Sukses

Eksotisme Pagi Saat Rupiah Tak Laku di Lembah Merapi

Namanya Pasar Tradisi Lembah Merapi, tapi tajk seperti pasar secara umum. Di lembah gunung Merapi ini rupiah tak laku.

Liputan6.com, Magelang - Mengapa pagi selalu memikat? Semua kegiatan dimulai pagi hari. Pujangga dan filsuf-filsuf juga menempatkan pagi sebagai metafora semangat hidup.

Di Desa Banyubiru Gunung Gono, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, setiap pekan digelar pasar tradisi. Bertajuk Pasar Tradisi Lembah Merapi, pasar ini digelar sejak pagi dengan mengusung konsep lawas. Didominasi dengan lapak kuliner lokal masa lalu dan ndeso.

Keistimewaan pasar tradisi lembah Merapi adalah tidak berlakunya mata uang rupiah. Seluruh transaksi menggunakan mata uang lokal bernama Dhono yang terbuat dari bambu.

Kepala Desa Banyubiru, Wintoro menjelaskan, konsep pasar tradisi lembah Merapi ini murni ide warga lembah Merapi.

"Harapannya, pasar ini mampu menjadi ikon wisata baru di Magelang sekaligus meningkatkan dinamika pariwisata di Banyubiru," kata Wintoro.

Pedagang di pasar tradisi Lembah Merapi adalah warga Desa Banyubiru. Secara visual untuk kepentingan wisata, diwajibkan mengenakan kebaya dan kain. Untuk mendukung suasana tempo dulu, maka berbagai ornamen tradisional ditebar sebagai hiasan.

Akan halnya dengan penggunaan mata uang Dhono, menurut Wintoro adalah sebagai strategi bisnis. Kurs satu Dhono saat ini adalah Rp 2000,-. Pengunjung harus menukar uang rupiahnya baru bisa digunakan untuk bertransaksi.

"Hanya uang Dhono yang dapat dibelanjakan makanan yang ditawarkan di sini. Pasar pagi hari. Pasar Tradisi Lembah Merapi," kata Wintoro.

Simak video tentang Pasar Tradisi Lembah Merapi berikut:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rupiah Tak Laku

Lalu apa yang saja yang disajikan?

Seperti ditulis di depan, ini adalah pasar yang didominasi kuliner ndeso lawas. Berbagai makanan mulai makanan ringan semacam Sengkulun, Onde-Onde, Gethuk, Thiwul, Ongol-Ongol dan masih banyak lagi.

Pun dengan makanan yang lebih berat semacam lauk, Buntil talas, Kluban, Sego Jagung. Termasuk pula minuman tradisional, seperri wedang uwuh, wedang jahe, dawet ayu dan lain-lain.

Pagi di Gunung Gono menjadi lebih berkesan karena secara visual panorama Merapi-Merbabu sangat eksotis. Terlebih jika tiba lebih pagi, bisa menikmati munculnya matahari antara gunung Merapi dan Merbabu.

Area pasar ini cukup luas, terdiri dari area jajanan kuliner, permainan anak, taman serta area camping ground. Area ini langsung menghadap ke dua gunung besar.

Untuk menikmati kuliner yang disajikan, disediakan tempat duduk bambu yang luas atau amben dan lincak. Setting dan lay out sangat diperhitungkan untuk mendatangkan efek instagramable.

Pasar tradisi lembah Merapi adalah contoh konkrit metafora pagi adalah semangat. Menghadirkan yang belum ada dan memolesnya sehingga eksis dan memberi warna serta memberi hidup.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.