Sukses

Cerita dari Blora, Jejak Bupati Kembar dan Transformasi Stadion Kridosono

Liputan6.com, Blora - Tanggal 21 September 1762 menjadi hari bersejarahnya Kabupaten Blora. Bagaimana tidak, itulah tahun diangkatnya bupati kembar Raden Toemenggoeng (RT) Djajeng Tirtonoto dan Raden Toemenggoeng (RT) Wilotikto oleh Sri Susuhunan Pakubuwono III.

Mereka diangkat menjadi bupati karena berhasil menumpas pemberontakan yang dilakukan oleh Raden Guntur yang dirasakan sangat meresahkan warga dan mengancam wilayah kekuasaan Kasunanan Surakarta.

Saat itu, bagian timur Blora dipimpin oleh Bupati RT Djajeng Tirtonoto dan bagian barat Blora dipimpin oleh Bupati RT Wilotikto.

Wilayah kekuasaannya zaman dulu tidak seperti zaman sekarang yang tata kelolanya ada istilah eksekutif dan legislatif maupun sejenisnya untuk menentukan prioritas pembangunan demi majunya sebuah daerah ataupun kabupaten.

Sejarah Blora sebelum menjadi satu kabupaten, dulu ada Blora Kanoman dan ada Blora Kasepuhan yang akhirnya menjadi satu wilayah menjadi Kabupaten Blora.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Cerita Blora Kanoman

Merunut sejarah Blora Kanoman, dulu daerah ini dipusatkan di Kridosono. Kridosono terletak di tengah kota yang bersebelahan dengan taman bermain Sarbini, perpustakaan umum, serta Gelanggang Remaja Kolonel Sunandar.

Dikatakan salah seorang keturunan Bupati tempo dulu, Widyasintha Himayanti, beberapa tempat di atas merupakan pusat kota peninggalan RT Djajeng Tirtonoto yang diserahkan kepada pemerintah.

"Taman Sarbini dulu milik eyang yang diserahkan kepada pemerintah untuk kepentingan rakyat, sedangkan Kridosono itu dulu juga milik Eyang yang diserahkan ke desa," terangnya kepada Liputan6.com menceritakan asal muasal sejarah tempat itu, Rabu, 10 Juli 2019.

Awalnya, lanjut dia, penyerahan beberapa tempat di Kabupaten Blora Kanoman untuk upaya kebutuhan masyarakat, tetapi dari zaman ke zaman tidak sesuai peruntukan yang diamanahkan RT Djajeng Tirtonoto.

"Penyerahan tempat itu dulu tujuannya untuk kepentingan rakyat dan janda-janda perang," dia menerangkan.

3 dari 4 halaman

Cerita Blora Kasepuhan

Sementara berdasarkan sejarah Kabupaten Blora Kasepuhan, dulu daerah ini bagian barat dan dipusatkan di Sendang Sri Desa Kunden dipimpin oleh seorang Bupati bernama Raden Tumenggung (RT) Wilotikto.

Sintha, sapaan akrabnya, menceritakan, adanya Blora Kasepuhan tidak berlangsung lama. Satu tahun setelah pengangkatan menjadi Bupati, RT Wilotikto meninggal dunia (wafat).

"Mengingat beliau tidak punya keturunan maka oleh Sri Susuhunan Hamengkubuwono III, Kabupaten Blora Kanoman dan Kabupaten Kasepuhan dijadikan satu dalam kekuasaan RT Djajeng Tirtonoto," terangnya.

Dengan bertambah luasnya wilayah kekuasaan pada tahun 1767, lanjut dia, RT Djajeng Tirtonoto membuka tempat lain lagi yang lebih strategis untuk dijadikan pusat kota Blora.

"Yang saat ini menjadi Pendopo Blora, Alun-Alun kota Blora serta Magersari dulunya lahan masih berupa gerumbul (semak belukar). Oleh RT Djajeng Tirtonoto-lah pusat kota sekarang itu ada," terangnya.

Menurut Sintha, pendopo Blora adalah rumah tinggal RT Djajeng Tirtonoto yang dilengkapi Alun-Alun. Sedangkan, Magersari, kata dia, merupakan keputren yang diperuntukan tempat tinggal istri dan para putri bupati yang dilengkapi dengan taman-taman indah dan kolam yang airnya selalu mengalir hingga terdengar gemericiknya.

"Semula pada awal pembangunannya oleh Raden Tumenggung Djajeng Tirtonoto, rumah tempat tinggal bupati tersebut masih terbuat dari kayu dan papan," dia menerangkan.

"Antara tahun 1837-1838 cucu beliau yaitu Adipati Tirtonegoro yang merupakan Bupati V Blora, merombak rumah yang semula berbentuk papan dirombak menjadi tembok dengan biaya yang dikeluarkan secara pribadi," Sintha memungkasi.

 

4 dari 4 halaman

Isu Stadion Kridosono akan Dirobohkan

Bupati Djoko Nugroho menyampaikan, beberapa waktu lalu, dalam sebuah video pendek berdurasi 2 menit 58 detik yang sengaja disebarluaskan oleh sejumlah orang di media sosial, mengatakan Kridosono yang saat ini dipakai stadion sepak bola, ke depan akan dirobohkan dan dirubah.

Bupati Blora periode yang saat ini menjabat, mempunyai selera mengubah konsep bangunan maupun lahan yang dipandang kurang bagus dan mangkrak. Sejak dua periode kepemimpinan bupati saat ini, pantauan Liputan6.com pembangunan infrastruktur digenjot demi Blora semakin nyaman.

"Akhir tahun 2019 iki, kiro-kiro tembok stadion Kridosono ape tak robohkan. Tak sisakan hanya podium barat dan timur, (Akhir tahun 2019, kira-kira stadion Kridosono akan saya robohkan. Akan saya sisakan hanya podium barat dan timur)," kata Bupati Blora, Djoko Nugroho, ditulis Kamis (11/7/2019).

Alasan dirobohkan, lanjut dia, Stadion Kridosono di sana sudah tidak cocok karena tempat parkirannya tidak ada. Lagi pula, lanjut dia, disayangkan jika tanah luas hanya dipakai sepak bola dan tidak sering.

"Jadi arep tak bukak, biar jadi tempat berkumpulnya masyarakat Blora, (Jadi akan saya buka, biar jadi tempat berkumpulnya masyarakat Blora)," katanya.

Bupati saat ini berkeinginan mengubah tampilan atau wajah Kabupaten Blora, layaknya seperti Alun-Alun kota gudeg Jogja (Yogyakarta).

"Pengenku koyok Alun-Alun kidul Yogyakarta, ben Kridosono terintegrasi dengan Blok T dan taman Sarbini Blora, (Keinginan saya seperti Alun-alun selatan Yogyakarta, biar Kridosono terintegrasi dengan Blok T dan taman Sarbini Blora)," dia menandaskan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.