Sukses

Pamen Polisi Sulsel Dimutasi, Imbas 2 Kasus?

Dua pamen polisi Makassar dimutasi. Diduga, karena kasus penganiayaan orangtua dan siswa ke gurunya dan bentrokan Polisi vs Satpol PP.

Liputan6.com, Makassar - Dua perwira menengah kepolisian di Sulawesi Selatan (Sulsel) tiba-tiba dimutasi. Mereka adalah Kapolsek Tamalate Makassar, Kompol Azis Yunus dan Kepala Satuan Sabhara Polrestabes Makassar, AKBP Hardeni.

Kedua perwira menengah (pamen) Polrestabes Makassar tersebut merupakan perwira yang terlibat dalam dua insiden yang belakangan membuat Kota Makassar gempar di tingkat nasional.

Kompol Azis Yunus merupakan Kapolsek yang menangani kasus dugaan penganiayaan terhadap seorang guru SMKN 2 Makassar, Dasrul yang dilakukan oleh orangtua dan siswanya sendiri yakni Ahmad Adnan dan anaknya MAS.

Kasus ini pun membuat gempar dan ramai diberitakan media. Penyidik di bawah komando Azis pun bekerja dengan melakukan penyelidikan secara maraton dan intensif.

Alhasil kasus ini pun hanya butuh sehari lalu ditingkatkan ke tahap penyidikan dan kedua terlapor masing-masing orang tua siswa Achmad Adnan dan anaknya MAS ditetapkan sebagai tersangka dugaan penganiayan yang dilaporkan gurunya, Dasrul.

Usai penetapan tersangka, ternyata kasus ini pun berbuntut panjang. Sebab, kedua tersangka melawan. Adnan menyuruh anaknya, MAS melaporkan balik gurunya, Dasrul dengan dugaan pidana penganiayaan serta undang-undang perlindungan anak. Saat ini pelaporan balik MAS masih tahap penyelidikan.

Karena permasalahan semakin runcing, kasus saling lapor ini pun diambil alih Polrestabes Makassar.

Kasus Polisi vs Satpol

Berbeda dengan AKBP Hardeni Kasat Sabhara Polrestabes Makassar. Diduga mutasinya karena adanya insiden bentrokan yang melibatkan anggotanya dengan anggota Satpol PP Makassar.

Bentrokan terjadi saat anggota satuan yang dipimpinnya terlibat percekcokan dengan anggota Satpol PP di anjungan pantai losari. Buntutnya, anggota Sabhara menyerang markas Satpol PP yang masih satu kawasan dengan kantor Balai Kota Makassar.

Dalam penyerangan anggota Sabhara itu, korban dari kedua belah pihak berjatuhan. Dari pihak Sabhara terdapat korban tewas akibat tikaman oleh anggota Satpol. Sementara anggota Satpol PP luka parah, namun tak berujung pada kematian.

Tak hanya itu, beberapa bagian kantor Balai Kota yang merupakan kantor Wali Kota Makassar rusak parah. Selain jendela dan ruangan tampak hancur, 10 unit mobil dan 86 unit motor yang terparkir di halaman Balai Kota juga turut hancur.

Peristiwa ini pun menyita perhatian masyarakat hingga tingkat nasional. Tak hanya Mabes Polri dan Kemendagri, Komnas HAM pun terpaksa turun tangan melakukan investigasi terkait kejadian memalukan tersebut.

Mutasi kedua perwira menengah tersebut berdasarkan surat telegram Kapolda, bernomor ST/1598/VIII/2016 tanggal 13 Agustus 2016. Dalam telegram disebutkan, AKBP Hardeni digantikan Kasubditdalmas Sabhara Polda AKBP Priswo Pramuko. Sedangkan Kapolsek Tamalate, Kompol Azis Yunus digantikan Kompol Amrin Ambo, yang sebelumnya menjabat Kanit 4 Subdit 3 Direktorat Narkoba Polda Sulsel.

Tak hanya keduanya, dalam mutasi itu turut juga 275 orang perwira lingkungan Polda Sulsel yang terjaring perotasian.

Kepala Bidang Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Frans Barung Mangera membenarkan adanya pergesaran jabatan di tingkat perwira menengah tersebut. Namun ia menampik jika mutasi yang ada saat ini adalah imbas dari insiden yang terjadi di Makassar.

"Rotasi dalam institusi Polri merupakan hal yang wajar tidak ada kaitannya terhadap kasus besar yang terjadi dalam sepekan ini. Rotasi dalam struktur organisasi itu tujuannya untuk penyegaran personel atau untuk tour of duty," singkatnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.