Sukses

HEADLINE: Muncul Usulan Gibran Jadi Cawapres Prabowo Subianto, Peluangnya?

Gibran Rakabuming Raka ramai diusulkan jadi calon wakil presiden untuk Prabowo Subianto. Namun, bagaimana peluangnya? Mengingat usia Gibran belum cukup untuk dicalonkan jadi cawapres.

Liputan6.com, Jakarta Trah Jokowi bikin heboh jagat politik Tanah Air. Dua minggu lalu, geger Kaesang Pangarep didaulat jadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Kini heboh Gibran Rakabuming Raka ramai diusulkan jadi calon wakil presiden untuk Prabowo Subianto.

Nama Gibran disandingkan dengan Prabowo, bermula dari pertemuan keduanya pada Jumat 19 Mei 2023 malam lalu. Saat itu, keduanya makan malam bersama di angkringan Omah Semar, Solo, yang berakhir dengan pemanggilan Gibran oleh PDIP. Namun, keduanya membantah tengah PDKT alias "pendekatan" jelang Pemilu 2024.

Namun, seiring waktu, nama Gibran masuk juga dalam bursa bakal cawapres Prabowo

Juru Bicara DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra mengungkap kandidat calon wakil presiden untuk Prabowo Subianto di Pemilu 2024 menguat pada empat nama, yakni Airlangga Hartarto yang diusung oleh Partai Golkar, Erick Thohir yang diusung oleh PAN, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Usulan Gibran sebagai cawapres Prabowo berasal dari partai politik, relawan Jokowi, pegiat musik hingga kelompok pelestari masakan.

Nama pemuda yang baru terjun ke dunia politik dan menang dalam pilkada Kota Solo itu pun muncul di berbagai survei cawapres.

Ditambah saat ini, Mahkamah Konstitusi (MK) serius menggodok judicial review atau uji materi Pasal 169 huruf q Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu terkait batas usia minimal 40 tahun sebagai calon presiden dan wakil presiden.

Lalu, bagaimana peluang Gibran untuk menjadi cawapres Prabowo?

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin, mengatakan bisa saja Gibran menjadi cawapres Prabowo meski elektabilitasnya rendah. Asal, lanjut dia, ada campur tangan dari Jokowi.

"Kalau bisa Gibran, ya Gibran, bukan siapa-siapa. Karena dia anaknya Jokowi, jadi orang takut, orang akan dukung. Jadi campur tangan Jokowi lah Gibran bisa didesain untuk menjadi cawapresnya Prabowo," kata Ujang saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (10/10/2023).

Analis politik Hendri Satrio mengatakan, elektabilitas Gibran lebih kecil dibanding nama-nama lain yang disebut-sebut masuk bursa. Sebut saja hasil survei Poltracking Indonesia soal elektabilitas bakal cawapres 2024. Pada survei yang dilakukan pada 3-9 September 2023 itu, elektabilitas Gibran Rakabuming Raka hanya ada di angka 7,3 persen.

Namun, Founder lembaga survei KedaiKOPI menilai, Gibran bisa saja menjadi cawapres Prabowo Subianto dan menyokongnya untuk memenangkan Pilpres 2024. 

Menurut dia, setiap pasangan tetap memiliki kans untuk memenangkan Pilpres 2024. Termasuk Prabowo Subianto jika berpasangan dengan Gibran. Namun, akan ada stigma negatif yang mengikuti.

"Ya sangat mungkin menang. Semua pasangan kan punya kans untuk menang. Apalagi masih jauh sangat mungkin bisa terjadi kemungkinan-kemungkinannya. Hanya saja, cap dinasti politik, aji mumpung, pada saat bapaknya jadi presiden, anaknya maju," ujar Hendri saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (10/10/2023).

Elektabilitas Prabowo Turun Jika Berpasangan dengan Gibran

Hasil survei Indikator Politik Nasional (IPN) menyebut, elektabilitas bakal calon presiden Prabowo Subianto turun, jika dipasangkan dengan Gibran.

Direktur Riset IPN, Wahyu Sanjaya, menjelaskan, Prabowo Subianto selalu memuncaki elektabilitas tertinggi dibandingkan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.

"Namun, jika dipadukan dengan pasangan yang ada, seperti Prabowo-Gibran, minat responden dalam memilih justru menurun dibandingkan jika disandingkan dengan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, atau Menteri BUMN, Erick Thohir," ungkap Wahyu seperti dilansir Antara, Selasa.

Menurut survei lembaga tersebut, pasangan Prabowo dan Gibran dengan perolehan 5,1 persen suara. Elektabilitas Prabowo justru meroket ketika disandingkan dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah, sebesar 62,4 persen. Lalu, Prabowo dan Erick sebesar 16,3 persen.

Sanjaya menjelaskan alasan elektabilitas Prabowo menurun ketika berpasangan dengan Gibran. Mayoritas responden tidak mendukung dan sangat tidak mendukung jika Prabowo Subianto memilih Gibran sebagai pasangan.

 

 

 

Settingan Jokowi?

Menurut Ujang, munculnya nama Gibran sebagai kandidat cawapres merupakan desain dari Jokowi yang menginginkan anaknya berkuasa.

"Ini pemaksaan Jokowi agar dia terus berkuasa, agar secara politik, hukum, dan bisnis aman. Kalau dia sudah tidak jadi presiden lagi, paling enggak anaknya jadi cawapres. Kalau menang jadi wakil presiden, kan gitu," kata Ujang.

Berbagai dukungan dari sejumlah elemen masyarakat, menurut Ujang, adalah "settingan", seolah-olah rakyat menghendaki Gibran untuk memimpin bangsa ini. Termasuk uji materi batas usia capres-cawapres yang diajukan ke MK, merupakan desain Jokowi.

"Ini sebenarnya settingan yang dibuat seolah-olah rakyat menginginkan Gibran menjadi cawapres. Padahal rakyat yang sebenarnya, rakyat yang sesungguhnya sih enggak mau, karena terkait dinasti politik. Terkait dengan pemaksaan kehendak dari Jokowi yang ingin anaknya jadi cawapres," kata Ujang.

"Jadi kalkulasinya tergantung putusan MK. MK kan sedang dikondisikan, sedang dimainkan agar memberi karpet merah kepada Gibran untuk bisa menjadi cawapres. Semuanya politik mudah kita baca karena semuanya bisa dikondisikan, bisa dimainkan," Ujang menambahkan.

Dia mengatakan, tidak bagus jika Gibran dipaksakan menjadi cawapres. Pertama, Gibran belum cukup pengalaman di dunia politik dan kepemimpinan. Kedua, hal ini dapat menjadi jalan bagi keluarga Jokowi untuk berkuasa lagi.

"Tidak bagus lah kalau Jokowi memaksakan anaknya menjadi cawapres, belum juga banyak pengalaman. Ini menjadi persoalan bagi masyarakat Indonesia. Undang-undang di judicial review hanya untuk memberikan jalan kepada Gibran, anaknya Jokowi untuk keluarga Jokowi bisa berkuasa lagi. Itu kan tidak bagus," tuturnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Gibran Terganjal Usia

Gibran sendiri masih terganjal usia jika hendak dimajukan sebagai pasangan Prabowo. Sebab, syarat usia dari wakil presiden adalah 40 tahun. Sedangkan Gibran saat ini masih berusia 35 tahun.

Saat ini, tengah bergulir judicial review atas UU Pemilu terkait batas usia capres dan cawapres. Mahkamah Konstitusi (MK) bakal menggelar sidang putusan uji materi itu pada Senin, 16 Oktober 2023, pekan depan. Sidang akan digelar di Gedung MK.

"Senin, 16 Oktober 2023, 10.00 WIB. Pengucapan Putusan," demikian dikutip dari laman resmi MK, Selasa (10/10/2023).

Ketika putusan MK sudah dibacakan dan menyetujui permohonan uji materi, belum tentu Gibran bisa melenggang di pesta demokrasi 2024. Sebab, hal ini tergantung pada putusan MK, apakah berlaku pada Pemilu 2024 atau pemilihan umum selanjutnya.

Kendala ini disadari oleh Gibran. Hal itu diungkapkannya saat diminta tanggapan soal kansnya menjadi cawapres Prabowo, di Balai Kota Solo, Senin (9/10/2023). 

“Umurnya tidak cukup. Kan tidak cukup,” ujarnya.

Diketahui, Gibran juga telah melaporkan tawaran tersebut ke beberapa petinggi PDIP di antaranya Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan Ketua DPP Puan Maharani. Adapun tawaran tersebut sebelumnya sudah diminta berkali-kali dan semua orang telah mengetahuinya.

“Dan sudah saya laporkan ke pimpinan PDIP, Ke Pak Sekjen, Ke Mbak Puan, dan lain-lain,” ujarnya.

 

 

3 dari 6 halaman

Nama Gibran Masih Digodok Koalisi Prabowo

Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria mengatakan sosok cawapres masih digodok oleh Prabowo dan Koalisi Indonesia Maju. Termasuk nama Gibran. Mereka akan memutuskan cawapres Prabowo secara bersama.

"Namun sekali lagi, nama-nama yang diusulkan nanti akan disampaikan di forum musyarawah pimpinan partai Koalisi Indonesia Maju dan diputuskan bersama. Insyaallah, kita tunggu saja," kata Riza, Minggu 8 Oktober 2023.

Dia meminta masyarakat bersabar. 

"Jadi keputusan wapres yang disampaikan oleh pada pimpinan partai itu menjadi hak dan kewenangan pimpinan partai Koalisi. Mari kita menunggu, bersabar, pada waktunya tentu akan diumumkan siapakah nanti, bisa yang diusulkan oleh Golkar Pak Airlangga, bisa Pak Ridwan Kamil dari Golkar, bisa diusulkan dari PAN Pak Erick Thohir, bisa yang diusulkan PBB Pak Yusril maupun Mas Gibran, bisa juga pak Mahfud Md. Beredar juga usulan mbak Khofifah, mungkin juga yang lain," lanjut dia.

Juru Bicara DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra, pun menyatakan hal yang sama.

Menurut dia, Prabowo akan meminta pandangan dari pimpinan tiap-tiap parpol anggota Koalisi Indonesia Maju (KIM) sebelum memutuskan cawapres yang dipilih.

"Tentu saja, kami dari Partai Demokrat juga akan memberikan pertimbangan dan masukan ketika hal tersebut diminta. Tapi tentu saja, bagi Partai Demokrat, Bapak Prabowo-lah yang akan memutuskan siapa cawapresnya nanti," kata Herzaky dalam keterangan persnya, Selasa, 10 Oktober 2023.

Terpenting, cawapres yang dipilih oleh Bapak Prabowo Subianto adalah orang yang tepat, dan membawa kemenangan bagi Koalisi Indonesia Maju.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra, Ahmad Muzani, menyatakan belum ada nama bakal cawapres yang sudah ditetapkan menjadi keputusan resmi Prabowo maupun mitra koalisi. 

Meski begitu, Muzani memastikan, Prabowo telah mencatat semua usulan agar Gibran menjadi cawapresnya, termasuk dari kelompok Solidaritas Ulama Muda Jokowi (Samawi).

"Terhadap pikiran, pandangan dan pendapat Samawi tersebut Pak Prabowo catat, hargai, dan simak dengan saksama atas aspirasi tersebut sebagaimana juga aspirasi yang berkembang dari berbagai macam komponen lainnya," kata Muzani.

 

4 dari 6 halaman

Lebih Rinci soal Elektabilitas Rendah Gibran

Lembaga survei Poltracking Indonesia merilis elektabilitas nama-nama bakal calon wakil presiden (cawapres) 2024. Salah satunya Gibran.

Survei dilakukan pada 3-9 September 2023, menggunakan metode stratified multistage random sampling dengan melibatkan 1.220 responden.

Survei dilakukan dengan wawancara tatap muka langsung dengan responden. Sementara margin of error survei +- 2,9% dengan tingkat kepercayaan 95%.

Hasilnya, Menteri BUMN Erick Thohir mendapat elektabilitas tertinggi mengalahkan kandidat bakal cawapres lainnya seperti Sandiaga Uno dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

"Dalam simulasi 11 nama calon wakil presiden, Erick Thohir memperoleh angka elektabilitas 18,6%, diikuti Sandiaga Uno 15,7% dan AHY 10,2%," ujar Direktur Eksekutif Poltracking, Hanta Yuda, dalam konferensi pers daring, Sabtu, 7 Oktober 2023.

Di posisi keempat ada mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dengan elektabilitas 9,1%, bakal cawapres Koalisi Perubahan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin ada di posisi kelima dengan 7,6%.

Sementara itu, elektabilitas Gibran Rakabuming Raka berada di angka 7,3%, Mahfud Md 6,6%, dan Khofifah Indar Parawansa 3,7%.

Hanta Yuda mengatakan tren elektabilitas kandidat cawapres 2024 juga mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil survei pada Juli 2023 lalu.

Elektabilitas Erick Thohir meningkat dari 18,1% menjadi 19%. Sandiaga meningkat dari 15,3% menjadi 15,7%. Sementara elektabilitas AHY dari 8,4% menjadi 10,2% dan elektabilitas Cak Imin meningkat dari 6,3% menjadi 8,1%.

Simulasi Pasangan Capres-Cawapres

Dalam survei ini, Poltracking juga membuat simulasi pasangan capres-cawapres pilpres 2024. Hasilnya, duet antara Ganjar Pranowo dan Sandiaga Uno menjadi pasangan yang paling banyak dipilih.

Ganjar-Sandi menang ketika disimulasikan bertarung dengan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

"Yang memimpin justru adalah Ganjar. Ini sinkron dengan hasil cawapres yang individu, memang nama Gibran belum terlalu tinggi," kata Direktur Riset Poltracking Indonesia, Arya Budi.

Dalam data yang dipaparkan, pasangan Ganjar-Sandi memperoleh elektabilitas sebesar 31,9 persen. Sementara, Prabowo-Gibran menempati peringkat kedua dengan angka persentase sebesar 30,9 persen.

Sedangkan pasangan Anies-Cak Imin masih menempati urutan ketiga dengan persentase elektabilitas sebesar 18,9 persen.

"Tidak tahu atau tidak jawab sebesar 18,3 persen," ujar Arya Budi.

Dalam survei yang dilakukan Poltracking itu juga menggambarkan preverensi atau pilihan pendukung Prabowo adalah Erick Thohir.

"Pemilih Prabowo Subianto masih cenderung kepada Erick Thohir, pemilih Ganjar Pranowo masih cenderung kepada Sandiaga Salahuddin Uno, dan pemilih Anies Baswedan preferensi terkuatnya masih kepada AHY," ujar Direktur Riset Poltracking Indonesia Arya Budi dalam keterangan tertulis, Sabtu, 7 Oktober 2023.

Berdasarkan hasil survei, sebesar 25,2% pemilih capres Prabowo menginginkan Erick Thohir sebagai bakal cawapres. Sementara, pemilih Ganjar menginginkan Sandiaga Uno sebesar 24,5%, dan pemilih Anies lebih besar AHY sebesar 30,7% ketimbang Cak Imin hanya 17,7%.

"Temuan ini merupakan potret terbaru dari survei yang dilakukan pada September 2023. Berbagai kemungkinan masih berpotensi terjadi, tergantung dinamika elite dan koalisi jelang pilpres 2024," ungkap Arya.

Dari hasi simulasi tiga pasangan capres-cawapres, Prabowo-Erick Thohir juga unggul atas Ganjar-Sandiaga dan Anies-Cak Imin.

"Pada simulasi tiga pasangan potensial capres–cawapres, Prabowo Subianto-Erick Thohir memperoleh angka elektabilitas 32,1 persen," kata Arya Budi.

Kemudian, diikuti Ganjar Pranowo–Sandiaga Salahuddin Uno 30.3 persen dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar 19.6 persen.

Hasil itu tak jauh berbeda jika Ganjar dipasangkan dengan Menkopolhukam Mahfud Md. Pasangan Prabowo-Erick Thohir tetap unggul dengan angka 32,5 persen, mengungguli Ganjar-Mahfud Md dengan raihan 31,7 persen. Sedangkan Anies-Muhaimin 19,2 persen.

 

5 dari 6 halaman

Kata Prabowo soal Peluang Gibran Jadi Cawapres

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengaku akan mempertimbangkan semua usulan nama calon wakil presiden yang disodorkan kepadanya. Tak terkecuali, putra sulung dari Presiden Jokowi yaitu Gibran Rakabuming Raka.

“Saya kira sebagai tokoh ya pasti ya, semua diperhitungkan," kata Prabowo di Solo, Jawa Tengah seperti dikutip dari rekaman suara diterima dari Tim Media Prabowo Subianto, Kamis (10/9/2023).

Namun demikian, bakal calon presiden dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya tersebut akan tetap mengikuti apa kehendak rakyat. Artinya jika, Gibran memang diinginkan oleh rakyat dan mau mendampinginya maka hal itu tidak tertutup kemungkinan.

“Yang penting bagaimana rakyat, saya kira itu," jelas Prabowo.

Demokrat Legowo

Sementara itu, Partai Demokrat menegaskan akan tetap mendukung Prabowo siapapun nanti cawapresnya. Demokrat merupakan partai pendukung Prabowo yang paling akhir bergabung usai "dikhianati" oleh Anies Baswedan dan Nasdem.

"Demokrat konsisten bahwa diserahkan kepada Pak Prabowo. Siapa pun yang akan dipilih Pak Prabowo, Demokrat akan bekerja sungguh-sungguh untuk memenangkan Pak Prabowo menjadi presiden," kata Kepala BPOPKK Partai Demokrat Herman Khaeron, saat diwawancarai di Gedung Nusantara III DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (10/10/2023).

 

 

 

6 dari 6 halaman

Jokowi Bisa Jadi Musuh Bersama

Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (INDOSTRATEGIC) Ahmad Khoirul Umam mengatakan, ada potensi perlawanan terhadap Jokowi saat sang putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka bisa melanggeng ke Pemilu Presiden 2024 sebagai wakil dari Prabowo.

Menurut dia, hal itu dapat terjadi sebab kehadiran Gibran diartikan sebagai representasi Jokowi yang bertolak dengan suara pendukung Ganjar Pranowo di basis-basis wilayah yang dikuasai PDIP.

"Pencawapresan Gibran bisa menciptakan “perang bubat” antara kubu Prabowo dengan PDIP yang lagi-lagi akan merasa dikhianati, dilangkahi dan diabaikan oleh keluarga Jokowi," jelas Umam seperti dikutip dari siaran pers diterima, Selasa (10/10/2023).

Umam menambahkan, jika analisanya terbukti maka bukan tidak mungkin PDIP melakukan evaluasi besar terhadap Jokowi dan keluarganya yang saat ini berstatus PDIP.

"Jika Gibran menjadi Cawapres Prabowo, besar kemungkinan PDIP akan melakukan evaluasi total terhadap status relasi dan keanggotaan Gibran, Boby, dan juga Jokowi sendiri di PDIP," jelas dia.

Dosen Ilmu Politik & International Studies, Universitas Paramadina ini juga mewanti, perlawanan terhadap Jokowi nantinya tidak hanya dari kubu PDIP melainkan juga partai rival lainnya. Sebab, Jokowi akan dilabel sebagai pemimpin yang melanggengkan dinasti politik.

"Pencawapresan Gibran tampaknya sekarang sedang ditunggu-tunggu oleh para rival politik Jokowi sebagai narasi “politik dinasti”, yang akan menjadi amunisi yang sangat efektif untuk menghantam legitimasi dan kredibilitas politik Presiden Jokowi, sekaligus menghancurkan mesin politik pencapresan Prabowo Subianto," Umam menandasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.