Sukses

Tingkah Lucu Anak-Anak Orang Rimba Jambi Pertama Kali Menggosok Gigi

Seiring dengan meningkatnya laju alih fungsi hutan yang menjadi ruang hidup bagi orang rimba, keberadaan mereka semakin terdesak karena sumber makanan dan kehidupan di hutan semakin hilang.

Liputan6.com, Jambi - Di sebuah halaman rumah perkampungan orang rimba di Kampung Kalukup, Kecamatan Pelepat, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi, raut wajah anak-anak orang rimba tampak riang gembira. Mereka baru pertama kali mendapat pengalaman yang tak pernah ditemui, yakni belajar menggosok gigi.

Ada 22 anak-anak orang rimba, mereka semuanya diberi satu set sikat gigi beserta pasta giginya yang masih terbungkus. Secara spontan mereka ada yang bertingkah lucu dan bahkan kagok karena baru pertama kali melihat benda aneh yang namanya sikat dan pasta gigi.

Kuneng (9) terlihat kagok tak bisa membuka tutup pasta gigi. Tidak patah semangat, ia terus berusaha sampai tutup pasta gigi terbuka. 

"Awak idak pacak buko iko (saya tidak bisa buka tutup pasta gigi)," kata Kuneng mengadu sembari menunjukkan ujung tutup pasta gigi. 

Tak butuh waktu lama setelah berhasil dibuka, pasta gigi kemudian dilelehkan ke ujung sikat gigi. Kuneng pun lantas asik menggerak-gerakkan sikat gigi di mulutnya itu.

Lain lagi Ekik (4), ia enggan menggosok giginya karena merasa aneh dengan bentuk sikat gigi yang baru pertama kali dilihatnya itu. Namun dengan penjelasan bahwa giginya yang ompong itu perlu digosok supaya tumbuh kembali, ia lantas langsung menuruti perintah menggosok gigi.

Juga tingkah lucu Bombom (4), yang terlihat semangat ikut belajar menggosok gigi. Sangking semangatnya Bombom malah menelan air kumurnya. Maklum ini adalah pengalaman pertamanya atau mungkin dirasa Bombom, air kumurannya yang bercampur pasta gigi itu memang terasa manis sehingga enak untuk ia telan.

Usai belajar menggosok gigi, mulut mereka senyum lebar dan nampak giginya. Pun tawa bahagia mereka juga terpancar meskipun berada di perkampungan orang rimba yang berada di kampung pedalaman Kabupaten Bungo, Jambi.

Dessy Rizki, fasilitator pendidikan anak-anak orang rimba dari SSS Pundi Sumatera mengatakan, dari 22 anak-anak orang rimba hanya 3 orang anak yang mengaku pernah menggosok giginya. Sementara sisanya belum pernah sekali sehingga banyak tingkah lucu dan unik dari mereka saat menggosok giginya.

"Ini bukan hanya pengalaman pertama bagi mereka. Tapi juga momen yang istimewa bagi anak-anak orang rimba ketika menggosok giginya masing-masing untuk pertama kalinya," katanya kepada Liputan6.com, 4 September 2019.

Anak-anak orang rimba menurut dia, sangat perlu mendapatkan pelajaran dan pemahaman untuk menjaga kesehatan mulut dengan cara menggosok gigi. Apalagi kebanyakan dari mereka rata-rata masih awam tentang pentingnya manfaat menggosok gigi.

"Dulu waktu mereka masih tinggal di hutan karena banyak makan organik, gigi mereka masih kuat. Tapi sekarang ketika pindah tinggal di kampung, gigi mereka rapuh karena makan jajanan es," ujar Rizki.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sekolah Alam Orang Rimba

Selain mengajarkan pentingnya menggosok gigi, mereka rombongan anak-anak orang rimba juga diajarkan pendidikan melalui sekolah alam. Sekolah alam tersebut dilakukan pada sore hari mulai pukul 16.00 WIB.

Tambahan belajar melalui sekolah alam tersebut, dilakukan supaya anak-anak orang rimba mampu mengimbangi cara belajar saat nantinya mereka ingin masuk ke sekolah formal. Sebab sebagian besar dari mereka ada yang belum menempuh sekolah formal.

"Belajar tambahan di sekolah alam ini supaya mereka tidak kaget dengan pelajaran di sekolah nanti. Dan pihak sekolah juga ada yang merasa terbantu karena anak-anak orang rimba sudah mengenal dasar belajar," kata Dessy Rizki.

Menurut dia, cara mengajar anak-anak orang rimba perlu perlakukan khusus. Sehingga dalam sekolah alam tersebut, menerapkan belajar baca, tulis dan berhitung (calistung) dan menggambar yang dikemas melalui berbagai permainan.

"Biasanya mereka itu fokus belajarnya 10 menit, selebihnya bermain. Mereka lebih suka belajar di tempat yang terbuka. Dan waktu bermain itu kita selingi dengan belajar, misalnya bermain batu itu sambil berhitung," katanya.

Sebagian besar orang tua dari anak-anak orang rimba di Kampung Kalukup itu, adalah berladang. Selain itu ada juga yang masih mengandalkan penghasilan dari berburu.

"Mereka sudah terbuka dan menerima orang luar," kata Rizki yang sudah hampir 9 bulan membaur dengan anak-anak orang rimba itu.

 

3 dari 3 halaman

Kehidupan Orang Rimba

Orang Rimba adalah salah satu suku terasing atau dikenal dengan sebutan komunitas adat terpencil yang ada di Provinsi Jambi. Orang rimba sering juga disebut sebagai Suku Anak Dalam (SAD). Sebutan orang rimba menjadi SAD ini disematkan oleh pemerintah mulai tahun 1970.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi menyensus, jumlah populasi orang rimba di Jambi mencapai 3.205 jiwa. Di antaranya mereka menyebar di Kabupaten Merangin (865 jiwa), Sarolangun (1.903 jiwa), Batanghari (79 jiwa), Tanjab Barat (57 jiwa), Tebo 822 jiwa) dan Bungo (285 jiwa).

Seiring dengan meningkatnya laju alih fungsi hutan yang menjadi ruang hidup bagi orang rimba, keberadaan mereka semakin terdesak karena sumber makanan dan kehidupan di hutan semakin hilang. 

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah melalui Kementerian Sosial (Kemensos) menggencarkan pembangunan rumah bagi orang rimba. Di Kabupaten Bungo, pemerintah membangun rumah orang di Kampung Kalukup. Di kampung tersebut, dihuni oleh dua kelompok orang rimba, yakni kelompok Badai dan Hari.

Meskipun sebagian besar orang rimba di Jambi telah dibuatkan rumah oleh pemerintah, namun saat ini banyak dari orang rimba yang memilih hidup secara nomaden dan tinggal di kawasan hutan dan di luar kawasan. Bahkan tak jarang mereka sampai ke daerah perkotaan.

Dalam kesempatan sebelumnya, Direktur KKI Warsi Rudisyaf menilai, perlu adanya langkah yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kehidupan orang rimba. Langkah ini juga sekaligus memulihkan kondisi hutan yang selama ini menjadi ruang kelola orang rimba.

"Perlu kemitraan untuk orang rimba yang wilayah kelolanya sudah beralih fungsi, pola kemitraan ini misalnya melalui perhutanan sosial, sehingga dengan kemitraan ini orang rimba masih tetap memiliki sumber pendapatan untuk masa depan mereka," kata Rudi.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.