Sukses

Mengenang Mendiang Ayah Tito Karnavian yang Bangga Anaknya Jadi Kapolri

Kapolri Tito Karnavian yang kini menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri merupakan 'wong kito galo', warga asli Kota Palembang Sumsel.

Liputan6.com, Palembang - Nama Kapolri Tito Karnavian yang masuk dalam deretan menteri Kabinet Indonesia Maju, sudah diprediksi usai pengunduran dirinya sebagai kepala kepolisian tertinggi di Indonesia.

Tito Karnavian dipercaya Presiden Joko Widodo (Jokowi) menduduki posisi Menteri Dalam Negeri (Mendagri).

Sebelum sampai di posisi ini, ayah Tito Karnavian, Muhammad Saleh semasa hidupnya pernah menyampaikan rasa bangga atas capaian tertinggi anak laki-lakinya sebagai Kapolri pada tahun 2016.

Sebelum mendapatkan peluang sebagai calon tunggal Kapolri, Tito Karnavian pernah merasakan sulitnya meniti karir sebagai polisi. Bahkan, pada awal memasuki pendidikan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) tahun 1987, anak kedua dari enam bersaudara ini hanya dibekali uang pas-pasan.

Semasa lulus Akabri, perekonomian keluarga Tito Karnavian serba pas-pasan, sehingga tidak bisa memberikan bekal yang banyak untuk kehidupan sang anak semasa asrama.

"Saat itu masa-masa sulit, tapi Tito tidak menyusahkan dan membebani orangtua. Masuk Akabri juga tanpa sogokan," ujarnya kepada Liputan6.com, saat disambangi di kediamannya di bilangan Jalan Kapten A Rivai Palembang, ketika Tito baru diangkat menjadi Kapolri pada 2016.

Pada waktu bersamaan, Tito Karnavian juga lulus di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sriwijaya (Unsri), Sekolah Tinggi Akuntansi Nasional (STAN) Jakarta dan Hubungan Internasional UGM.

Tekad yang bulat berkarir di kepolisian, membuat Tito Karnavian meninggalkan peluang pendidikan S1 yang saat itu menjadi idaman banyak orang. Tito Karnavian memilih jadi polisi, karena dia merasa orangtuanya tidak punya uang.

Terlebih kesempatan pendidikan kepolisian yang diraihnya, tidak perlu biaya apa pun dan ditanggung oleh pemerintah. Saat baru menempuh pendidikan Akabri pada tahun 1987, sang ayah hanya memberinya uang sebesar Rp12.000 untuk uang jajan dan simpanan.

Hingga akhirnya Tito lulus Akpol dengan menerima bintang Adhi Makayana sebagai lulusan Akpol terbaik tahun 1987.

Selama mendidik keenam anaknya, lanjutnya, hanya Tito Karnavian yang paling menonjol dan bertanggung jawab. Baik di sekolah maupun di lingkungan rumahnya, jiwa kepemimpinan Tito sudah terlihat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ingin Jadi Dokter

"Anaknya pintar dan bertanggung jawab. Kalau ada pekerjaan rumah (PR) dari sekolah, dia akan menyelesaikannya sampai tuntas, baru main bersama teman-temannya. Jika tidak, dia akan terus fokus menyelesaikan tugasnya. Tito juga kutu buku, suka baca buku sampai habis dan menyimpan bukunya dengan baik," ucapnya.

Awalnya, orangtuanya menginginkan Tito memilih pendidikan dokter. Namun, karena tekad Tito yang kuat untuk masuk Akabri, orangtuanya ikut mendukung.

Padahal, nyaris tidak ada keluarga terdekatnya yang berprofesi seorang polisi. Jika pun ada, sudah 40 tahun yang lalu dan bukan merupakan keluarga dekat. Namun, keinginan orangtua Tito Karnavian, untuk melihat anaknya menjadi dokter ini, akhirnya diwujudkan oleh kedua adiknya.

"Dua adiknya yang malah jadi dokter, itu juga atas keinginan mereka sendiri. Menantu saya, suami dari Fila Argentina juga seorang dokter. Semua bebas memilih, saya juga tidak memaksakan keinginan mereka, baik anak maupun cucu," ungkapnya.

Mantan wartawan RRI tahun 1963-1965 ini berharap, anaknya bisa mendapatkan apa yang terbaik, salah satunya menjadi Kapolri.

"Kalau saya berharap semua mengalir saja, tidak ada targetan, melaksanakan tugas dengan jujur. Saya lihat dia di manapun bertugas, selalu turun kebawah. Saya saja tidak menyangka dia akan ditunjuk jadi calon Kapolri, karena senior di atasnya masih banyak," dia mengatakan.

 

3 dari 3 halaman

Dekat dengan Keluarga

Saleh menilai, saat ini masih banyak kekurangan dari tubuh Polri yang harus dibenahi. Namun dirinya yakin, pemikiran sang anak lebih cerdas dari dirinya dan tidak perlu diarahkan karena Saleh percaya anaknya bisa menjalankan tugasnya sendiri.

"Yang penting jujur, saya tidak pernah khawatir. Namun, saat Tito menangkap teroris Noerdin M Top itu, saya wanti-wanti kalau di Papua sana penuh risiko. Banyak kejadian, apalagi naik pesawat sering terjadi kecelakaan. Di sana masih ada pihak-pihak ekstrimis, tapi dia tetap menjalankan tugasnya," ucapnya.

Ayah Tito Karnavian mengembuskan nafas terakhir pada hari Kamis (27/10/2016) sore, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Pada hari Jumat (28/10/2016), jenasah Muhammad Saleh dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Puncak Sekuning Palembang.

Tito Karnavian juga sangat dekat dengan para keponakannya. Saat bertandang ke rumah orangtuanya, Mendagri Kabinet Indonesia Maju itu selalu bersenda gurau dengan para keponakannya.

"Kalau dengan Om Tito seperti orangtua sendiri. Sering menasihati seperti orangtua saya, kami sering berkumpul ramai-ramai, bakar-bakar ikan di rumah. Saya juga dekat dengan anak-anaknya, karena seumuran juga," ucap Witissa, keponakan Tito Karnavian.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.