Sukses

Pesan Berantai yang Kritik Pokemon Go Palsu

UGM membantah penulis pesan berantai yang kritik Pokemon Go itu adalah Dekan Fakultas Psikologi UGM.

Liputan6.com, Yogyakarta - Sebuah pesan berantai tentang keburukan gim Pokemon Go tersebar sejak beberapa hari lalu. Pesan berantai itu mengatasnamakan Dekan Psikologi UGM yang menjelaskan bahaya memainkan gim ini.

Namun, Kepala Humas dan Protokol UGM Iva Ariani mengatakan isi dalam pesan berantai (broadcast) itu dipastikan bukan ditulis oleh dosen UGM. "Beliau dosen psikologi namun bukan dekan dan itu buka statement beliau," ujar Iva, Selasa (19/7/2016).

Iva menyebut isi pesan berantai itu tidak bisa dipertanggungjawabkan. Ia meminta masyarakat tidak terkecoh dengan isi broadcast yang belum bisa dipertanggungjawabkan.

"Ya bukan beliau yang tulis jadi hoax," ujar Iva.

Dalam pesan berantai itu, seseorang yang mengatasnamakan dekan Fakultas Psikologi UGM menyatakan ada ancaman serius terkandung dalam gim Pokemon Go. Ia menulis ancaman itu tersembunyi di balik teknologi interconnecting geospatial (maps) yang digunakan dalam gim tersebut.

Dengan teknologi tersebut, data yang terekam dimungkinkan disalahgunakan sebagai informasi bagi intelijen asing. Apalagi, jika pejabat, polisi, tentara dan PNS memainkannya di dalam lingkungan kerja mereka.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Isi Pesan Berantai

"Mohon maaf sebelumnya para sahabatku. Dari: Prof Dr Tina Afiatin, MPsi (Dekan Fak Psikologi UGM)

Ancaman Serius dari Game Pokemon GO (BLOK)

Dunia sedang booming injeksi "Pembodohan" bernama aplikasi game Pokemon GO (BLOK).

Tanpa disadari kaum builderberg semakin canggih membangun perangkat "intelijen" dalam bentuk game yang terbalut teknologi interconnecting geospasial (maps) bernama Pokemon GO (BLOK)

Taukah anda mengapa saya sebut permainan ini adalah perangkat intelijen yang sengaja diciptakan untuk merekonsiliasi data citra fisik valid untuk memetakan setiap sudut wilayah negara-negara dimana para user mengaktifkannya.

Dikala satelit yang digunakan oleh google earth dan google maps tak mampu menjangkau gambaran sempurna 3 dimensi dalam sebuah wilayah, maka mereka menggagas ide baru memanfaatkan kebodohan para gamers atau gadget maniac dalam menjalankan agenda maping intelijen NWO untuk memetakan sistem pertahanan dan unit-unit vital setiap negara lewat game yang mengkoneksikan fitur kamera, maps dan data celular.

Coba bayangkan jika seluruh Pejabat, Tentara, Polisi, PNS dan masyarakat awam berbondong memainkan game Pokemon GO (BLOK) ini di wilayah kerja masing-masing..berapa banyak data valid bangunan fisik serta citra ruang yang harusnya bersifat rahasia bagi suatu pertahanan negara dapat diakses hanya karena kebodohan orang-orang itu yang seolah-olah diminta mencari binatang bernama Pokemon itu.

Hal ini mengingatkan saya pada sebuah teknik operasi intelijen yang dijalankan USA melalui eksploitasi dan analisis pencitraan dan informasi geospasial dalam menggambarkan fitur fisik dan aktivitas secara geografis di bumi atau yang mereka sebut Geospatial Intelligence.

Salah satu contoh pemanfaatan yang sangat jelas terlihat adalah pemanfaatan aplikasi geoweb seperti Google Earth dan Google Maps oleh pasukan Amerika Serikat dalam operasi penyergapan, penangkapan dan pembunuhan Osama bin Laden di rumah persembunyiannya pada tanggal 2 Mei 2011 yang lalu.

Berkat Google Maps dan Google Earth, mereka dapat mengikuti perjalanan Bin Laden mulai dari Khartoum sampai Jalalabad sampai daerah terpencil dimana ia bersembunyi lalu menemui akhir hidupnya di pakistan.

Jika hal itu baru menggunakan sistem google earth yang hanya mencitrakan bentuk datar dari atas satelit lalu bagaimana jika sistem itu semakin sempurna dengan metode yang tak diduga-diduga dapat mengumpulkan data fisik 3d faktual lewat sebuah aplikasi game.

Bayangkan jika para menteri-menteri, jenderal-jenderal, petinggi Tentara/Polisi, DPR, Serta seluruh perangkat pegawai negeri sipil ikut latah memainkan game tersebut akibat "booming trend" berapa banyak rahasia data citra fisik yang bisa didapatkan gratis oleh provider game yang telah bekerjasama dengan Institusi Intelijen Dunia itu.

Oleh karena itu, jangan anggap remeh sebuah teknologi berkedok entertainment dan saya harap Presiden dapat memberikan warning kepada para perangkat negara untuk tidak memainkan game tersebut dan bahkan karena berpotensi sebagai ancaman bagi pertahanan dan keamanan negara maka game itu sah untuk di bloking di Indonesia.

Mari asah terus daya nalar dan kesadaran..Teknologi pada satu sisi memang bermanfaat tapi jangan sampai anda dieksploitasi oleh Teknologi".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.