Sukses

1 Orang Meninggal Dunia Akibat 3 Gempa Besar di Tapanuli Utara

Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara tergolong rawan gempa bumi, maka harus ditingkatkan upaya mitigasi gempa bumi.

Liputan6.com, Jakarta Tiga gempa besar mengguncang Tapanuli Utara, Sumatera Utara, pada Sabtu, (1/10/2022) dini hari. Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengimbau masyarakat tetap tenang, mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat, dan tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan.

"Jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi," ujar Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Eko Budi Lelono, dalam keterangan tertulisnya, Bandung, Sabtu, 1 Oktober 2022.

Menurut Eko, bagi penduduk yang rumahnya mengalami kerusakan agar segera mengungsi ke tempat aman.

Untuk pasca gempa bumi mendatang, Eko menyarankan bangunan di Kabupaten Tapanuli Utara dan sekitarnya harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari risiko kerusakan.

"Selain itu juga harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi," kata Eko.

Pasalnya wilayah Kabupaten Tapanuli Utara tergolong rawan gempa bumi, maka harus ditingkatkan upaya mitigasi gempa bumi.

Eko mengingatkan masyarakat setempat, kejadian gempa bumi ini diperkirakan berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi.

"Bahaya ikutan tersebut diperkirakan dalam dimensi kecil," ungkap Eko.

Adanya kejadian gempa bumi merusak ini, otoritasnya berencana mengirim Tim Tanggap Darurat (TTD) ke lokasi bencana.

Kejadian gempa bumi ini telah mengakibatkan bencana berupa kerusakan bangunan dan juga kepanikan masyarakat di Kecamatan Tarutung. Selain itu tercatat satu orang meninggal.

"Menurut informasi BMKG guncangan gempa bumi dirasakan di Tarutung dengan intensitas guncangan sebesar VI MMI (Modified Mercalli Intensity), di Sipahutar sebesar V MMI, di Singkil sebesar IV MMI dan di Gunung Sitoli serta Tapaktuan sebesar III MMI," ucap Eko.

Menurut data Badan Geologi, sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi menengah hingga tinggi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tidak Sebabkan Tsunami

Kejadian gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami karena pusat gempa bumi berada di darat.

"Daerah Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara tergolong rawan gempa bumi karena terletak dekat dengan sumber gempa bumi yaitu Sesar Sumatera," sebut Eko.

Badan Geologi mencatat bahwa wilayah tersebut pernah mengalami bencana gempa bumi pada tahun 1984, 1987 dan 2011.

Pusat gempa bumi saat ini berlokasi di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Morfologi daerah sekitar pusat gempa bumi merupakan perbukitan bergelombang hingga perbukitan terjal dan lembah.

Wilayah ini secara umum tersusun oleh batuan berumur Pra Tersier berupa batuan metamorf dan meta sedimen, batuan berumur Tersier berupa batuan rombakan gunung api dan batuan sedimen, serta endapan Kuarter berupa batuan rombakan gunung api muda dan endapan aluvial sungai.

"Sebagian batuan berumur Pra Tersier dan Tersier tersebut telah mengalami pelapukan," jelas Eko.

Endapan Kuarter, batuan berumur Pra Tersier dan Tersier yang telah mengalami pelapukan bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.

Selain itu pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh goncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.

"Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman dan data mekanisme sumber (focal mechanism) dari BMKG dan GFZ Jerman, maka kejadian gempa bumi ini diakibatkan oleh aktivitas Sesar Sumatra pada Segmen Renun dengan mekanisme sesar mendatar menganan (dextral strike-slip) berarah barat laut – tenggara dengan kedudukan N 143 E, dip 76 dan slip 166," tukas Eko.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.