Sukses

Penjualan Terjun Bebas, Toyota Pangkas Produksi Kendaraan Listrik

Toyota Motor telah memangkas rencana produksi kendaraan listriknya pada 2026, hingga sepertiga

Liputan6.com, Jakarta - Toyota Motor telah memangkas rencana produksi kendaraan listriknya pada 2026, hingga sepertiga. Demikian dilansir Asia Nikkei, yang disitat dari Reuters, Minggu (8/9/2026).

Pengurangan produksi ini karena penjualan kendaraan listrik secara global terus menurun.

Toyota mengatakan tidak ada perubahan kepada niatnya untuk memproduksi 1,5 juta unit kendaraan listrik per tahun pada 2026, dan 3,5 juta unit pada 2030. Namun, jenama asal Jepang ini menyebut angka tersebut bukanlah target, melainkan tolak ukur bagi para pemegang saham.

Memproduksi 1 juta unit kendaraan listrik per tahun merupakan usaha yang ambisius bagi Toyota, yang telah berupaya lebih keras dalam mengembangkan kendaraan hibrida, dan hanya menjual sekitar 104 ribu unit kendaraan listrik tahun lalu.

Sementara itu, kendaraan listrik saat ini menyumbang sekitar 1 persen dari penjualan globalnya.

Awal pekan ini, produsen mobil Swedia, Volvo Cars, membatalkan targetnya untuk beralih sepenuhnya ke kendaraan listrik pada 2030, dengan mengatakan kemungkinannya masih akan menawarkan beberapa model hibrida dalam jajaran produknya saat itu.

Di Amerika Serikat, General Motors (GM) dan produsen mobil lainnya telah menunda atau membatalkan model listrik baru untuk menghindari pengeluaran besar, pada kendaraan yang tidak dibeli konsumen secepat yang diantisipasi.

2 dari 2 halaman

Jepang Siap Investasi US$ 2,4 Miliar untuk Produksi Baterai EV

Jepang akan memberikan lebih banyak subsidi untuk produksi baterai kendaraan listrik, dan menjanjikan dukungan sebanyak US$ 2,4 miliar untuk proyek terkait Toyota Motor, dan perusahaan besar lainnya. Hal tersebut, seiring upayannya untuk memperkuat rantai pasokannya baterainya.

Dikutip dari Reuters, pemerintah Jepang akan mendukung 12 proyek untuk baterai penyimpanan atau suku cadang, material, atau peralatan produksi hingga US$ 2,44 miliar.

"Kami berharap upaya ini akan memperkuat rantai pasokan baterai penyimpanan Jepang, dan daya saing industri baterai penyimpanan," ujar Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Ken Saito.

Langkah ini akan membantu memperluas kapasitas produksi tahunan baterai penyimpanan negara itu sekitar 50 persen menjadi 120 gigawatt-jam (GWh), dari 80 GWh.

Dukungan pemerintah termasuk dukungan investasi oleh Toyota, Nissan Motor, dan proyek bersama yang dilakukan oleh Panasonic Holdings, Subaru, dan Mazda Motor.

Selain itu, bantuan terbaru, juga baru muncul setelah pemerintah menjanjikan subsidi hampir US$ 1 miliar untuk produksi baterai penyimpanan pada Juni tahun lalu, dan subsidi tahap pertama pada April 2023.

 

Video Terkini