Sukses

Bahaya, Ngopi di Raya’s Kitchen And Coffee Bisa Bikin Lupa Waktu

Minum kopi belum cukup tanpa menikmati deretan barang antik yang terpajang di Raya’s Kitchen And Coffee.

Liputan6.com, Yogyakarta - Tempat nongkrong di Yogyakarta berlimpah di mana-mana. Kedai kopi menjamur, tempat makan tumbuh di sudut-sudut kota, belum lagi angkringan kafe yang kian merajalela.

Suasananya nyaris seragam, penuh dengan pengunjung yang rata-rata seumuran pelajar dan mahasiswa. Kebanyakan tempat nongkrong pun membawa atmosfer bising karena penuh dengan orang berbincang, bercanda, sampai tertawa lepas.

Untuk sebagian orang, tempat nongkrong yang semacam itu dianggap tidak representatif. Terlebih, bagi mereka yang memanfaatkan tempat nongkrong sebagai kantor dadakan. Sebenarnya co working space juga mulai bermunculan di Yogyakarta, tetapi suasananya pun tak kalah ramai.

"Raya’s Kitchen And Coffee hadir dengan konsep rumahan, tempat nongkrong yang harapannya orang bisa betah berlama-lama dan menganggap seperti rumah sendiri," ujar Faris Hermawan (37), pemilik Raya’s Kitchen And Coffee kepada Liputan6.com baru-baru ini.

Konsep yang dimunculkan itu benar-benar terasa ketika menginjakkan kaki ke dalam sebuah limasan yang menjadi bangunan utama kedai kopi. Raya’s Kitchen And Coffee yang buka setiap hari dari pukul 09.00 sampai 23.00 WIB membuat pengunjung betah sampai lupa waktu. Suasananya yang sejuk dan memanjakan mata dengan koleksi barang antik si pemilik menjadi nilai tambah tempat nongkrong yang satu ini.

Faris bercerita banyak pengunjung yang ingin suasana tenang di Raya’s Kitchen dipertahankan. Mereka sengaja datang ke lokasi yang terbilang di dalam kampung supaya tidak terdistorsi dengan suasana perkotaan yang padat.

Keunggulan lain yang dimiliki Raya’s Kitchen And Coffee adalah menu makanan dan minuman yang bervariasi, mulai dari kopi. cemilan lokal, dan masakan rumahan. Konsep bangunan dan interior tradisional Jawa sekilas mengesankan harga yang ditawarkan tidak ramah di kantong. Namun, dugaan itu salah besar.

Makanan dan minuman di tempat nongkrong yang satu ini sangat terjangkau, mulai dari Rp 8.000 sampai Rp 25.000.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Galeri Barang Antik

Raya’s Kitchen And Coffee yang berlokasi di Jalan Sulawesi 8 Mlati Sleman juga serupa dengan galeri barang antik. Interiornya didominasi beragam barang lawasan, seperti telepon putar, televisi kotak, cermin kayu, mesin ketik, dan sebagainya. Penataannya pun tersusun di satu sudut ruangan.

Selain barang yang dipajang, properti yang digunakan di tempat ini juga semua barang kuno, seperti meja dan kursi, termasuk limasan yang menaunginya. Limasan itu diperoleh Faris di Pacitan. Limasan itu dulu dihuni oleh janda tua pada 1964.

Faris mendirikan usaha kedai kopi ini juga bertujuan sebagai tempat menyimpan koleksi barang antiknya. Ia menjadi kolektor barang antik sejak 2014. Jumlah koleksinya sudah mencapai ratusan, bahkan ia sendiri lupa barang antik yang pertama kali dikoleksi.

Ia bercerita ketertarikannya pada barang antik dimulai dari usaha furniture mebel ketika itu. Kayu sudah melekat di dalam kehidupanya dan ia berpendapat barang antik memiliki nilai sejarah sendiri.

"Orang masih memandang barang antik itu mahal, tetapi buat saya belum tentu mahal, apalagi barang antik ini bisa jadi investasi karena harganya yang tidak bisa dipatok," kata Faris.

Meskipun demikian, ia mengaku sulit melacak tangan pertama pemilik barang-barang koleksinya karena ia juga mendapatkan barang-barang itu dari kolektor lainnya.

Beberapa tamu pernah berkomentar soal koleksinya. Salah satunya gong yang terdapat di pintu masuk bar kedai kopi.

"Ada orang yang paham dan bilang kalau gong itu sudah ratusan tahun, tetapi saya juga tidak bisa melacaknya," tuturnya.

 

 

3 dari 3 halaman

One Stop Shopping

Raya’s Kitchen And Coffee tidak berdiri sendiri. Ia melekat dengan homestay yang juga didirikan oleh Faris dan istrinya, Fitri Yulianti (37). Kedai kopi ini berdiri pada awal 2017, enam bulan kemudian, keduanya melebarkan usaha dengan membuka homestay empat kamar di lokasi yang sama. 

"Konsepnya one stop shopping, jadi ada penginapan dan kedai kopi ini semacam lounge," kata Faris.

Ia ingin mengedepankan homestay dengan standar bintang tiga, termasuk pelayanannya.

Konsep rumah tradisional Jawa yang diusungnya juga menarik perhatian kaum milenial yang nongkrong di Raya’s Kitchen.

"Saya sempat berpikir masuk gak ya konsep seperti ini dengan Instagramable, karena kekinian biasanya identik dengan yang modern, kenyataanya di luar ekspektasi, anak muda juga suka,” ucapnya.

Setidaknya setiap hari sekitar 50 sampai 70 orang konsumen berkunjung ke Raya’s Kitchen And Coffee. Faris juga tidak menyasar segmen tertentu untuk target pengunjung. Ia tidak membatasi kalangan pengunjungnya, dari anak kecil sampai tua, dari remaja sampai keluarga.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.