Sukses

PKM Semarang Diperpanjang, Tak Ada Salat Id Berjemaah

Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) diperpanjang hingga 7 Juni 2020.

Liputan6.com, Semarang - Hasil tes cepat dan tes swab di Semarang menunjukkan adanya penambahan orang yang terpapar covid-19. Hal itu disampaikan oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi.

Hendi menyebut itu sebagai klaster baru, sehingga pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) Kota Semarang diperpanjang.

“Ada tambahan klaster yang kemudian setelah dicek positif COVID 17 orang, kemudian angka kesembuhannya ada 9 sehingga total COVID pada hari ini ada 57 orang dengan penambahan 17,” kata Hendi, Jumat (22/05/2020) kepada Liputan6.com.

Hendi menambahkan bahwa perpanjangan PKM itu diputuskan melalui rapat forkopimda. Periodenya adalah 25 Mei sampai dengan 7 Juni.

Dalam PKM periode kedua, masih sama seperti sebelumnya. Patroli juga tetap dilakukan hingga tingkat kelurahan. Namun untuk operasional toko dan para pedagang kaki lima, jam operasi diperpanjang hingga jam 21.00.

Tambahan klaster ini menjadi evaluasi. Bukan hanya di pasar tradisional, namun juga rumah sakit dan sekolah. Tentang hal ini tak dijelaskan secara detail.

“Kalau klaster pasar, sebenarnya karena saat tes cepat ada 8 orang yang reaktif. Jika hasil tes swab banyak pedagang yang positif, maka pasar itu akan ditutup sementara,” katanya.

Selain itu Hendi mengkhawatirkan peningkatan mobilitas warga ke pusat perbelanjaan untuk persiapan Lebaran. Warga sepertinya tak merasa sedang dalam masa pandemi.

“Semoga perpanjangan PKM membuat warga semakin paham situasi ini. Dan kuncinya adalah disiplin mengikuti protokol kesehatan,” kata Hendi.

 

Simak video pilihan berikut

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Salat Ied

Karena ada perpanjangan PKM dan temuan klaster baru, maka Hendi menyebutkan bahwa sebaiknya seluruh masjid tidak menggelar salat ied berjemaah. Lapangan yang biasanya untuk salat ied juga dipastikan akan kosong.

“MUI dan ormas-ormas besar juga sudah menyampaikan hal itu kayaknya,” kata hendi.

Ini bukan pembatasan beribadah, namun untuk menghindari mudlarat yang lebih besar. Bahkan lebih ekstrim, untuk kegiatan saling berkunjung dan sungkeman, Hendi juga menyarankan untuk dihindari terlebih dahulu.

“Sungkem bisa dilakukan kapanpun. Meski demikian saya sangat menyadari ini adalah sebuah tradisi. Dan untuk memulai tradisi baru memang sangat sulit. Kita memulai normal baru dengan berdampingan dengan corona,” katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.