Sukses

Investor Jepang dan Eropa Lirik Tanah Reforma Agraria Berstruktur Gambut

Ribuan hektar Tanah Objek Reforma Agraria di Kabupaten Siak yang berstruktur gambut dilirik investor Jepang dan beberapa negara Eropa. Badan Restorasi Gambut masih mengkaji komoditi yang cocok untuk revitalisasi ekonomi.

Liputan6.com, Siak- Ribuan masyarakat di Kabupaten Siak telah menerima sertifikat tanah dari Presiden Joko Widodo. Diserahkan tahun lalu, 10.000 hektare Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) berstruktur gambut itu belum digarap maksimal.

Hal ini mendapat perhatian dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Restorasi Gambut (BRG). Rencananya tahun ini, 4.000 hektare lahan TORA itu bakal diolah agar memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat.

Pengolahan sendiri harus memperhatikan ekosistem karena memiliki kedalaman gambut hingga tiga meter. Perlu ada komoditi ramah gambut serta tanaman cadangan atau tumpang sari seperti cabe, nanas ataupun holtikultura lainnya.

Rencana BRG ini masih dikaji beberapa guru besar, peneliti dari Universitas Riau, Pemerintah Kabupaten Siak dan lembaga non pemerintah atau LSM. Hal ini mendapat respon positif dari Bupati Siak Drs Alfedri.

Menurut Alfedri, rencana penanaman komoditi di lahan TORA bergambut ini akan ditetapkan di Kecamatan Pusako, Sungai Apit dan Mempura. Ada sembilan kampung atau desa di kecamatan itu dijadikan pilot project.

"Skemanya tetap budidaya dan lindung agar gambut tetap terjaga serta memberi keuntungan bagi masyarakat pemegang sertifikat," kata Alfedri di Kantor Bupati Siak, Selasa siang, 9 Juli 2019.

Tanaman komoditi ini, terang Alfedri, bisa saja kayu jenis mahang. Kayu ini biasanya digunakan sebagai bahan pembuat kotak packing. Daya tahannya cukup kuat dengan nilai jual memberikan keuntungan bagi petani.

Beberapa hari lalu, Alfedri mengaku sudah dihubungi investor. Masyarakat pemegang sertifikat akan dimodali menanam ubi gajah sebagai bahan utama tepung tapioka. Pabrik tepung ini sudah ada di Duri, Bengkalis, dengan kebutuhan ubi 80 ton per bulan.

"Nanti bisa memenuhi kebutuhan bahan tepung dengan tanaman ubi. Selain itu di gambut bisa beternak ikan karena ada kanal sebagai penjaga kebasahan," terang Alfedri.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jangan Putus Asa

Terpisah, Kepala BRG Nazir Foed menyebutkan, pengelolaan gambut ke depannya di Indonesia tidak hanya membasahi agar tidak terjadi kebakaran. Pengelolaannya perlu melibatkan masyarakat penerima TORA agar menimbulkan dampak ekonomi.

Selama meneliti komoditi yang cocok untuk gambut, Nazir mengaku sudah dihubungi investor dari Jepang dan beberapa negara Eropa. Mereka tertarik memodali penanam komoditi yang ramah terhadap gambut.

"Jadi pengelolaannya berbentuk bisnis bagi masyarakat, menimbulkan efek ekonomi. Inilah yang sedang dikaji, mudah-mudahan dalam waktu dekat sudah ada hasil," sebut Nazir.

Kepada ribuan masyarakat penerima TORA, Nazir mengharapkan kesabaran selama uji coba penanaman komoditi berlangsung. Kegagalan bisa saja terjadi selama penanaman berlangsung.

"Kepada petani, tidak semuanya akan berjalan lancar. Ada uji teknis, ada yang dijaga, belajar perlahan," imbuh Nazir.

Dengan uji coba ini, Nazir yakin bakal ada hasil lebih baik. Biasanya kegagalan pertama akan dievaluasi untuk perbaikan sehingga menghasilkan komoditi yang diharapkan.

"Tolong jangan putus ada dalam percobaan, akan ada hasil lebih baik," sebut Nazir.

3 dari 3 halaman

Peran Sekat Kanal

Menurut Nazir, pemanfaatan lahan TORA berstruktur gambut dinilai ampuh mencegah kebakaran hutan dan lahan. Nantinya di lahan itu akan dibuat sekat kanal ataupun embung sebagai sumber air kebasahan gambut.

Sekat kanal dalam beberapa tahun terakhir cukup efektif mencegah kebakaran lahan. Salah satu contoh adalah sekat kanal di Desa Sadar Jaya, Kecamatan Siak Kecil, Bengkalis.

Dulunya, desa ini sebelum ada sekat kanal terjadi enam hingga delapan kali kebakaran tiap tahun. Namun sejak ada kanal tahun 2018, desa ini sudah tidak pernah terpantau titik api lagi.

"Kalaupun ada, itu di lokasi yang tidak ada sekat kanalnya. Dan sejak ada sekat kanal, titik api di Riau berkurang, tidak separah tahun 2015 lalu,," jelas Nazir.

Nazir menjelaskan, sekat terbuat dari papan berbentuk bendungan itu berfungsi menjaga ketinggian air. Sekat dibuat dengan tinggi tertentu, di mana air akan keluar jika berlebih dan bertahan jika musim kemarau.

"Sekat masuk program BRG, setiap tahun jumlahnya ditingkatkan. Kabupaten lainnya juga akan dibuat sekat kanal," jelas Nazir.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini