Sukses

Pembelajaran Tatap Muka Disebut Bukan Solusi Pengajaran saat Pandemi

Mengingat pandemi Covid-19 telah berlangsung setahun lebih, seharusnya Kemendikbud-Ristek sudah punya formulasi yang tepat untuk menjalankan sistem pembelajaran online yang baik.

Liputan6.com, Jakarta - Praktisi Pendidikan Muhammad Ramli Rahim menyebut bahwa pembelajaran tatap muka (PTM) di tengah pandemi Covid-19 bukan sebuah solusi pengajaran. Menurutnya pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) seharusnya memperkuat pembelajaran jarak jauh (PJJ), bukan justru nekat membuka sekolah.

"Jadi seharusnya ini jadi pelajaran panjang ya. Masa pandemi ini bukan sebulan dua bulan, tapi sudah lewat setahun. Nah harusnya dengan kondisi sudah lewat setahun Kementerian Pendidikan sudah punya formulasi yang tepat untuk menjalankan sistem pembelajaran online yang baik ini," ujar Ramli dalam sebuah wawancara dikutip pada Selasa (4/5/2021).

"Tetapi sampai hari ini yang ada hanya harapan agar segera tatap muka, itu menurut kami bukan solusi. Solusinya seharusnya adalah bagaimana pembelajaran di masa pandemi ini tetap bisa maksimal," sambung Ramli.

Menurut Ramli hal ini berkaca dari uji coba pembelajaran tatap muka yang dilakukan di sejumlah sekolah selama ini belum maksimal. Ramli melihat, sampai saat ini belum ada upaya penerapan protokol kesehatan secara maksimal di sekolah-sekolah.

"Dengan sistem jaga jarak yang maksimal 50 persen yang bisa masuk ke sekolah, sekolah-sekolah belum punya formulasi yang baik untuk menjadikan pembelajaran yang menarik, menyenangkan, merata untuk para siswa," tutur Ramli.

Namun begitu, kata Ramli, tak semua sekolah gagal melakukan pembelajaran secara jarak jauh selama pandemi. Ramli mengungkap salah satu SMK di Bandung, Jawa Barat yang dianggapnya cukup baik dalam merespons pandemi Covid-19.

"Mereka buat pola yang baik, misalnya mereka memilah yang pelajaran ini lebih mudah untuk dipahami, pelajaran ini lebih susah, maka mereka memisahkan yang lebih mudah dipahami itu mereka laksanakan secara online yang lebih susah secara tatap muka," ujar mantan Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) itu.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Wajib PTM

Sebelumnya, dalam acara Pengumuman Surat Keputusan Bersama sejumlah menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), Selasa (30/3/2021), Nadiem Makarim memutuskan untuk mewajibkan pembelajaran secara tat muka kepada sekolah usai para pendidik dan tenaga kependidikannya telah menjalani vaksinasi secara lengkap.

"Karena kita sedang mengakselerasi vaksinasi, setelah pendidik dan tenaga pendidikan di dalam suatu sekolah telah divaksinasi secara lengkap, pemerintah pusat, pemerintah daerah atau kantor Kemenag mewajibkan satuan pendidikan tersebut untuk menyediakan layanan pembelajaran tatap muka terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan," tegas Nadiem.

Ia menyebut, sekolah juga wajib memberikan pilihan pembelajaran secara jarak jauh. Hal ini lantara, kendati sekolah telah menjalankan pembelajaran secara tatap muka, namun secara prosedur protokol kesehatan, kapasitas yang diizinkan hanya 50 persen saja.

"Jadi mau tidak mau walaupun sudah selesai vaksinasi dan diwajibkan untuk memberikan tatap muka terbatas, tapi harus melalui sistem rotasi. Sehingga harusnya menyediakan dua-dua opsinya, tatap muka dan juga pembelajaran jarak jauh," tekannya.

3 dari 3 halaman

Target Belajar Tatap Muka Juli 2021, Siapkah?

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.