Sukses

Pagi di Kebun Jeruk Gerga Kerinci yang Punya Rasa Nano-Nano

Varietas jeruk gerga dari Kabupaten Kerinci kini sedang naik daun karena dinilai memiliki rasa yang unik dan berbeda dengan jeruk lainnya.

Liputan6.com, Kerinci - Kabupaten Kerinci yang berada di ujung barat Provinsi Jambi terkenal dengan slogan sekepal tanah surga. Di daerah itu tak hanya menawarkan kemolekan wisata danau, hutan, dan gunungnya. Namun, juga menawarkan agrowisata jeruk gerga Kerinci yang kini sedang musim berbuah.

Berada di Desa Lolo Kecil, Kecamatan Bukit Kerman, Kabupaten Kerinci, Jambi, perkebunan jeruk gerga bisa menjadi alternatif wisatawan. Kebun jeruk yang bekembang menjadi agrowisata itu menawarkan sensasi berwisata sambil membeli buah tangan jeruk yang langsung dipetik dari pohonnya.

Hamparan kebun jeruk seluas sekitar satu hektare itu, bisa dikunjungi pagi hari pukul 10.00 WIB. Pada waktu tersebut sampai sore biasanya pemilik kebun sedang panen sehingga menjadi waktu yang tepat untuk berkunjung.

Wendi (29) salah seorang wisatawan dari Jambi mengatakan, ia sengaja datang kebun untuk membeli jeruk gerga langsung dari petaninya. Varietas jeruk itu kini memang sedang naik daun karena dinilai memiliki rasa yang unik dan berbeda dengan jeruk lainnya.

"Rasanya nano-nano karena rasa manisnya terus ada sedikit asemnya, jeruknya besar-besar dan airnya juga banyak, seger banget lah pokoknya," kata Wendi kepada Liputan6.com, Senin (26/8/2019).

Kebun jeruk gerga di Desa Lolo Kecil yang berada di bawah kaki Gunung Raya, Kerinci, itu dapat ditempuh dengan perjalanan berliku dan menanjak selama 45 menit dari Kota Sungai Penuh menggunakan kendaraan.

Meski jalur perjalanan yang berliku, tetapi setibanya di kebun, pengunjung akan disuguhkan dengan hamparan kebun jeruk yang buahnya menguning. Di sana tak hanya sensasi memetik jeruk, tetapi juga bisa swafoto berlatar jeruk yang masih berbuah di pohonnya.

"Awalnya sengaja datang ke Kerinci untuk liburan. Dan kebetulan ada musim Jeruk Gerga ini, makanya saya datang langsung ke kebunnya," kata Wendi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Banyak Peminat

Litbang Kementerian Pertanian menulis Jeruk Gerga berasal dari Thailand dan pertama kali ditanam oleh petani bernama Gerga di Lebong, Provinsi Bengkulu. Di daerah tersebut jeruk ini lebih dikenal dengan nama Rimau Gerga Lebong.

Kerinci dan Lebong merupakan daerah yang berdekatan dan hanya berbatasan Provinsi Jambi-Bengkulu sehingga seiring berjalannya waktu, varietas jeruk ini juga ditanam di Desa Lolo Kecil, Kerinci.

Di Kerinci, jeruk tersebut lebih dikenal dengan nama jeruk gerga. Jeruk ini memang sangat cocok dikembangkan di daerah perbukitan di Kabupaten Kerinci karena dapat tumbuh dengan baik di ketinggian 400-900 meter di atas permukaan laut.

Novita menjadi salah satu petani yang mengembangkan jeruk gerga di Desa Lolo Kerinci pada tahun 2015. Meski sebagai pendatang baru di Kerinci, jeruk Gerga kini kian populer dan diburu banyak pembeli.

Dia mengatakan, saat musim panen seperti sekarang ini permintaan pasar cukup tinggi. Bahkan, tak jarang pembeli datang langsung ke kebun.

Awalnya, kata dia, memang keberadaan jeruk gerga di Kerinci masih belum populer. Namun, seiring banyak yang mempromosikan di media sosial kebun jeruk miliknya menjadi terkenal.

"Dengan produksi sekitar 5.000 kilogram untuk setiap musim panen, sekarang permintaan lebih tinggi dari produksi. Dan biasanya harus pesan dulu," kata Novi.

Selain memiliki rasa yang khas, jeruk ini, kata dia, memiliki beberapa keunggulan, salah satunya ukurannya besar dan berbuah sepanjang tahun. Selain itu, kaya vitamin C (100 gram). Kandungan air yang dihasilkan dari buah jeruk tersebut cukup tinggi atau mencapai 300 gram per buah.

Harga jual jeruk gerga untuk kualitas biasa dipatok Rp15.000 per kilogram, sedangkan untuk medium Rp20.000 per kilogram. Selain itu, untuk yang kelas premium dilego dengan harga Rp25.000 per kilogram.

Harga jual yang sama juga diberikan kepada pengunjung yang datang memetiknya langsung dari pohonnya.

"Di desa ini sudah ada beberapa petani yang mulai mengembangkan jeruk ini. Tapi belum panen, sehingga saat ini memang kewalahan memenuhi permintaan pasar," Novita menandaskan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.