Sukses

Nasdem Desak Polisi Tuntaskan Kasus Bullying Anak di Tasikmalaya

Ketua Fraksi Partai Nasdem Roberth Rouw mendesak agar kasus bocah SD di Tasikmalaya yang meninggal dunia akibat depresi karena mengalami perundungan atau bullying oleh teman-temannya, bisa dituntaskan pihak polisi dengan secepatnya.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Fraksi Partai Nasdem Roberth Rouw mendesak agar kasus bocah SD di Tasikmalaya yang meninggal dunia akibat depresi karena mengalami perundungan atau bullying oleh teman-temannya, bisa dituntaskan pihak polisi dengan secepatnya.

"Saya sangat prihatin sekali dengan peristiwa perundungan anak yang terjadi di Tasikmalaya. Apalagi, korbannya hingga meninggal dunia. Kita minta kasusnya diselesaikan," tegas Roberth Rouw dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (23/7/2022).

Aparat kepolisian, dikatakan Roberth, harus bergerak cepat untuk mengungkap para pelaku perundungan dan pemaksaan melakukan perbuatan asusila terhadap kucing tersebut. Sikap tegas diperlukan agar memberikan efek jera bagi yang lain agar tidak melakukan hal yang sama.

"Bisa dibayangkan seorang anak usia 11 tahun dipaksa oleh teman-temannya berbuat tak senonoh dengan seekor kucing. Ini memilukan sekali," ujarnya.

Meski begitu, Wakil Ketua Komisi V DPR ini berpesan kepada aparat penegak hukum harus bertindak sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA), karena pelaku perundungan diduga masih anak-anak juga.

Roberth menambahkan, kasus perundungan ini harus menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak, khususnya kepada para orang tua agar memberikan pemahaman kepada anak-anaknya untuk saling menghargai satu sama lain.

"Peran orang tua sangat penting. Tolong anak-anak diberikan nasihat agar saling menghormati meskipun berbeda," pesannya.

Seorang bocah kelas V SD di Kabupaten Tasikmalaya meninggal dunia, diduga usai mengalami depresi karena menjadi korban perundungan teman sebayanya. Aksi perundungan dilakukan secara fisik dan psikis.

Korban yang masih berusia 11 tahun itu, diketahui mendapatkan perlakukan kasar dari teman sebayanya. Tidak hanya itu saja, korban juga dipaksa oleh terduga para pelaku untuk menyetubuhi seekor kucing dan kemudian direkam menggunakan handphone.

Video rekaman tersebut pun rupanya sempat beredar di media sosial. Beredarnya video meruntuhkan benteng pertahanan psikologinya, hingga korban kemudian mengalami depresi. Tidak mau makan dan lainnya.

Keluarga korban yang mengetahui kondisi anaknya, segera membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Namun sayangnya, dalam proses perawatan itu korban meninggal dunia.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Presiden Jokowi Soroti Perundungan Bocah di Tasikmalaya

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menekankan bahwa kasus bocah SD di Tasikmalaya yang meninggal dunia akibat Depresi karena perundungan atau bullying oleh teman-temannya, merupakan tanggung jawab bersama agar ke depannya tak terjadi lagi.

"Dan ini adalah tanggung jawab kita semuanya, tanggung jawab orang tua, tanggung jawab para pendidik, tanggung jawab sekolah, tanggung jawab masyarakat agar bullying, perudungan ke depan tidak terjadi lagi," kata Jokowi kepada wartawan di Istana Kepresidenan Bogor Jawa Barat, Sabtu (23/7/2022).

Pria asal Surakarta ini juga turut berbelasungkawa mendalam dan keprihatinan terkait peristiwa tersebut. Hal ini mesti menjadi perhatian bagi semua pihak.

"Ini yang menjadi keprihatinan kita semuanya. Pertama-tama, saya ingin menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas kejadian di Tasikmalaya," ungkapnya.

Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta ini, semua pihak harus menjaga agar anak-anak memiliki dunia bermain. Presiden Jokowi tak mau ada lagi kasus perundungan yang menimpa anak-anak.

"Inilah yang harus kita jaga bersama-sama agar anak-anak kita itu memiliki dunia bermain, dunia anak-anak dengan kecerian mereka. Jangan sampai terjadi lagi yang namanya perundungan," jelas dia.

 

 

3 dari 3 halaman

Polisi Periksa 15 Saksi

Sementara itu, Polda Jawa Barat menyatakan telah memeriksa sedikitnya 15 orang saksi terkait kasus perundungan disertai berujung meninggalnya anak SD kelas V di Kabupaten Tasikmalaya.

Ke-15 orang yang diperiksa merupakan saksi yang melihat langsung maupun yang mendengar kisah perundungan tersebut.

"Termasuk keluarga korban (diperiksa). Tapi kita baru memeriksa dalam tahap interogasi saja," kata Kabid Humas Polda Jabar Kombes Ibrahim Tompo, Jumat 22 Juli 2022.

Pihak kepolisian sendiri mendapatkan informasi dari masyarakat dan media sosial. Polres Tasikmalaya dan Polda Jawa Barat kemudian merespons kasus tersebut dengan menurunkan tim dan meneliti video yang beredar.

Selain itu, Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polda Jabar telah diturunkan untuk mengungkap kasus ini.

"Semuanya akan kita telusuri, jadi memang kita harus kerja dengan tahapan. Kita perjelas terlebih dahulu tentang adanya peristiwa tersebut," ujarnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.