Sukses

Jejak Terpendam dari Lembah Walanae

Celebochoerus heekereni merupakan fauna endemik Sulawesi yang terpendam sejak lama di Lembah Walanae.

Liputan6.com, Bandung - Sebagai destinasi wisata favorit bagi para wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara, Museum Geologi kembali menampilkan koleksi fosil terbaru. Celebochoerus heekereni, fosil terbaru yang ditampilkan itu dipamerkan dalam Pameran Khusus Fosil Fauna Endemik Sulawesi "Jejak Terpendam dari Lembah Walanae" pada Sabtu, 11 Agustus 2018, di Auditorium Museum Geologi.

Celebochoerus heekereni merupakan koleksi fosil vertebrata khususnya fosil fauna endemik dari Lembah Walanae, Sulawesi. Fosil tersebut terdiri dari tulang belulang yang membentuk rangka hewan. Wajah asli hewan tersebut mirip babi hutan yang bertaring panjang, sekilas juga mirip tikus hutan.

Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar menerangkan, Celebochoerus heekereni merupakan fauna endemik Sulawesi yang terpendam sejak lama dari lembah Walanae.

"Tugas Badan Geologi menggali segala informasi kegeologian baik komoditas kebencaanaan, sumber daya maupun keilmuan atau geosains. Salah satu temuan yang dilakukan oleh museum adanya temuan fauna endemik dari Sulawesi berupa fosil yang sudah direkonstruksi," kata Rudy.

Rekonstruksi kerangka Celebochoerus heekereni dilakukan peneliti Museum Geologi. Sebelumnya, penelitian fosil dilakukan oleh Pusat Survei Geologi (dulu Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi atau PPPG) sejak tahun 1986-1992.

Penelitian dilakukan di Lembah Walanae. Di sana dikumpulkan ribuan fosil fauna di mana Celebochoerus heekereni merupakan yang paling dominan.

"Indonesia cukup kaya akan potensi sumber daya geologi dan akan bermanfaat bagi sumber ilmu pengetahuan. Badan Geologi melalui museum geologi menggagas pemikiran untuk mendorong museum jadi tempat penyebarluasan informasi dan pendidikan," jelasnya.

Kepala Museum Geologi, Iwan Kurniawan menambahkan, di lembah Walanae sendiri telah dikumpulkan ribuan fosil fauna. Namun untuk Celebochoerus heekereni merupakan yang paling dominan, mencapai lebih dari 85 persen dari populasi fosil yang dikumpulkan.

"Usianya berkisar 2-3 juta tahun, hidup di lingkungan darat di Sulawesi. Ini adalah yang paling lengkap di dunia.  Diketahui dari tahun 1986 dan baru berhasil direkonstruksi sekarang," kata Iwan.

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

Simak video pilihan berikut ini:    

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ditemukan 1947

Sementara itu Peneliti dan Ahli Vertebrata dari PPPG, Fachroel Aziz menjelaskan, fosil Celebochoerus heekereni pertama kali ditemukan oleh van Heekeren seorang ahli geologi asal Belanda di Lembah Walanae, Sulawesi Selatan pada 1947.

"Ini bentuknya hampir sama dengan babi rusa.

Menurutnya, fosil amat sulit ditemukan secara utuh. Salah satunya akibat terbawa arus atau terpotong. Tidak ditemukan di satu lokasi dalam satu lembah, meski dalam satu sedimen yang sama.

Selain Celebochoerus heekereni, ada koleksi lainnya yang ditampilkan Museum Geologi. Yaitu Stegodon sompoensis (gajah purba kerdil), Elephas celebensis (gajah purba Bergading empat), dan Geochene atlas (kura-kura purba).

Pameran fosil tersebut akan berlangsung hingga 11 November 2018 mendatang. Pengunjung bisa mendatangi Museum Geologi mulai pukul 08.00-16.00 (Senin-Kamis) dan pukul 08.00-14.00 (Sabtu-Minggu).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.