Sukses

Kesegaran Udara Pagi di Hamparan Kebun Teh Kayu Aro Kerinci Jambi

Berada di ketinggian elevasi 1.600 meter dari permukaan laut/mdpl, perkebunan teh Kayu Aro Kerinci, Jambi, menjadi perkebunan teh tertinggi kedua di dunia.

Liputan6.com, Kerinci - Tak lengkap jika berkunjung ke Kabupaten Kerinci, Jambi, belum datang ke hamparan perkebunan teh Kayu Aro. Pagi hari adalah waktu yang paling cocok untuk menyusuri hamparan perkebunan teh sembari menikmati kesegaran udara pagi dengan latar puncak Sumatra Gunung Kerinci.

Berada di ketinggian elevasi 1.600 meter dari permukaan laut/mdpl, perkebunan teh Kayu Aro Kerinci, Jambi, menjadi perkebunan teh tertinggi kedua di dunia. Dengan berada di ketinggian itu tak heran jika kesegaran udara pagi paling menggoda di hamparan perkebunan teh itu.

Wisatawan dari luar daerah yang ingin bertandang ke Kayu Aro baiknya memilih untuk menginap. Karena, di daerah tersebut kini tak sulit menemukan penginapan, terutama di daerah tugu macan ada banyak yang menyediakan penginapan dengan harga terjangkau.

"Di Kayu Aro terkenal udaranya yang sejuk. Kalau pagi hari saya suka itu keliling-keliling di hamparan kebun teh, segar dan kadang bisa ketemu pekerja yang sedang metik teh," kata Suwandi, salah seorang warga Kota Jambi saat bertandang ke Kayu Aro, Minggu (20/10/2019).

Suhu udara di Kayu Aro berkisar antara 17-23 derajat Celsius. Bahkan, suhu minimum di kawasan itu bisa mencapai 5 derajat Celsius. Sehingga, untuk melengkapi sejuk dan segarnya udara pagi di sana lebih lengkap sambil menyeruput teh hangat asli daerah penghasilnya.

"Setelah menyusuri hamparan perkebunan teh, kita bisa juga menikmati teh sambil melihat pemandangan Gunung Kerinci, rasanya cukup menghilangkan penat lah pokoknya," ujar Suwandi.

Suasana di perkebunan teh Kayu Aro mirip dengan suasana daerah Jawa karena sekitar 90 persen merupakan keturunan Jawa. Awalnya masyarakat Kayu Aro, adalah masyarakat Jawa yang didatangkan oleh Belanda sebagai pekerja untuk mengelola perkebunan dan pabrik teh saat itu.

Selain masyarakat etnis Jawa, di Kayu Aro juga terdapat masyarakat dengan beragam etnis lainnya, termasuk masyarakat Kerinci. Meski beragam, mereka tetap harmonis dan ramah menyambut wisatawan yang datang ke Kayu Aro.

Untuk sampai ke Kayu Aro jaraknya 434 kilometer atau dapat ditempuh perjalanan darat selama 8 jam dari Ibu Kota Provinsi Jambi, Kota Jambi. Selain itu, juga dapat ditempuh dari Padang, Sumatra Barat dengan jarak tempuh sekitar 5 jam perjalanan darat.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Peninggalan Belanda

Keberadaan perkebunan teh ini juga sudah cukup terkenal di Indonesia. Tak hanya tertinggi kedua di dunia setelah perkebunan teh Darjeling Himalaya, perkebunan teh peninggalan masa kolonial Belanda ini juga menjadi salah satu perkebunan teh yang tertua di Indonesia.

Bukti perkebunan teh itu tua, di sana banyak bangunan peninggalan penjajah Belanda yang bisa ditemui seperti rumah sakit, rumah karyawan hingga bangunan pabrik teh yang berdiri kokoh dan masih memproduksi teh.

Dalam sejarah ringkas perusahaan Unit Usaha Kayu Aro yang merupakan unit usaha PT Perkebunan Nusantara VI menyebutkan, perkebunan dan pabrik teh Kayu Aro didirikan pada tahun 1920 oleh perusahaan Belanda, yaitu NV HVA (Namlodse Venotchaaf Handle Veriniging Amsterdam).

Saat itu, penanaman pertama perkebunan teh di Kayu Aro dimulai pada tahun 1923 dan pendirian pabrik pada tahun 1925. Sejak mulai beroperasi, teh yang dihasilkan di sana adalah jenis teh hitam (ortodoks).

Aroma dan cita rasa teh ortodoks yang dihasilkan dari perkebunan itu adalah paling berkualitas. Bahkan dalam sejarah yang berkembang, teh kayu aro ini menjadi teh kegemaran Ratu Inggris dan Ratu Belanda pada saat itu.

Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1959, perusahaan NV HVA Belanda tersebut diambil dan resmi menjadi milik pemerintah Republik Indonesia melalui nasionalisasi.

Perkebunan teh Kayu Aro seluas 2.626,48 hektare itu terbagi menjadi 8 afdeling. Selain menanam teh, pihak perusahaan PTPN VI kini juga mengembangkan tanaman Kopi Arabika. Alasan pengembangan kopi tersebut, dilakukan karena saat ini jumlah produksi teh yang terus menurun.

Dalam perkembangan produksi teh Kayu Aro selama dasawarsa terakhir mengalami penurunan. Mulai tahun 1996 jumlah produksi teh kering mencapai 5.378.745 kilogram dengan luas tanam 2.195,70 hektare. Kemudian pada tahun 2016 jumlah produksi teh kering menjadi 1.812.734 kilogram dengan luas tanam 1.229,29 hektare.

Selain produksi teh, pihak perusahaan juga mengembangkan agrowisata dan menerima kunjungan turis domestik dan mancanegara serta rombongan pelajar atau mahasiswa.

Untuk meningkatkan potensi wisata yang terdapat di Kayu Aro, saat ini dikembangkan pengelolaan taman wisata Aroma Pecco. Selain itu di sana terdapat sejumlah rumah dengan arsitektur Belanda yang dijadikan sebagai tempat penginapan bagi wisatawan.

 

3 dari 3 halaman

Bakal Dilintasi Tour de Singkarak

Jalan utama di Kayu Aro yang kelilingi hamparan perkebunan teh bakal menjadi bagian Tour de Singkarak. Rencananya para pebalap sepeda TdS akan melintasi daerah itu pada etape ke-7 dengan rute Kayu Aro-Kerinci pada 8 November 2019 nanti.

Selain di Kayu Aro, para pebalap TdS akan melintasi sejumlah daerah di Kerinci, seperti Kecamatan Gunung Tujuh, Kayu Aro Barat, Kayu Aro, Gunung Kerinci, Siulak, Depati Tujuh, Air Hangat Timur, Setinjau Laut, dan Danau Kerinci.

"Ini merupakan yang pertama Kerinci bakal dilintasi event besar seperti TdS ini. Jadi pemerintah daerah harus benar-benar memanfaatkan ini mengangkat nama Kerinci," kata Yanto, warga Kayu Aro Kerinci.

Lintasan TdS di Kayu Aro yang berada di kaki Gunung Kerinci dinilai akan menyuguhkan pemandangan yang cukup berbeda. Selain pebalap akan melintasi jalur perkebunan teh, para pebalap juga akan disuguhkan pemandangan Gunung Kerinci yang merupakan gunung berapi aktif tertinggi di Indonesia. Gunung ini terkenal dengan nama Top Sumatra dengan ketinggian 3.805 MDPL.

Berbagai persiapan telah dilakukan pemerintah setempat dalam menyambut event balap sepeda bergengsi itu. Selain infrastruktur jalan yang diperbaiki, juga berbagai atraksi kebudayaan juga akan disajikan dalam event tersebut untuk mendatangkan wisatawan.

Simak video pilihan berikut ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.