Sukses

Mengenal Burung Namdur, Sang Pendekor Bersayap dari Papua

Di antara beragam keistimewaan burung ada segelintir yang mampu membuat masyarakat terkesima. Salah satunya adalah burung Namdur, spesies kecil dari famili Ptilonorhynchidae.

Liputan6.com, Palangka Raya - Sudah sejak lama burung memberikan ide bagi banyak pihak, semisal bagi industri pesawat terbang. Leonardo da Vinci membuat sketsa pesawat terbang pertamanya setelah melihat burung yang melayang di angkasa, kemudian rancangan tersebut ia tuangkan dalam buku catatannya setebal tujuh ribu halaman.

Di antara beragam keistimewaan burung ada segelintir yang mampu membuat masyarakat terkesima. Salah satunya adalah burung Namdur, spesies kecil dari famili Ptilonorhynchidae.

Namdur sering disebut juga dengan burung kucing karena kemampuannya yang dapat menirukan suara kucing. Burung ini hidup di Papua dan Australia. Sementara dari sembilan jenis burung Namdur di Indonesia, terdapat dua jenis yang merupakan burung endemik asli Papua.

Keduanya terebut adalah Namdur Dahi Emas (Amblyornis flavifrons) atau dikenal juga sebagai golden-fronted bowerbird dan Namdur Polos (Amblyornis inornata) yang juga dikenal dengan nama vogelkop bowerbird. Namdur dahi emas dan namdur polos merupakan satu di antara 557 jenis burung dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor 106 tahun 2018.

Jika normalnya, burung akan membangun sarang di atas pohon dengan menggunakan ranting yang dibuat secara sederhana. Namun tidak bagi Namdur, ia memiliki kemampuan untuk membangun sarang yang indah.

Namdur jantan akan membangun sarangnya di atas tanah, biasanya berbentuk kubah dan dilengkapi semacam teras yang telah dihiasi. Kemudian, namdur betina akan memilih pejantan atau sarang mana yang menurutnya paling menarik perhatian pada saat musim kawin tiba.

Biasanya hiasan tersebut dibuat dari berbagai objek yang ada di lingkungan sekitar, mulai dari ranting, tutup botol, biji-bijian, bekas pecahan kulit buah yang mengering, kulit-kulit kayu, hingga dedaunan bermacam warna.

Arkeolog senior dari Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menyebutkan sarang yang dibuat oleh namdur dikenal juga dengan nama bower atau bungalow. Butuh waktu berhari-hari bagi namdur jantan untuk menyelesaikan rancangan sarang mereka.

Meski ukuran panjang tubuhnya sekitar 20-40 sentimeter, namun seekor namdur jantan sanggup membuat sarang dari ratusan ranting kayu kering berukuran tinggi dan lebar hingga 1 meter.

Maka dari itu, pentingnya menjaga kelestarian alam dan perlindungan satwa dari ancaman kepunahan adalah tugas bersama, sehingga keberadaan satwa endemik ini masih bisa dilihat oleh generasi berikutnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.