Sukses

Pandemi Corona, Pakan Hewan di Taman Safari Melimpah

Sejumlah kebon binatang kekurangan pakan selama pandemi Corona, tapi tidak di Taman Safari.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah kebon binatang kekurangan pakan selama pandemi Corona, tapi tidak di Taman Safari. Persediaan pakan di sejumlah kebon binatang yang dikelola Taman Safari, aman untuk beberapa bulan ke depan. 

"Dari Taman Safari sendiri sangat cukup dan berlimpah karena sejak wabah Covid-19 dan social distancing, kita ambil langkah berdiri sendiri," ujar Direktur Taman Safari Indonesia Jansen Manansang, kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa (19/5/2020).

Menurut dia, Taman Safari melakukan sejumlah langkah antisipasi ketika pandemi Corona melanda Tanah Air. Salah satunya dengan memanfaatkan alam.

Dia menjelaskan, Taman Safari melakukan penghematan pembelian pakan. Gantinya, pengelola memanfaatkan kekayaan alam yang ada di lingkungan konservasi tersebut.

"Kita punya lahan 270 hektare, banyak hehijauan, dedaunan, cagak-cagak, reranting. Kita punya 8 hektare bambu untuk panda. kita menggunakan daya kita sendiri," kata Jansen.

"Satwa monyet, orang utan, makannya apa sih? Buah-buahan? Betul. Tapi buah-buahan bukan apel. Apel itu kan enggak ada di alam Borneo. Justru makannya dedadunan, buah-buahan tikus, buah-buahan di hutan, biji-bijian. Cuma kalau di kebon binatang kan dimodifikasi sedikit jadi apel dan sebagainya," lanjut dia.

Dia menjamin, tanaman di Taman Safari ini aman dikonsumsi hewan-hewan. Sebab, tidak ada pestisida dalam perawatan tanaman di sana.

"Kita enggak pakai pestisida, tapi bioremediasi. Kita pakai pupuk organik punya satwa herbivora, kita pakai untuk pupuk jadi dedaunan subur," tutur Jansen.

Dia juga menegaskan, pakan untuk hewan karnivora pun aman untuk beberapa bulan ke depan. Selama ini, daging pakan hewan karnivora di Taman Safari menggunakan daging impor sehingga tidak terganggu dengan puncak konsumsi daging di Tanah Air seperti jelang Lebaran saat ini.

"Untuk carnivore memang impor. Kalau pakai daging sini, pas seasonnya sama dengan manusia perlu daging, persediaan bisa kurang. Puluhan tahun ktia impor dari luar. Stoknya masih cukup berapa bulan. Malah yang mau datang ini, kita dapat bonus buy 1 get 1 free karena sudah langganan," ujar Jansen.

Selain itu, Taman Safari mendapat sumbangan dari berbagai pihak.

"Kita juga dapat sumbangan, dari instansi, ada ilegal daging, juga dari organisasi-oraganisasi, masyarakat, dari peternak ayam, daging dan telur-telurnya kita semua dapat donasi. Dari supermarket yang kualitasnya masih bagus, dari pasar induk, dari masyarakat yang punya ladang-ladang," tutur dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tak Pecat Pegawai

Jansen mengatakan, Taman Safari juga melakukan pemangkasan anggaran untuk hal-hal yang tidak mendesak. Misalnya, untuk perbaikan jalan dan penggunaan air guna operasional restoran.

"Kita memang ada pengurangan untuk pembelanjaan, untuk efisiensi keseluruhannya. Misal, kita focusing mana yang tidak perlu. Air, kita tuh mesti enggak dipakai kan restoran. Tapi untuk pakan, kita tidak dikurangi untuk satwa," kata Jansen.

Menurut dia, jika kurang pakan, hewan akan mudah terserang penyakit dan stres. Namun, yang terjadi di Taman Safari, satwanya justru berkembang biak.

Salah satunya gajah jantan yang baru lahir di Taman Safari Bogor. Gajah tersebut kemudian dinamai Covid lantaran lahir di tengah pandemi Covid-19.

Selain itu, Taman Safari tidak merumahkan pegawainya meski melakukan sejumlah penghematan. Pegawai-pegawai yang pekerjaannya terganggu karena wabah Corona, dialihkan untuk pekerjaan lain.

"Orang enggak dirumahkan. Bagian marketing misalkan, perusahaan enggak jalan, marketingnya mau jual ke mana? Orang sales ini justru kita kerjakan, mereka ini cari pakan, mereka punya koneksi banyak, instansi, media, semua bersatu. Restoran enggak ada juga. Kita pakai bantu cari rumput, potong rumput. Ticketing, service lain, guide, enggak dirumahkan," tutur Jansen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.