Sukses

Banyak Anggapan Ibu Rumah Tangga Seorang Pengangguran

Perempuan dengan kemampuan berperan ganda masih melekat label negatif pada dirinya.

Liputan6.com, Brebes - Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Jawa Tengah, Tri Wuryaningsih menyayangkan masih banyak pihak yang memarjinalkan perempuan.

Menurut dia, manusia memiliki derajat yang sama di mata Tuhan, kecuali tingkat ketakwaannya. Bahkan perempuan, telah diangkat derajatnya hingga setara dengan laki laki sejak Nabi Muhammad diutus ke muka bumi.

"Bahkan Siti Khadijah, menjadi pemeluk Islam yang pertama. Khadijah menjadi wanita perkasa, pengusaha besar. Jadi, sangat primitif kalau masih memandang rendah terhadap wanita," ucap Tri usai mengisi seminar Hari Ibu di Pendopo Brebes Jawa Tengah, Senin, 19 Desember 2016.

Tri memaparkan banyak wanita yang memiliki kemampuan lebih dalam berbagai jenis pekerjaan dan disiplin ilmu. Perempuan bisa memegang jabatan-jabatan strategis dari pemimpin nasional sampai pemimpin daerah. 

Perempuan juga mampu berperan ganda sebagai perawat, pendidik anak, pendamping suami, juga pencari nafkah tambahan. "Perempuan pencari nafkah utama masih harus mengerjakan tugas domestik," kata dia.

Sayangnya, keluh Tri, masih ada pelabelan negatif yang melekat pada tubuh wanita seperti, wanita hanya sekadar berkutat di sumur, dapur, kasur. Bahkan ada istilah "sekadar ibu rumah tangga" atau ibu rumah tangga yang dianggap sebagai pengangguran.

Tri menambahkan perempuan kerap mendapatkan kekerasan secara fisik maupun non-fisik. Kekerasan tersebut berupa larangan untuk belajar atau mengembangkan karir, penggunaan istilah yang menyebut ciri fisik atau status sosial, seperti bahenol, janda kembang, perawan tua, nenek lincah, dan seterusnya.

"Terkadang wanita kerap mendapat tindakan yang diasosiasikan sebagai pernyataan hasrat seksual seperti kedipan, suitan, rangkulan, green jokes," ungkap dia.

Selain itu, sebut Tri, ada juga kekerasan seksual yang sering menimpa perempuan seperti pengabaian penggunaan kontrasepsi, pencabulan, perkosaan, inses (perkawinan sedarah). Kemudian, perselingkuhan atau poligami tanpa izin isteri, pemukulan atau penyiksaan fisik lain, pengurungan di dalam rumah, pemasungan hak-hak politik. 

"Juga pemaksaan perkawinan, pemaksaan pindah agama mengikuti agama pasangan, perendahan martabat perempuan semata-mata sebagai objek seks dalam iklan," ujar dia.

Sementara itu, Plt Bupati Brebes Budi Wibowo meminta kepada para kaum hawa untuk tidak cengeng. Tetap bersemangat dengan berbagai bekal ilmu dan kemampuan yang dimiliki secara maksimal untuk pengabdian kepada keluarga dan Illahi.

"Tetaplah berkarir dengan tidak meninggalkan kodratinya sebagai seorang wanita," ucap Budi Wibowo.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini