Sukses

Mimpi Buruk Pelaku Pembunuhan Satu Keluarga di Kaki Gunung Guntur

Penangkapan HS terbilang singkat. Empat petugas yang berpakaian preman langsung menyergap pelaku saat pelaku tertidur pulas.

Liputan6.com, Garut - Penangkapan HS, pelaku pembunuhan satu keluarga di Bekasi, saat naik Gunung Guntur, Garut, Jawa Barat, Rabu (14/11/2018) pekan lalu, menyisakan tanda tanya. Bagaimana jejak pelaku pembunuhan sadis itu bisa terbaca di kaki Gunung Garut?

"Memang dulu dia pernah naik ke Guntur juga," ujar Nunu Nugraha, (61), warga Kampung Citiis, sekaligus penjaga base camp gunung Guntur, saat ditemui Liputan6.com, Kamis (22/11/2018).

Menurut Nunu, penangkapan HS terbilang singkat. Empat petugas yang berpakaian preman langsung menyergap pelaku saat pelaku tertidur pulas. Mimpi buruk pelaku pembunuhan sadis itu pun menjadi nyata. HS ditangkap.

"Paling sekitar 15 menitan lah saat penangkapan itu, yang saya dengar, pelaku ditanya soal nama hingga beberapa kali, sebab awalnya tidak mengaku," papar dia.

Menggunakan linggis, pelaku dengan keji menghabisi satu keluarga yang berjumlah empat orang di kawasan Jalan Bojong Nangka 2, Pondok Melati, Bekasi, Selasa 13 November 2018 lalu.

Keempat orang itu yakni pasangan suami-istri Diperum Nainggolan (38), Maya Ambarita (37), serta kedua anaknya yakni Sarah Nainggolan (9), serta Arya Nainggolan (7).

Penyelidikan kasus ini kini tengah dikejar jajaran kepolisian Polda Metro Jaya Jakarta, untuk melengkapi berkas perkara.

Rekonstruksi pun untuk melengkapi berkas data terus dikebut, dimulai di lokasi pembunuhan Jalan Bojong Nangka, Bekasi, hingga pembuangan linggis di Kalimalang.

Rencananya tim polda Metro Jaya, akan melanjutkan olah kejadian perkara di lokasi penangkapan tersangka pembunuhan sadis itu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Detik-Detik Penangkapan Haris

Berikut detik-detik kronologis penangkapan Haris berdasarkan pengakuan Nunu dan anton, dua warga sekitar yang melihat langsung saat pertama kali tersangka datang.

Pukul 14.00 - 18.00 WIB.

Pertama kali tersangka sampai di base camp pendakian. Ia diketahui menggunakan ojek seorang diri. Menggunakan stelan kaos merah, sandal jepit hitam, plus tentengan tas kecil, ia langsung menempati bale-bale nomor dua di base camp. "Awalnya dia sendiri di bale, kemudian gabung bersama pendaki dari Bandung," kata dia.

Selama bergabung dengan tiga pendaki asal Bandung itu, Haris terlihat sesekali memegang handphone (hp) miliknya untuk melakukan komunikasi melalui sms. "Saya tidak lihat nelpon hanya ketik sms, katanya pulsanya habis," ujar dia.

Terlihat sesekali bercengkrama di antara pendaki itu, pun demikian dengan pelaku. Namun ia hanya berdiam diri dan menjadi pendengar di antara mereka. "Alasannya lagi menunggu tiga rekannya yang mau naik juga," papar dia

Pukul 18.00 - 18.05 WIB.

Tak lama azan magrib berkumandang, pelaku menanyakan konter pulsa terdekat untuk mengisi pulsa handphonenya yang habis. "Dia isi Rp 50 ribu," ujar Anton, warga lainnya yang mengaku ikut mengantar tersangka ke bale-bale tempat peristirahatan para pendaki di base camp.

"Yang saya lihat setelah beli pulsa yang kedua dia langsung tidur, mungkin ngantuk," kata Anton.

20.00 - 22.15 WIB.

Di saat tersangka tertidur lelap, akhirnya pengejaran yang dilakukan tim polda metro jaya membuahkan hasil. Sebanyak empat orang anggota yang diterjunkan menggunakan mobil fortuner hitam, berhasil meringkus tersangka.

"Sebenarnya yang menangkap dua orang, yang dua orang lainnya menyebar menjaga," kata Nunu.

Sontak akibat penangkapan itu, tiga orang pendaki asal Bandung yang sejak awal mendampingi tersangka bercengkrama langsung pulang. "Katanya saya takut kalau ada apa-apa, takutnya penjual sabu-sabu," ujar Nunu menirukan ucapan salah satu pendaki asal Bandung saat meninggalkam lolasi base camp pendakian.

Nunu mengaku, awalnya petugas sempat menanyakan kronologis kedatangan tersangka, namun ia menjawab singkat jika dirinya tidak mengetahui latar belakang tersangka, saat mendatangi base camp.

"Bapak tahu ini buron? Saya jawab tidak tahu pak, saya hanya menerima tamu di base camp saja, siapapun boleh naik, asal persyaratan lengkap, terutama KTP," papar Nunu mengakhiri pembicaraan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.