Sukses

IBM, Cara STMIK Komputama Cilacap Latih Mahasiswa Bisnis Saham hingga Kripto

Selain produk khas pedesaan, mahasiswa STMIK Komputama, Cilacap juga mulai berbisnis lebih kekinian. Ada delapan unit bisnis di IBM, di antaranya, pasar saham dan mata uang crypto (kripto)

Liputan6.com, Cilacap - Sekolah Tinggi Manajemen Komputer dan Informatika (STMIK) Komputama Cilacap, Jawa Tengah meluncurkan Inkubator Bisnis Mahasiswa (IBM). Melalui fasilitas ini, mahasiswa bakal belajar sekaligus praktik digital marketing.

IBM juga berfungsi sebagai wadah kolaborasi STMIK Komputama dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk memasarkan produk pedesaan.

Huruf M dalam singkatan IBM juga bisa diartikan sebagai masyarakat. Sebab, IBM ini juga merupakan sumbangsih perguruan tinggi untuk masyarakat di sekitarnya agar berdaya secara teknologi.

Dalam melakukan bisnisnya kampus dan masyarakat menggunakan sejumlah platform baik dibuat sendiri, maupun aplikasi dan medsos yang telah populer. Selain produk khas pedesaan, mahasiswa juga mulai berbisnis lebih kekinian. Ada delapan unit bisnis di IBM, di antaranya, pasar saham dan mata uang crypto (kripto).

“Ada delapan unit bisnis dan IBM. Antara lain, saham, kripto, pemanfaatan medsos, kolaborasi dengan BUMDes,” kata Ketua Yayasan El Bayan, KH DR Fahul Amin Aziz, dikutip dari keterangan tertulis, Senin (7/6/2021).

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kolaborasi Perguruan Tinggi dan BUMDes

Dia menjelaskan, pandemi Covid-19 menyebabkan sejumlah sektor bisnis lesu, tak terkecuali hasil bumi dan kerajinan pedesaan. Padahal, beberapa desa di pegunungan Cilacap mengandalkan hasil bumi seperti buah, sayur, dan tikar pandan untuk sebagai mata pencaharian.

Karenanya perlu terbosan pemasaran agar masyarakat tetap berdaya di tengah Pandemi Covid-19.

“Jadi ada keinginan mahasiswa untuk mengembangkan skill. Karena pembelajaran daring oleh mahasiswa itu masih terasa sangak kurang. Dibutuhkan media, sebuah tempat, untuk merespons keinginan mereka,” jelasnya.

Ini adalah wadah untuk berkolaborasi masyarakat melalui BUMDes dengan kalangan generasi millenial untuk memasarkan produk. Sementara ini, ada dua BUMDes yang telah bergabung, yakni BUMDes Pesahangan dan Negarajati.

STMIK juga mendampingi pemerintah desa untuk pemanfaatan Sistem Informasi Desa (SID) untuk transparasi kebijakan dan anggaran.

“Jadi berawal dari keinginan mereka. BUMDes, yaitu kita di digital marketing, untuk memasarkan produk-produk desa, seperti kerajinan dan buah-buahan,” ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.