Sukses

6 Kebiasaan Buruk yang Membatasi Mental Jadi Kuat

Kebiasaan buruk yang tidak disadari dapat menahan mental untuk menjadi kuat.

Liputan6.com, Jakarta Banyak orang salah mengira jika kekuatan mental adalah ketika mampu menghadapi tantangan mental. Atau dengan mudah menangani segala gangguan yang menghadang. Namun, setiap orang memiliki kekuatan mental sampai tingkat tertentu.

Amy Morin adalah psikoterapis, pekerja sosial klinis berlisensi, pelatih kekuatan mental, menemukan bahwa kebanyakan orang tidak sekuat mental yang dimiliki. Hal ini biasanya terjadi karena gagal mempersiapkan diri.

Jika ingin membangun kekuatan mental yang diperlukan untuk mencapai potensi terbesar, maka perlu menciptakan gaya hidup yang membantu untuk mencapainya. Serta berupaya menghilangkan hambatan yang menguras kekuatan mental.

Berikut adalah enam penyebab Anda tidak memiliki mental kuat, melansir laman Business Insider, Rabu (25/3/2020).

1. Tidak membatasi diri

Sangat baik jika Anda bisa dikelilingi orang-orang yang memberikan aura positif, tetapi hal ini tidak realistis. Pasti ada anggota keluarga yang mengkritik atau rekan kerja yang terus meneus memaksakan kehendak. Energi yang dikeluarkan akan menguras mental dengan cepat.

Tapi di sisi lain, Anda merasa masih butuh dengan hal-hal tadi. Sebenarnya tidak perlu menghilangkan sepenuhnya, Anda dapat menetapkan batas dengan cara menghindari percakapan yang tidak produktif.

Kemudian mengatakan tidak kepada seseorang yang meminta untuk meminjam sesuatu, atau menolak undangan ke acara yang tidak ingin dihadiri.

Membuat batasan yang sehat memastikan bahwa waktu dan energi mengarah ke hal-hal yang baik dan orang yang paling dihargai. Dan hal itu akan membantu etap kuat secara mental saat bekerja menuju tujuan.

2. Percaya bahwa otak dapat bekerja lebih dari yang seharusnya

Otak sangat suka saat Anda berada di zona nyaman. Tetapi ingat bahwa otak bisa berbohong. Anda sebenarnya lebih kuat dari yang dikira. Jika ingin tumbuh lebih kuat, maka harus menerima bahwa Anda lebih mampu dan kompeten daripada yang diberikan otak yang berarti melangkah keluar dari zona nyaman ketika tidak ada jaminan kesuksesan.

Perlu diingat bahwa Anda lebih mampu menangani kegagalan daripada yang disadari. Meskipun gagal terasa buruk, cukup berupaya dengan ulet untuk menangani saat ketidaknyamanan datang.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

3. Menghindari hal yang ditakuti

Mungkin Anda berpikir tidak ada rasa takut adalah tanda kekuatan, tetapi ternyata salah. Jika tidak pernah merasa takut, justru kemungkinan besar tidak pernah memaksakan diri untuk melakukan hal-hal yang menantang. Melakukan hal-hal yang sedikit membuat takut justru bisa membuat mental lebih kuat.

Tantang diri untuk melakukan lebih banyak terlepas dari apakah akan berhasil atau tidak. Maka Anda  akan belajar pelajaran hidup yang berharga dalam proses tersebut.

4. Tidak memperhatikan emosi

Emosi mempengaruhi setiap keputusan yang dibuat. Penelitian menunjukkan bahwa orang memainkannya dengan aman ketika merasa cemas dan lebih cenderung mengambil risiko impulsif saat marah atau malu. Selama proses negosiasi, cenderung kurang puas ketika merasa sedih, karena tidak ingin mengambil risiko ditolak.

Namun ada justru bagus dengan menghabiskan sedikit waktu untuk memikirkan perasaan. Akibatnya, mungkin tidak memperhatikan bagaimana emosi  mengaburkan penilaian. Diam beberapa menit untuk memikirkan bagaimana perasaan sendiri.

Hanya dengan menyebutkan emosi dapat membantu mendapatkan wawasan tentang bagaimana perasaan dapat memengaruhi cara berpikir dan tindakan yang akan diambil. Memberi label perasaan  juga bisa membantu menghilangkan rasa ingin tahu.

3 dari 3 halaman

5. Terlalu Sibuk

Jadwal yang sibuk dapat mempengaruhi mental. Kesibukan menyisakan sedikit ruang untuk refleksi, pengembangan pribadi, dan pelatihan kekuatan mental. Membangun otot mental seringkali membutuhkan lebih banyak "keberadaan" dan lebih sedikit "melakukan".

Mempraktikkan perhatian, misalnya, membutuhkan upaya kesadaran diri. Hasilnya tidak akan terlihat secara langsung langsung. Dan bahkan mungkin merasa bersalah karena tidak "produktif."

Tetapi setiap orang memiliki ruang dalam kehidupan sibuk mereka untuk menumbuhkan otot mental yang lebih besar, jika kebugaran mental adalah prioritas. Setelah itu, akan menjadi lebih efektif dalam setiap aspek kehidupan.

 6. Mengonsumsi media yang tidak sehat

Segala sesuatu hal dari berita yang ditonton, hingga orang yang dikuti pada media sosial, memengaruhi kebugaran mental. Tetapi kebanyakan  pasif tentang apa yang dikonsumsi setiap hari.

Pengguliran berita tanpa akhir dan saluran yang tidak ada artinya dapat menguras kekuatan mental karena beberapa alasan. Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa berita meningkatkan kecemasan kita.

Membiarkan diri dibombardir oleh berita sepanjang hari dapat menyebabkan fokus pada peristiwa-peristiwa bencana. Studi-studi juga menunjukkan bahwa suasana hati cenderung menurun setelah menghabiskan beberapa menit di media sosial.

Seseorang cenderung membandingkan diri dengan orang lain dan menganggap mereka hidup lebih baik daripada Anda. Lebih baik ikuti orang-orang inspirasional di media sosial, gunakan aplikasi yang membantu tetap pada kebiasaan yang lebih sehat, dan mengambil kursus online yang membantu  mengembangkan pola pikir yang lebih sehat.

 

Reporter : Tiara Sekarini

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini