Sukses

Ditangkap Bunuh Bapak, Pria Ponorogo Senyum-Senyum Saat Disorot Kamera

Pembunuhan bapak oleh anak kandungnya di Ponorogo itu dipicu aksi protes si anak yang tak dibagi uang hasil penjualan mobil.

Liputan6.com, Kediri - Kematian tragis dialami Eko Prayudi (54). Ia tewas dibunuh anak kandungnya sendiri, Hendra Nur Prasetyawan (24) akibat cekcok jatah bagi hasil penjualan mobil.

Eko ditemukan tewas di rumahnya, Jalan Sumatera, Kelurahan Banyudono, Ponorogo. Korban ditemukan dengan posisi bantal di atas kepala dan tergeletak di lantai dengan mulut mengeluarkan busa.

Polisi kemudian mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) setelah mendapat laporan kematian tak wajar. Polisi lalu menyelidiki kasus dengan mengolah TKP meminta keterangan dari setidaknya lima orang saksi, yakni istri, anak, saudara, dan pembantu korban.

Berdasarkan keterangan para saksi, Hendra diketahui paling akhir bertemu dengan korban. Hendra pun mengakui keterangan itu saat diperiksa polisi. Polisi lalu membawa lelaki itu ke RS Bhayangkara Kediri untuk menjalani tes psikologi.

"Hasil tes psikologi, tersangka ini emosinya kurang matang atau tidak stabil. Namun tes lainnya, dia normal, jujur, dan dapat dipertanggungjawabkan," tutur Kapolres Ponorogo AKBP Radiant kepada Liputan6.com, Senin, 3 September 2018.

Radiant menjelaskan kronologis penganiayaan Eko yang berujung pembunuhan. Percekcokan diawali setelah mobil keluarga terjual. Hendra protes kepada bapaknya karena tidak menerima jatah hasil penjualan mobil.

Ia pun meminta bapaknya memenuhi permintaannya, tetapi tidak diberi. Dari cekcok mulut, ayah dan anak itu berlanjut dengan bentrok fisik.

"Kepala korban sempat terbentur tembok dan akhirnya menyebabkan dia pingsan. Tersangka yang khawatir tindakannya diketahui oleh orang lain pun menutup muka korban dengan bantal hingga korban tewas," kata Radiant.

Kecurigaan kematian tak wajar muncul karena posisi korban telentang di atas lantai dengan muka tertutup bantal. Polisi semakin curiga karena busa keluar dari mulut Eko. Untuk memastikan penyebab kematian, jasad korban langsung diautopsi. Polisi juga mengamankan barang bukti pembunuhan, termasuk pakaian korban dan satu bantal.

"Nanti hasil autopsi seperti apa, kita lakukan gelar perkara," jelas dia.

Sementara itu, spesialis forensik RS Bhayangkara Kediri dr. Tutik Purwanti menyatakan proses autopsi dilakukan dengan memeriksa fisik luar dan dalam korban. "Kami juga mengirim pemeriksaan racun dikirim ke Labfor Surabaya karena curiga dengan busa yang keluar dari mulut korban," tutur dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Reaksi Aneh Tersangka

Dugaan sementara, Eko meninggal karena mati lemas. Barang bukti yang diambil, lanjut Tutik, mulai dari sampel darah, urine, dan cairan lambung. "Kekerasan di daerah leher dan mulut, tapi minimal. Hasil pastinya satu minggu lagi," papar dia.

Hendra pun ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan bapak kandungnya. Akibat kejadian ini, ia dikenakan Pasal 351 ayat 3 KUHP dan Pasal 338 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun.

Pantauan di lapangan, saat rilis disampaikan, Hendra tak memakai penutup kepala seperti kebiasaan. Bahkan saat diambil gambar oleh awak media, HN malah tersenyum dan terlihat mengedipkan sebelah mata.

Namun, perangainya mendadak berubah. Saat dikunjungi salah seorang anggota keluarga, HN emosi hingga ingin memukul saudaranya tersebut. Wartawan akhirnya tidak bisa mewawancarainya.

"Kadang dia suka marah terus tiba-tiba senyum, tapi kondisi kejiwaannya normal makanya kami proses secara hukum," imbuh dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.