin biasanya diolah dengan cara direbus, dipanggang, atau dibakar menggunakan oven.

(Resla Aknaita Chak)

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.