Sukses

Kekonyolan Warmindo Semarang Menyiasati PKM Saat Ramadan

Berlakunya kebijakan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) di Semarang saat ramadan, melahirkan sejumlah cerita konyol.

Liputan6.com, Semarang - Pada awal bulan ramadan dan diberlakukannya Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) akibat pandemi corona, kota Semarang saat malam menjadi lebih sepi. Terlebih saat ramadan, lalu lalang manusia menuju masjid untuk tarawih juga merosot jauh.

Warung-warung kaki lima, angkringan atau tempat nongkrong diminta tutup lebih awal. Meski tak terlalu ketat, kadang-kadang satpol PP dan polisi berpatroli dan mengingatkan mereka untuk segera menutup warungnya.

Kurang tiga puluh menit jam operasional selesai, tiga pemuda masuk sebuah warmindo di sekitar Jalan Arteri Soekarno Hatta Semarang. Saat itu waktu yang tersisa tinggal 30 menit untuk tutup. Namun karena selama ramadan jualan sepi, maka penjaga warung tetap menerima pelanggan itu, dan segera menutup pintu dan jendela meski tak ditutup penuh.

Mie instan pesanan sudah disajikan, namun masih terlalu panas untuk segera disantap. Sementara terdengar suara mobil berhenti dan ada langkah-langkah turun dari mobil. Benar. Petugas patroli yang datang untuk mengecek.

Mendengar suara itu, tiga pemuda langsung jongkok di bawah meja sehingga tak terlihat. Mie pesanan mereka juga dibawa serta.

"Ini belum tutup ya?” tanya petugas.

“Sudah pak. Sudah tutup,” jawabnya.

“Kok nggak dikunci?” tanya petugas.

“Kan belum selesai beres-beres pak,” jawab si penjual warmindo ini.

Petugas kemudian masuk ke dalam warung. Ia melihat ada tiga anak muda yang diam gemetaran sedang berjongkok. Di depannya masih ada mie instant yang belum disantap karena masih panas.

“Lha ini kok masih ada pelanggan?” petugas bertanya.

“Oh iya pak. Itu pelanggan kami yang sedang menunggu sahur saja. Itu mie-nya saja masih panas,” jawab pemilik warung.

Petugas hanya tersenyum. Kemudian dijelaskan tujuan pembatasan kegiatan masyarakat ini untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona.

“Ada-ada saja, masih jam 21.00 kok nunggu sahur,” sungut petugas.

Musyafak, sang pengelola warung itu kepada Liputan6.com bercerita bahwa ia sangat takut berurusan dengan hukum. Jawaban bahwa pelanggannya adalah menunggu makan sahur bersifat spontan.

“Saya biasa canda. Jadi spontan saja saya bercanda. Tak tahunya petugas sangat baik. Hanya memberi penjelasan. Berkah ramadan saat corona mas,” katanya.

Simak video pilihan berikut

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.