Liputan6.com, Jakarta - Uni Eropa dan Tiongkok resmi memulai negosiasi untuk menggantikan tarif impor kendaraan listrik (EV) asal Tiongkok, dengan skema harga minimum.
Langkah ini diambil setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengumumkan penangguhan sementara tarif timbal balik terhadap negara-negara selain Tiongkok, serta mengancam akan menaikkan tarif terhadap produk .
Baca Juga
Disitat Reuters, sejak Oktober 2023 Uni Eropa memberlakukan tarif tambahan hingga 45,3 persen terhadap EV Tiongkok, termasuk merek seperti BYD, Geely, dan SAIC, sebagai respons terhadap dugaan subsidi tidak adil dari pemerintah China.
Advertisement
Sebagai balasan, Negeri Tirai Bambu mengenakan tarif terhadap produk Eropa, termasuk ekspor cognac Prancis. ​
Dalam pernyataan resminya, Komisi Eropa menyatakan bahwa Komisaris Perdagangan Maros Sefcovic telah berdiskusi dengan Menteri Perdagangan China, Wang Wentao untuk mengeksplorasi kemungkinan penerapan harga minimum bagi EV Tiongkok yang masuk ke pasar Eropa.
Skema ini diharapkan dapat menggantikan tarif yang ada dengan pendekatan yang lebih efektif dan dapat diverifikasi.
Langkah ini disambut baik oleh industri otomotif Jerman, yang sangat bergantung pada pasar Tiongkok. Sementara itu, terkait penghapusan hambatan perdagangan lebih menguntungkan dibandingkan penerapan tarif baru.
Sementara itu, kebijakan tarif agresif dari Presiden Trump terhadap Tiongkok telah mendorong produsen mobil Tiongkok untuk lebih fokus pada ekspansi di pasar Eropa.
Dengan hambatan tinggi di pasar AS, Eropa menjadi pasar ekspor utama bagi merek seperti BYD dan Geely.
Strategi Hadapi Trump
Para analis perdagangan internasional menyebut situasi ini sebagai trade diversion, di mana produsen mengalihkan ekspor ke pasar yang lebih terbuka akibat hambatan di pasar lain.
Negosiasi antara Uni Eropa dan Tiongkok ini, menunjukkan upaya kedua pihak untuk menemukan kerangka kerja perdagangan yang berkelanjutan di tengah ketegangan global yang meningkat.
Advertisement