Sukses

Kisah Kakek Sebatangkara di Mamasa, Hidup Belasan Tahun di Gubuk Nyaris Roboh

Kakek Peli (63) warga Desa Bala Tumuka, Kecamatan Balla, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar), mendadak jadi bahan perbincangan hangat di media sosial.

Liputan6.com, Mamasa - Kakek Peli (63) warga Desa Bala Tumuka, Kecamatan Balla, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar), mendadak jadi bahan perbincangan hangat di media sosial, lantaran hidup sebatang kara di sebuah gubuk reyot selama belasan tahun.

Saat Liputan6.com berkunjung, gubuk reyot itu tampak nyaris roboh, lantaran tiangnya hanya ditopang bambu, atapnya terbuat dari alang-alang, sementara dinding dari belahan bambu yang sudah rusak.

Peli sudah lama menjalani hari-harinya sebatang kara di gubuk itu, semenjak istrinya meninggal sebelas tahun yang lalu. Ia sebenarnya memiliki seorang anak, namun tidak tinggal bersamanya lantaran sang anak sedang mengadu nasib di daerah lain.

Untuk makan sehari-hari, Peli bekerja sebagai buruh tani yang penghasilannya hanya cukup untuk makan saja, sehingga gubuknya tak pernah ia perbaiki. Selama ini Peli tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah setempat, jika nanti ada bantuan, ia akan beryukur dan jika tidak, ia tetap akan berjuang seperti apa yang telah ia lakukan selama ini.

Kondisi Peli yang memprihatinkan itu membuat Aliansi Pencinta Alam (APA) Mamasa tergerak untuk membantu meringankan bebannya. Mereka malakukan penggalangan dana di pusat Kota Mamasa sebagai bentuk keprihatinan, karena Peli sudah bertahun-tahun hidup di gubuk reyot sebatang kara.

"Kemarin kami melakukan penggalangan dana, dana yang terkumpul akan dibelikan makanan, pakaian dan peralatan masak serta tikar. Hari ini kami serahkan langsung ke kakek Peli," ujar Likar Demmanaba salah seorang anggota APA Mamasa kepada Liputan6.com, Rabu (12/2/2020).

Sementara itu, Sekertaris Dinas Sosial (Dinsos) Mamasa Kaharuddin mengatakan, pihaknya telah melakukan peninjauan terhadap Peli. Dinsos ingin memastikan keberadaan dan kondisi yang sudah sekian tahun Peli alami, pendataan kebutuhan pun akan dilakukan terhadapnya.

"Kita ingin memastikan apakah gubuk reyot milik Peli itu benar adanya atau hanya rumah kebun saja. Jika benar adanya berdasarkan data di lapangan, maka akan diberikan bantuan sesi kebutuhannya namun harus diverifikasi terlebih dahulu. Sebagai langkah awal kita kunjungi dulu kemudian diberikan bantuan sesuai kebutuhannya," kata Kaharuddin.   

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.