Sukses

6 Peristiwa di Garut yang Bikin Heboh Sepanjang 2017

Sejumlah kejadian menghebohkan pada tahun 2017 datang dari kota dodol, Garut. Berikut ini ringkasannya.

Liputan6.com, Garut - Tahun 2017 segera berlalu. Suka, duka, pahit, dan gembira akan segera menjadi kenangan, dan kita segera sambut 2018 dengan sukacita. 

Namun, untuk mengingatkan kembali pembaca setia Liputan6.com, berikut rangkuman enam peristiwa dan kasus besar yang menjadi perhatian nasional di Kabupaten Garut, Jawa Barat, sepanjang tahun ini.

Kasus Anak Gugat Ibu Di Garut

Siti Rokayah (85), wanita asal Garut yang kini tengah terbelit kasus perdata setelah kasus anak gugat ibu kandungnya di Pengadilan Negeri Garut senilai Rp 1,8 miliar. Dia menunjuk Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, sebagai pihak yang bisa mengakomodasi proses mediasi kasus tersebut.

Siti Rokayah, atau akrab disapa Mak Amih, berharap Dedi Mulyadi yang juga budayawan Sunda tersebut dapat mengupayakan jalan islah, sehingga permasalahan dapat selesai serta silaturahmi internal keluarga tetap terjalin dengan utuh.

"Kami berharap Kang Dedi bisa mengupayakan islah," kata Asep Yana (53), menantu Mak Amih dari anak bungsunya, Leni Nuraeni, saat bertemu Dedi di kediaman keluarga Mak Amih di Kelurahan Muara Sanding, Kabupaten Garut, Sabtu malam, 25 Maret 2017.

Asep juga menceritakan ihwal mediasi yang pernah dijalani oleh ibu mertuanya dengan saudaranya, yaitu Yani beserta suaminya, Haryanto, selaku penggugat.

Dalam mediasi awal sebelum masuk ke ranah persidangan di pengadilan dalam kasus utang itu, keluarganya sudah bersepakat untuk membayarkan uang sebesar Rp 120 juta kepada Yani dan suaminya. Meski sebelumnya nilai utang yang diatasnamakan ibunya itu hanya Rp 20 juta.

"Kami sudah sepakat, mau dibayar Rp 120 juta. Tapi saudara saya itu tetap keukeuh, sempat tuntutannya turun menjadi setengah dari Rp 1,8 miliar, tapi kan kami tidak mampu membayar kalau dengan jumlah segitu," ujar Asep.

Setelah ada kesanggupan dan niat baik dari Bupati Dedi, keluarga mengaku tenang dan sedikit lega. Bahkan, raut kebahagiaan terlihat dari Siti Rokayah alias Mak Amih. Ia berharap masalahnya di pengadilan segera selesai agar bisa berkonsentrasi dalam pemulihan kesehatannya.

"Alhamdulillah Kang Dedi mau bantu, Emak mah mau cepat selesai. Emak capek apalagi setelah ada masalah ini banyak wartawan datang meminta wawancara," katanya.

Sementara, Bupati Dedi mengungkapkan alasan di balik ikhtiar dirinya membantu Ibu Rokayah atas kasus yang membelit perempuan 85 tahun itu, ia menyebut teringat perjuangan ibunya. "Perjuangan seorang ibu itu tidak akan pernah tergantikan," tegas Dedi.

Dedi menambahkan seandainya kasus tersebut terjadi di Purwakarta, kemungkinan akan sangat mudah ditangani mengingat di daerahnya terdapat Program Ibu Asuh yang diberlakukan sejak 2015 lalu.

Meski berupa imbauan, program itu mengharuskan para pegawai baik ASN maupun swasta agar memiliki ibu asuh yang diberikan insentif setiap bulannya serta pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Suami Kejam Melindas Istri dengan Truk hingga Tewas

Gambaran sosok suami yang kejam pernah dilantunkan Ratu Dangdut Elvy Sukaesih melalui lagu bertajuk "Suami yang Kejam". Suami kerap berbuat kekerasan, sedangkan sang istri hanya menangis tak kuasa melawan.

Kekerasan rumah tangga yang tergambar dalam lagu tersebut nyatanya terjadi dalam rumah tangga Is, bahkan mungkin lebih sadis.

Is, warga Kampung Calincing, RT 02 RW 04, Desa Sindanglaya, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, melindas istrinya, Dewi Supartini (35), dengan menggunakan truk Fuso yang biasa digunakan untuk bekerja. Nyawa sang istri pun melayang.

"Pelaku menabrakkan truk tersebut dengan sengaja kepada korban (istrinya) hingga tewas," ucap Kepala Subbagian Humas Kepolisian Resor Garut, Jawa Barat, AKP Ridwan Tampubolon, Rabu, 3 Mei 2017.

Ridwan menjelaskan, pembunuhan sadis itu terjadi pada Selasa, 2 Mei 2017 sekitar pukul 21.00 WIB, di Jalan Desa Cimurah depan Gapura Desa Cimurah, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.

Saat itu, pelaku yang sehari-hari bekerja sebagai kernet truk Fuso itu mengalami cekcok mulut dengan korban yang merupakan istrinya akibat sesuatu hal. "Habis itu pelaku keluar rumah dan menuju mobilnya untuk istirahat dalam mobilnya," ujar dia.

Namun bukannya reda, sang istri malah terus bersitegang menanyakan suatu hal. Hingga akhirnya, korban mengejar pelaku hingga ke mobilnya.

Dalam kondisi marah yang membuncah, pelaku mengambil jalan pintas dengan melindas korban. "Korban kemudian melarikan diri dengan mobilnya ke arah kota," tutur Ridwan.

Hal senada juga disampaikan Jana Suryana, tetangga korban. Sebelum melindas dengan truk, terjadi cekcok mulut antara Is dan Dewi.

Namun, warga baru berhamburan ke luar rumah ketika mendengar jeritan minta tolong. Mereka menemukan Dewi sudah tergeletak bersimbah darah. "Korban ditinggalkan begitu saja oleh pelaku," kata dia.

Melihat kondisi itu, warga membawa korban ke Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Slamet, Kabupaten Garut. "Korban meninggal di rumah sakit," ujar Jaya.

Aparat Kepolisian Sektor Karangpawitan yang menerima laporan warga kemudian mengejar pelaku. Polisi akhirnya menangkap pelaku bersama truknya di sekitar Terminal Garut.

Suami kejam tersangka pembunuh istri itu ditahan Polres Garut. Sementara, truk Fuso warna hijau bernomor Z 9399 DF yang digunakan Is, hingga kini terparkir di halaman Polres Garut, Jawa Barat.

3 dari 6 halaman

Mungkinkah Bom Kampung Melayu Dirakit di Garut?

Sebuah kardus bekas bergambar panci presto ditemukan di belakang rumah kontrakan, RT 01/RW 06, Kampung Cempaka, Karang Pawitan, Garut, Jawa Barat, tempat tinggal terduga bomber Kampung Melayu, Jakarta Timur, Ahmad Sukri.

Penemuan kardus panci presto itu semakin menguatkan keterlibatan Ahmad sebelum kejadian pada Rabu, 24 Mei 2017, malam. Mungkinkah bom rakitan Kampung Melayu diracik di Garut?

Lurah Lebak Jaya Wawan mengatakan, Ahmad Sukri bersama anak dan para istrinya terdaftar di Ketua RT 01 Kampung Cempaka. Saat itu, kedatangan Ahmad dan para istrinya itu bermaksud meminta izin mengontrak rumah di wilayah tersebut selama setahun.

"Namun hanya lima bulan kontrakan itu diisi, sebelum kejadian Kampung Melayu (Bom)," ujar dia, Sabtu, 27 Mei 2017.

Ia mengungkapkan, kardus bekas bergambar panci presto itu pertama kali ditemukan Ketua RT setempat. "Infonya dari Pak RT itu ditemukan di belakang rumah," kata dia.

Selama di kampung itu, Wawan mengatakan, Ahmad diketahui mengontrak dua rumah. Rumah pertama bercat abu-abu berada di RT 01/RW 06 Kampung Cempaka yang ditempati Hilda bersama kedua anaknya.

Sedangkan kontrakan kedua bercat kuning yang berada di RT 03/RW 06 ditempati istri kedua dan ketiga Ahmad, yakni Neni Nuraini dan Enok Erniawati.

Namun, tepat sepekan sebelum kejadian bom Kampung Melayu meledak, Ahmad bersama Neni, istri keduanya terlihat meninggalkan kontrakan kedua yang bercat kuning dengan tergesa-gesa.

"Waktu itu Pak Ahmad sama Teh Neni bergegas membawa barang-barangnya, saya sempat tanya, mau ke mana Pak? Dia jawab mau pulang dulu. Kebetulan Teh Neni mau munggahan (menyambut hari pertama puasa) di rumah ibunya," kata Asep, salah seorang warga, menirukan ucapan Ahmad.

Dari hasil penggeledahan yang dilakukan Densus 88, ditemukan beberapa perabotan rumah yang tidak dibawa Ahmad Sukri, yakni tikar, karpet, bantal, helm warna hitam, lima buah ember warna hitam, jeriken, serta kardus yang tergolong baru bergambar panci.

Sebelumnya, Kepala Polri (Kapolri) Jenderal Polisi Tito Karnavian menjelaskan, dua bomber Kampung Melayu yakni Ikhwan Nur Salam dan Ahmad Syukri diketahui terafiliasi dengan jaringan Mudiriyah Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bandung Raya. Kelompok ini salah satu pendukung utama Bahrun Naim, warga Indonesia yang juga pentolan ISIS di Suriah.

4 dari 6 halaman

Aksi Koboi 2 Polisi Mabuk di Garut Bikin 2 Pemandu Lagu Roboh

Dua orang pemandu lagu (PL) yang tengah bekerja di salah satu tempat hiburan malam di Jalan Perintis, Kabupaten Garut, Jawa Barat, roboh diterjang peluru dari senjata api milik dua anggota Kepolisian Sektor (Polsek) Pakenjeng. Aparat pengayom masyarakat itu diduga tengah mabuk berat.

Kedua pemandu lagu yang menjadi korban aksi koboi polisi mabuk itu bernama Devia dan Sifa Amadefia. Keduanya menjalani perawatan di RSUD dr Slamet Garut.

Devia yang berkulit kuning langsat terbaring lemas setelah peluru polisi mabuk itu menembus paha kirinya. Sementara, Sifa Amadefia hanya mendapatkan perawatan ringan, setelah hidungnya terkena serpihan peluru yang dilontarkan kedua polisi tersebut.

Devia mengatakan, peluru yang menembus paha kirinya diduga berasal dari ruang sebelah yang digunakan kedua polisi. Peluru yang ditembakkan salah seorang anggota polisi itu diduga diarahkan ke tembok. Namun, sekat berbahan gipsum ternyata mudah tembus.

"Akhirnya kaki saya yang kena," kata dia, Selasa, 3 Oktober 2017.

Sementara itu, juru bicara Polres Garut, Ridwan Tampubolon mengaku telah mendapatkan informasi mengenai penembakan yang dilakukan dua anggota polres Garut itu.

"Saya sudah dapat informasinya, memang benar ada penembakan itu, nanti lebih jelasnya disampaikan," ujarnya singkat.

Kepala Seksi Propam Polres Garut Iptu Amat Rahmat mengatakan, pelaku aksi koboi itu merupakan anggota polisi yang berinisial Aiptu S dan Brigadir K. Keduanya kini meringkuk di ruang tahanan Propam Polres Garut, sedangkan barang bukti sudah diamankan. Keduanya terancam sanksi pidana dan profesi.

5 dari 6 halaman

Geger di Garut, Mama Muda Diduga Duduki Bayinya Hingga Tewas

Sejahat-jahatnya harimau tidak akan memakan anaknya sendiri. Demikian peribahasa yang menggambarkan tidak ada orangtua yang tega mencelakakan anaknya sendiri. Namun, hal itu tidak berlaku pada seorang ibu muda di Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Cucu (27), tanpa belas kasihan, tega membunuh Ismail Nugraha, anaknya sendiri yang masih berusia tiga bulan di Kampung Patrol, Desa Sindang Palay, Karangpawitan, Senin sore, 23 Oktober 2017.

Kepala Desa Sindang Palay Eye Rizaludin menyatakan kejadian pembunuhan tersebut pertama kali diketahui oleh Enjang (46), yang tak lain adalah suami Cucu, saat baru pulang dari tempat kerjanya.

"Kejadiannya sekitar pukul 16.00 WIB. Memang betul bayi meninggal, kabarnya dibunuh sama ibunya," ujar Eye kepada wartawan di lokasi kejadian.

Namun, berdasarkan informasi yang beredar, bayi laki-laki mungil tersebut tewas setelah diduduki ibunya lantaran kesal sang anak terus menangis.

Kapolsek Karangpawitan, Kompol Oon Suhendar mengatakan, pihaknya langsung mengembangkan kasus tersebut dengan mengumpulkan sejumlah saksi, termasuk menggali motif pembunuhan keji itu.

"Betul kejadiannya sekitar pukul 16.30 WIB tadi. Kami terima laporan ada bayi meninggal. Kasusnya sedang kami tangani," ungkap dia singkat tanpa menjelaskan secara rinci bagaimana kronologi kejadian itu terjadi.

Pelaku pembunuhan itu kini mendekam di sel tahanan Polres Garut. Kasusnya sudah dilimpahkan ke pihak Polres Garut, untuk mengetahui sejauh mana motif di balik pembunuhan yang dilakukan ibu muda itu.

Kapolres Garut, AKBP Novri E Turangga mengatakan, tindakan tersangka Cucu yang menghabisi nyawa buah hatinya terbilang nekat dan sadis. Polisi menyebut pembunuhan bayi Ismail telah direncanakan satu hari sebelum kejadian.

"Kalau terbukti pembunuhan berencana bisa (hukuman) seumur hidup, tapi intinya dia sudah merencanakan untuk membunuh anaknya," ujarnya di Mapolres Garut, Selasa, 24 Oktober 2017.

Berdasarkan keterangan tersangka, rencana pembunuhan muncul satu hari sebelum kejadian berlangsung. Tanpa sebab yang jelas, Cucu menghabisi anak keduanya dengan sadis hingga meninggal dunia.

Novri menambahkan, berdasarkan keterangan tersangka, Cucu menghabisi bayi laki-lakinya saat bermain dengan mendudukinya di atas bantal hingga satu jam. Ia tidak terusik dengan tangisan anaknya yang didudukinya.

"Baru berhenti setelah korban keluar darah dari hidungnya, kemudian dibersihkan darahnya, dan ditidurkan lagi menggunakan selimut layaknya sedang tidur," paparnya.

Novri juga menyebut tersangka mengaku bayinya saat itu tidak rewel. "Dia sendiri bilang anaknya baik, tidak rewel. Usia 4 bulan kan sedang lucu-lucunya, padahal kalau tidak mau biar buat saya saja saya urus," ujar Novri.

6 dari 6 halaman

Nyawa 3 Warga Garut Melayang Akibat Difteri

Sebanyak tiga warga Kabupaten Garut, Jawa Barat, meninggal dunia akibat wabah penyakit difteri. Tercatat, 11 kasus ditemukan di Garut dari total 116 kasus difteri dalam Kejadian Luar Biasa (KLB) di Jawa Barat saat ini.

Kepala Dinkes Garut Tenny Swara Rifai mengatakan, jumlah penderita difteri meningkat dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya lima kasus. "Kami tidak kaget saat difteri berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) di Jabar. Soalnya tahun lalu juga ada kasus serupa," ujarnya, Senin, 11 Desember 2017.

Menurut Tenny, dari 11 laporan yang ditemukan, sebagian besar berada di wilayah selatan Garut. "Penanganannya dilakukan di RSHS Bandung. Kami tidak menyediakan obat dan vaksin karena jarang kasusnya," paparnya.

Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Janna Markus, menambahkan ke-11 kasus difteri tersebar di Kecamatan Sukaresmi, Cibatu, Cihurip, Garut Kota, Bayongbong, Sukawening, Cisurupan, Pamulihan, Bungbulang, dan Cikajang.

"Yang sembilan orang sekarang sudah sehat. Dua orang meninggal sekitar awal tahun ini," ujarnya.

Jika dibandingkan tahun lalu, ia mengakui kasus difteri di Kota Dodol ini meningkat cukup signifikan. "Tapi, kasusnya bukan yang paling tinggi. Kasusnya memang meningkat dibanding tahun lalu," katanya.

Agar wabah difteri tidak menyebar, ia mengajak masyakat untuk mengikuti imunisasi lanjutan. Langkah imunisasi dilakukan secara bertahap dari bayi berumur 12 bulan, 18 bulan, hingga duduk di kelas 5 SD.

Selain itu, jika menemukan kasus baru di masyarakat, ia meminta masyarakat segera melaporkannya agar mendapatkan penanganan yang tepat.

Juru bicara RSUD dr Slamet Garut Muhammad Lingga Saputra menambahkan, satu pasien difteri akhirnya meninggal dunia kemarin. "Betul, kemarin ada pasien difteri bernama Aidah meninggal dunia," ujarnya.

Dengan adanya satu tambahan pasien difteri meninggal dunia asal Kampung Ngamplang, RT 01 RW 05, Kecamatan Pakenjeng tersebut, total ada tiga warga Garut meninggal dunia.

Hingga 3 Desember 2017, Dinas Kesehatan Jawa Barat mencatat sebanyak 116 kasus difteri, dengan 13 orang di antaranya meninggal dunia. Dengan kondisi itu, akhirnya wabah difteri Jabar masuk dalam status KLB.

Difteri ialah infeksi bakteri yang bersumber dari Corynebacterium diphtheriae, yang biasanya mempengaruhi selaput lendir dan tenggorokan.

Difteri biasanya ditandai dengan dengan pengingkatan suhu tubuh hingga 38 derajat Celsius, menyebabkan sakit tenggorokan, demam, pembengkakan kelenjar, dan lemas.

Dalam tahap lanjut, difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, ginjal, dan sistem saraf. Kondisi seperti itu pada akhirnya bisa berakibat sangat fatal dan berujung pada kematian.

Dengan kondisi itu, dibutuhkan upaya pencegahan sedini mungkin. Penyakit ini mudah menular melalui pernapasan, batuk, bersin, atau hanya melalui percakapan langsung.

Simak video pilihan berikut ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.