Sukses

Ngabuburit Tempo Dulu di Bandung, Main Tarzan hingga Berenang

Saat menunggu waktu berbuka puasa, banyak warga Kota Bandung saat itu bermain di pinggir Sungai Cikapundung yang airnya masih jernih.

Liputan6.com, Bandung - Ngabuburit banyak dilakukan muslim di Kota Bandung, Jawa Barat. Kini, menunggu azan magrib menjelang berbuka puasa saat bulan Ramadan, tinggal memilih berbagai kegiatan yang disukai. Baik dari televisi ataupun acara faktual yang digelar kelompok masyarakat.

Namun, berbeda dengan zaman baheula atau tempo dulu, saat Bandung belum memiliki instalasi penjernihan air (PDAM) dan sebagian warganya masih mandi dan mencuci pakaian di Sungai Cikapundung.

Menurut Haryoto Kunto, penulis berbagai sejarah Kota Bandung tempo dulu, air Sungai Cikapundung zaman dahulu airnya masih sejuk. Jernih bersih sejak dari hulu di kaki Gunung Tangkuban Perahu, Kabupaten Bandung Barat sampai bermuara di Sungai Citarum, Kabupaten Bandung.

Kebersihan air Sungai Cikapundung itu dibenarkan oleh salah satu tetua warga Babakan Ciamis, Kota Bandung, Jawa Barat, Yuyu Wahyudin (58). Ia pernah menghabiskan waktu menunggu saat berbuka puasa dengan bermain air di Sungai Cikapundung bersama rekan-rekannya pada waktu itu.

"Walungannya (sungainya) bagus bersih pada tahun 1960 itu seperti di aliran Sungai Cikapundung yang melintas Jalan Cikapayang bagus airnya, bisa tarzan-tarzanan bergelayut di dahan pohon seperti akar terus nyemplung ke air," kata Yuyu Wahyudin kepada Liputan6.com, Selasa, 30 Mei 2017.

Yuyu menjelaskan, selain bermain menirukan Tarzan (tokoh rekaan yang dikisahkan hidup di hutan), mereka sering bermain kucing-kucingan di pinggir Sungai Cikapundung kawasan Jalan Cikapayang.

Ngabuburit berbasis air ini dilakukan pula di daerah Babakan Irigasi, salah satu kawasan di tempat tinggal Yuyu. Kendati jalur jalan untuk menuju ke daerah itu hanya jalan setapak dan tidak bisa dilewati oleh kendaraan, sekalipun untuk sepeda.

"Suka ada yang ngarojay (pada berenang) karena airnya bersih. Dan masih banyak anak -anak dari dua kampung setempat menghabiskan waktu menunggu buka puasa," tutur Yuyu.

Lokasi ngabuburit tempo dulu di Kampung Pangumbahan, Jalan Perintis Kemerdekaan dan Balai Kota Bandung, Jawa Barat. (Liputan6.com/Arie Nugraha)

Keisengan lainnya yang dilakukan oleh Yuyu dan kawan-kawannya saat berpuasa adalah bermain bola di Kota Praja (Balai Kota) Bandung yang kini beralih fungsi menjadi lokasi parkir kendaraan pegawai negeri sipil (PNS).

Dia menambahkan, ada lagi permainan saat puasa yang diingat terus olehnya. Yaitu, membuat pisau dari paku yang digilas oleh kereta api di bantalan rel di jalur Jembatan Viaduct (Jalan Perintis Kemerdekaan). Saat rangkaian kereta api melintas, gerombolan bocah pada waktu itu menghindar di sebuah batu yang ada di perbatasan jembatan dan jalan raya.

"Hasil pisaunya bagus usai dilindas kereta api, tapi suka dikejar sama Polsus (Polisi Khusus Kereta Api)," ujar Yuyu.

Hal serupa dikatakan warga Babakan Ciamis lainnya, Asep Sopian (38). Ia mengungkapkan, ngabuburit di aliran Sungai Cikapundung yang jernih dimulai sejak pukul 17.00 WIB sampai azan magrib berkumandang.

Namun, Sungai Cikapundung yang dulu sebagai lokasi ngabuburit kini banyak sampah seperti popok bayi sekali pakai.

Lokasi ngabuburit tempo dulu di Kampung Pangumbahan, Jalan Perintis Kemerdekaan dan Balai Kota Bandung, Jawa Barat. (Liputan6.com/Arie Nugraha)

Asep yang telah 11 tahun tinggal di Babakan Ciamis, Bandung, mengamati anak usia 12-13 tahun di tempat tinggalnya, kini menghabiskan waktu menunggu berbuka puasanya dengan bermain di berbagai taman yang telah disediakan oleh pemerintah daerah.

"Dulu, hampir semua anak-anak di Babakan Ciamis dipastikan turun ke Sungai Cipakundung kalau saat bulan puasa," kata Asep.

Lokasi ngabuburit tempo dulu di Kampung Pangumbahan, Jalan Perintis Kemerdekaan dan Balai Kota Bandung, Jawa Barat. (Liputan6.com/Arie Nugraha)

Berdasarkan buku Ramadan di Priangan karya Haryoto Kunto, konon pada dulu kala di tepian sungai di dekat Babakan Ciamis, terdapat Kampung Pangumbahan, tempat warga dan tukang cuci di Kota Bandung membersihkan pakaian.

Tak jauh dari Kampung Pangumbahan, tepatnya di bawah Jalan Gereja (Jalan Perintis Kemerdekaan), dikenal sebagai Leuwi Pajati.

Leuwi Pajati ini selama bulan Ramadan, usai salat asar, ramai dikunjungi warga untuk mandi dan berburu ikan sembari menunggu waktu berbuka puasa. Di Leuwi Pajati tersebut terkadang warga berhasil menangkap udang kecil, ikan deleg, beunteur, bogo, dan ikan tawes untuk dijadikan lauk pauk berbuka puasa.

Cikal bakal ngabuburit saat bulan Ramadan disebabkan pada masa lalu warga Kota Bandung enggan menggali sumur. Alasannya, penggalian yang harus dalam dengan waktu lama agar air tanah keluar menjadi salah satu penyebabnya. Alhasil, penduduk setempat senang memanfaatkan air Sungai Cikapundung tersebut.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.