Sukses

Soal Klaim Raja Diraja, Ini Reaksi Sultan Kasepuhan Cirebon

Pengakuan MA yang mengklaim sebagai Raja Diraja tersebut belum bisa diyakini keabsahannya.

Liputan6.com, Cirebon - Pengakuan Sri Baginda Raja Pangeran Muhammad Abdullah Hasanudin (MA) sebagai "Raja Diraja" Purwaka Caruban Nagari Kerajaan Cirebon mendapat tanggapan dari Keraton Kasepuhan Cirebon.

Sultan Keraton Kasepuhan PRA Arief Natadiningrat menyatakan pengakuan MA yang mengklaim sebagai "Raja Diraja" tersebut belum bisa diyakini keabsahannya.

Dia menegaskan, keberadaan keraton di Cirebon maupun Indonesia memiliki bukti sejarah konkrit.

"Negara kita punya sejarah, berarti punya artefak, silsilah, peninggalan dan petilasan. Jadi tidak bisa direkayasa karena bukti sejarahnya kuat," kata Sultan Arief, Minggu (28/02/2016).

Dia menanggapi soal MA yang mengklaim diutus oleh Kerajaan Kutai Kertanegara, Sultan Mulawarman, untuk menyejahterakan umat,

Sultan Arief menegaskan keberadaan MA yang diutus oleh Kerajaan Kutai Kertanegara Sultan Mulawarman harus diverifikasi dulu silsilah dan kekeluargaannya dalam sejarah.

Jika MA mengaku ada keturunan dari salah satu keraton di Cirebon, maka gelar tersebut seharusnya ada pertimbangan dari keraton yang bersangkutan.


Dia enggan menanggapi gerakan yang dilakukan MA dengan mengatasnamakan Lembaga Adat Besar Republik Indonesia (LABRI). Terlebih, MA mengaku sudah mendapat tandatangan dan dukungan dari Presiden RI Jokowi.

Sultan Arief juga menegaskan, keberadaan MA jangan sampai mengaburkan sejarah. Karena, berbahaya untuk generasi yang akan datang.

"Kami juga berterimakasih dengan keberadaan MA di media kerajaan jadi laku lagi tapi kami bukan berarti mengakuinya. Dulu yang laku parpol sekarang kerajaan," kata Sultan Arief.

Dia mengaku belum mengetahui secara pasti apakah keberadaan MA sah dan diakui, khususnya terkait pengakuannya berasal dari keluarga kerajaan bahkan turunan Syekh Syarif Hidayatullah.

"Soal turunan Sunan Gunungjati kita semua turunan dari Nabi Adam," tandas Sultan.

Soal klaim "Raja Diraja" yang akan menjadi pemersatu nusantara dan keraton di Indonesia, Sultan Arief tidak menanggapi serius.

"Kami positif saja, ada baiknya kan keraton kami jadi laku alias banyak yang datang. Tapi yang jelas jangan sampai mengaburkan sejarah. Karena itu fatal," ujar Sultan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.