Sukses

Membangun Kemandirian Relatif Media Terhadap Platform Digital

Konvensi Nasional Media Massa digelar dalam semarak Hari Pers Nasional (HPN) yang diselenggarakan di Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa 8 Februari 2021.

Liputan6.com, Jakarta Konvensi Nasional Media Massa digelar dalam semarak Hari Pers Nasional (HPN) yang diselenggarakan di Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa 8 Februari 2021.

Acara dibuka dengan sambutan dari Ketua Dewan Pers Muhammad Nuh membuka giat diskusi panel pertama yang bertema "Membangun Kemandirian Relatif Media Terhadap Platform Digital".

"Mulai kemarin kita sudah bisa melaksanakan konvensi ini, hari ini adalah hari kedua. Saya kira ajakan bersama untuk terus berkolaborasi untuk dunia pers adalah syarat mutlak bagi kemajuan kita," kata Nuh saat membuka acara, seperti dikutip dari siaran daring Channel Youtube Dewan Pers, Selasa (8/2/2022).

Menko Polhukam Mahfud Md menjadi pemantik keynote speaker. Dia berbicara panjang soal dunia pers kekinian dan fenomena sosial media yang kerap diselimuti hoaks.

"Media menjadi sumber utama publik dalam mendapatkan berita yang terpercaya, beda dengan berita hoaks tadi. Tapi semua itu adalah buah transformasi digital yang berlangsung secara cepat dan global," kata dia.

Pembicara pertama dalam diskusi ini adalah Agus Sudibyo, anggota Dewan Pers yang menyampaikan problem media saat ini.

Menurut dia ada tiga ranah yang menjadi pemantik keresahan media massa. Pertama, soal ranah distribusi konten, ranah data, dan ranah iklan.

"Pada ketiga ranah itu kita semua (media) masih bergantung pada digitial platform," kata Agus.

Sementara, CEO KG Group Andy Budiman yang membawakan tema tentang bagaimana cara beradaptasi dengan situasi disrupsi media saat ini. Menurut dia, saat ini media tengah terkungkung akibat hadirnya platform digital global sehingga sulit terjadi kemandirian dalam media itu sendiri.

"Pengakses berita kami bukan langsung melalui situs, tapi melalui platform mesin, lebih dari 90% user kami datang dari platform," beber Andy.

Editor in Chief Kumparan.com Arifin Asydhad, mengatakan untuk menyikapi adanya tantangan terkait maka medianya membuat sejumlah pilar. Pilar pertama adalah jurnalisme yang baik. Dia percaya dengan jurnalis yang berpegang pada etik dan tanggungjawab serta mengedepankan fakta adalah kunci.

Kedua, adalah teknologi yang mumpuni untuk mendistribusikan konten secara tepat. Maka harus memiliki teknologinya. Ketiga adalah penyampaian cerita yang baik dengan konsep cerita naratif mengangkat nilai masyarakat dikemas melalui teknik jurnalisme.

Belum selesai sampai pada tiga pembicara. Pembicara selanjutnya adalah Wakil Direktur Utama EMTEK Sutanto Hartono. Dia berpandangan antara media konvensional dan media berbasis platform digital saat ini belum mempunyai aturan yang sama rata oleh aturan pemerintah.

"Kami meminta pemerintah lebih tegas dalam menegakkan kesetaraan (terhadap platform digital)," kata dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harus Bertransformasi

Kemudian, Zulfiani Lubis sebagai Editor in Chief IDNtimes membungkus pemaparan para panel dengan bagaimana kondisi dan situasi tempatnya saat ini sebagai sosok New Kid On The Block.

Panel sesi pertama ini ditutup dengan wejangan Chairman CT Corp Chairul Tanjung. Pria karib disapa CT ini memastikan bahwa era digital datang lebih cepat akibat pandemi.

Mau tidak mau, suka tidak suka, media harus bertransformasi. Sebab, pasar masa depan adalah generasi milenial dan zilenial yang berbeda dengan eranya sebagai baby boomers.

"Pada 5 sampai 10 tahun lagi mereka (milenial dan zilenial) menjadi pengontrol pasar, siapa bisa merebut masa depan, dia menjadi pemenang. Buy the future with the present value. Jadi, siapa yang bisa mengadopsi keinginan milenial dan zilenial, dialah yang jadi pemenang," kata CT.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.