Sukses

BRG dan PP Muhammadiyah Gagas Kader Jihad Ekologi Gambut

Kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar ini merupakan bagian dari MoU antara BRG dan Muhammadiyah.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Restorasi Gambut (BRG) menggelar pelatihan peningkatan kader peduli gambut. Pelatihan ini melibatkan Majelis Lingkungan Hidup (MLH),  Majelis Tabligh, dan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.

Pelatihan kader sekolah lapang tanpa bakar ini digelar secara virtual dan diikuti sejumlah kader dan Jamaah Tani Muhammadiyah di Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan.

Deputi Bidang Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi, dan Kemitraan BRG, Myrna A.Safitri mengatakan, kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar ini merupakan bagian dari MoU antara BRG dan Muhammadiyah. Kerja sama ini sebagai bentuk penyebaran pesan untuk restorasi gambut kepada seluruh anggota persyarikatan Muhammadiyah,

"Kegiatan ini membicarakan bagaimana gerakan dan upaya mendukung petani gambut," kata Myrna, dalam webinar Training of Trainers Peningkatan Kapasitas Tani Jemaah Tani Muhammadiyah Peduli Gambut, Kamis (12/11).

Myrna mengatakan kegiatan pertanian sudah menjadi sejarah panjang di area gambut. Secara tradisional, membuka lahan dengan membakarnya dianggap cara yang mudah dan murah.

Myrna menyebut, larangan membuka lahan secara praktis ini akan menimbulkan resistensi dari petani dan warga. Untuk itu, kata Myrna, BRG menggali teknik dan formulasi yang dikerjakan hingga tercetuslah teknologi tanpa bakar.

"Para petani dapat mengembangkan pertanian tanpa membakar, sehingga menjaga alam sedemikian rupa," ujar dia.

Myrna mengatakan, teknologi tanpa bakar yang diajarkan di Sekolah Lapang Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar diharapkan membawa keswadayaan petani dan menghayati peran bertani sebagai ibadah serta pertukaran informasi dan pengetahuan.

"Gerakan petani, karena itu kolaborasi diantara petani harus dibangun, tidak boleh ada informasi yang terputus," ucap dia.

Wakil Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah, Budi Nugroho mengatakan program kolaborasi BRG dan tiga majelis ini sebagai usaha untuk mengatasi persoalan lahan gambut. Kegiatan ini sendiri dilakukan dengan tiga pendekatan, diantaranya, pendekatan spiritual melalui Majelis Tabligh; pendekatan sosio-ekologi melalui Majelis Lingkungan Hidup; dan pendekatan pemberdayaan umat melalui Majelis Pemberdayaan Masyarakat.

“Ini merupakan bagian dari resolusi jihad ekologi, ikhtiar bersama mengatasi kebakaran lahan gambut,” kata Budi.

Budi berharap kolaborasi PP Muhammadiyah dan BRG ini menjadi bagian dari usaha nyata lembaga persyarikatan untuk menyelesaikan persoalan bangsa.

Sementara itu, Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup Muhammadiyah, Nurcholis menyebut kerja sama ini menjadi cara meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan. Sebagai tindak lanjut, dia ingin mengajak kader Muhammadiyah untuk melakukan penguatan internal.

“Muhammadiyah punya struktur yang sangat bagus, kita terapkan yang sudah disampaikan BRG,” ucap Nurcholis.

Apresiasi disampaikan Ketua Wilayah Pimpinan Muhammadiyah Provinsi Riau, Saidul Amin. Menurutnya Pelatihan Sekolah Lapang Tanpa Bakar ini menjadi cara untuk mengingatkan kembali peran umat Islam sebagai khalifah yang menjadi pelaku dan pengharmoni alam semesta.

"Saya menyambut baik pelatihan program ini, semoga lahan-lahan mubazir ini menjadi menjadi lahan produktif," kata Amin.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Membuka Lahan Tanpa Membakar

Materi penting yang disampaikan dalam Sekolah Lapang Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar yaitu pembelajaran bagi petani gambut.

Menurut Direktur Institut Agroekologi Indonesia (INAgri) Syahroni Yunus persoalan gambut bukan hanya semata kebakaran lahan semata. Lahan gambut yang umumnya berada di area terpencil, membuat akses warga terhadap informasi pengolahan lahan tanpa bakar menjadi penting.

Syahroni mengatakan, melalui Sekolah Lapang inilah informasi semacam itu dapat diberikan melalui praktik. Sebagai langkah awal, Syahroni menyarankan pentingnya menyebut harus memetakan area yang bisa dikelola dan tidak bisa dikelola.

Syahroni mengatakan setelah itu, petani perlu menyiapkan penggunaan produk ramah lingkungan. Salah satu pendekatan yang disarankan yaitu penggunaan bahan pembenah tanah yang berasal dari mikro organisme lokal (MOL).

Penggunaan pupuk alami juga menjadi bagian penting dalam membangun ekosistem pertanian di lahan gambut. Syahroni mengatakan, penggunaan pupuk organik didasarkan pada jenis tanaman.

“Pilih tanaman yang cocok baru kita lakukan interfensi pupuk organik cair yang dihasilkan dari tanaman kita,” ucap Syahroni.

Dalam pandangannya, proses pertanian alami berarti mengendalikan hama. Bukan membasminya. Sehingga dia menyarankan memahami ketidaksukaan hama. Syahroni menyontohkan, hama tidak menyukai rasa pahit, yang beracun, yang menimbulkan gas, yang memabukkan, serta yang warnanya cerah.

Selain dari teknis perawatan tanaman, Syahroni juga menyarankan metode tanam. Salah satunya kebun melingkar. Teknik kebun melingkar akan membuat air dan siklus di lahan rawa gambut terjaga.

“ini juga punya nilai estetika. Sehingga generasi muda tertarik dan orang yang bertani tidak monoton dengan bedengan,” ujar dia.

Teknik bertani lain yang dia bagi yaitu hugelkultur. Teknik ini tidak perlu membuka lahan secara massif. Sisa kayu dari pohon bisa dimanfaatkan sebagai media tanam. Kayu-kayu itu ditumpuk dan dilapisi semak belukar.

Dia berharap wawasan semacam ini bisa membuka pemahaman baru bagi petani. Terutama saat menjalankan praktik pertanian.

Sementara itu, menurut Kapokja Edukasi dan Sosialisasi BRG, Suwignyo Utama, pelatihan berfokus pada program pertanian tanpa membakar dan menghasilkan nutrisi penting bagi tanaman secara alami.

Suwignyo mengatakan para petani diajak secara partisipatif berbagi pengalaman dan mempraktikan materi yang disampaikan. Setelah pelatihan ini, kata dia, diharapkan petani dapat membagi informasi dan membuat demplot di desanya masing-masing.

“Untuk itu para peserta yang diharapkan dari sekolah lapang, yaitu peserta yang benar-benar petani dan kita pilih yang keinginan belajarnya tinggi,  pantang menyerah serta komunikatif,” ucap Suwignyo.

Suwignyo mengatakan, saat ini terdapat 1.109 kader petani gambut. Dari jumlah itu mereka membuat 265 demonstrasi plot (demplot) pertanian alami.

“Kerja sama dengan Muhammadiyah dari sini petani ke depan bisa memiliki kemandirian tinggi dan lingkungan terjaga, serta masyarakat mengalami peningkatan kesejahteraan,” ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.