Sukses

Ketika Jurnalis Bengkulu Belajar Industri Kreatif Jakarta

Perkembangan UMKM Bengkulu masih sangat jauh tertinggal dibandingkan Jakarta.

Liputan6.com, Bengkulu - Sebanyak 14 jurnalis media lokal dan kontributor media nasional Bengkulu mengikuti studi dan pemantauan perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau UMKM di Jakarta. Kegiatan yang difasilitasi kantor perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu ini bertujuan memberikan pemahaman para jurnalis untuk merespons perkembangan UMKM lokal supaya memiliki standarisasi setara Jakarta.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bengkulu Endang Kurnia Saputra mengatakan, perkembangan UMKM Bengkulu masih sangat jauh tertinggal dibandingkan Jakarta. Tetapi, ada beberapa produk kreatif yang khas dan tidak dimiliki daerah lain.

"Beberapa produk kreatif lokal hanya ada di Bengkulu, para jurnalis akan membandingkan melalui berita yang dibuat," ujar Endang di Bengkulu, Senin, 23 April 2018.

Phesi Esther Julikawati, jurnalis Tempo menyebut, banyak hal yang harus dibenahi dalam pengelolaan produk UMKM di Bengkulu. Mulai dari hasil produksi, kemasan hingga pola pemasaran yang masih belum terjangkau teknologi.

Bengkulu memiliki produk kreatif berbahan baku dari alam, seperti kerajinan kulit kayu lantung yang diolah menjadi beragam suvenir, miniatur alat musik perkusi hingga miniatur budaya Tabut. Sayangnya, pengelolaan dan sistem pemasaran yang masih sederhana, membuat produk kreatif UMKM lokal ini dihargai sangat rendah.

"Kita coba dorong lewat pemberitaan dengan membandingkan perkembangan UMKM Jakarta," tegas Phesi.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Belajar dari Jakarta Creative Hub

Para pelaku UMKM Provinsi DKI Jakarta ternyata memiliki wadah berkumpulnya para kreator muda. Banyak hal bisa dilakukan di kawasan yang diberi nama Jakarta Creative Hub ini. Mulai dari pelatihan, ruang Produksi, ruang diskusi hingga ruang pamer yang semuanya merupakan produk UMKM.

Koordinator Operasional Jakarta Creative Hub, Dwi Apriza mengatakan, JCH mendukung lima bidang usaha, yakni kriya, fashion, desain komunikasi visual (DKV), arsitektur, dan desain produk.

JCH juga memiliki makerspace yang berguna sebagai ruangan khusus mesin-mesin seperti 3D printing, laser cutting, woodworking atau ruangan berisi mesin-mesin pengolah produk berbahan kayu, mesin jahit, mesin obras, dan vacuum forming.

"Mesin-mesin ini tidak digunakan untuk produksi massal. Pengguna alat juga harus anggota JCH dan sudah mengikuti workshop sebelumnya,” ujar Dwi kepada Liputan6.com.

JCH juga menjadi rumah belajar bagi pelaku usaha muda kreatif atau research and development home. Para anggota hanya akan membuat prototipe atau contoh produk saja. Sementara untuk produksi massal dan dijual, tidak dilakukan di sini, tapi di pabrik.

"Produksi tidak dilakukan di JCH, tujuannya agar tidak dimonopoli satu pihak. JCH bisa dianggap sebagai tempat les, bengkel kursus, tempat belajar dan kantor bersama dengan biaya bersubsidi," jelas Dwi.

Berbagai komunitas bisa bergabung di JCH, tetapi syaratnya adalah komunitas yang sudah beraktivitas paling tidak satu tahun, punya rekam jejak bagus, dan penanggung jawabnya ber-KTP DKI Jakarta. Rekan kerja ini juga terbuka untuk masyarakat yang memiliki usaha di bidang ekonomi kreatif dan memberdayakan masyarakat. Hingga saat ini saja sudah banyak komunitas yang mengajukan diri untuk menjadi rekan dan harus melalui seleksi ketat.

Komunitas yang sudah menjadi rekan kerja hanya punya waktu selama satu tahun dan harus menjalankan programnya selama satu tahun ke depan. Tujuannya supaya berkontribusi baik untuk JCH maupun Pemda DKI Jakarta. Termasuk, komunitas yang menggunakan co-office JCH.

"Masa setahun, pelaku usaha diharapkan mampu membangun jaringan dan pasar sendiri," tutur Dwi. 

3 dari 3 halaman

MRT Jakarta Janji Angkut 173.400 Penumpang

Para Jurnalis Bengkulu bersama Bank Indonesia juga berkesempatan menjajal terowongan yang dibangun jaringan kereta monorel. Jaringan kereta sepanjang 25 kilometer yang dibangun dua fase ini mulai beroperasi pada 1 Maret 2019.

Corporate Secretary PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta, Tubagus Hikmatullah mengatakan, warga Ibu Kota akan dilayani dua jalur kereta dari Lebak Bulus menuju Bundaran HI dan Bundaran HI menuju Kampung Bandan dan arah sebaliknya.

Sebanyak 173.400 penumpang akan diangkut setiap hari dengan jarak interval antarkereta atau head way selama lima menit saja. Proses pembangunan fase pertama, saat ini sudah mencapai 95 persen dan segera dilakukan uji coba jalur dari Lebak Bulus menuju Bundaran HI.

"Era Transportasi peradaban baru di Indonesia segera dimulai," tegas Hikmatullah.

Keberadaan MRT Jakarta ini juga akan terhubung dengan 4 moda transportasi lain di Ibu Kota, yaitu Transjakarta, KCI, LRT dan kereta bandara. Tujuannya, untuk memudahkan memudahkan warga Jakarta menggunakan moda transportasi umum dan mengurangi beban kemacetan Jakarta.

Sebanyak delapan stasiun dibangun dan terhubung dengan kawasan perkantoran, di antaranya Stasiun Dukuh Atas, Setiabudi, Stasiun Senayan, Stasiun Istora, Bundaran HI, Stasiun Blok M, dan Lebak Bulus. Khusus Stasiun Lebak Bulus dan Stasiun Blok M merupakan stasiun melayang atau elevated. Enam lainnya dibangun dibawah tanah atau stasiun underground.

Warga pengguna MRT yang turun di stasiun akan dipermudah menjangkau gedung di sekitarnya melalui lorong yang dibangun khusus. Setidaknya, saat ini sudah ada 45 pemilik gedung yang telah menandatangani nota kesepahaman dengan PT MRT Jakarta.

"Nota kesepahaman PT MRT dan pengelola gedung merupakan mutual benefit. Kami membutuhkan trafik penumpang. Mereka mendapat penambahan benefit nilai, sebab memiliki akses langsung ke MRT," kata Tubagus Hikmatullah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.