Sukses

5 Fakta tentang Gempa Bayah Banten yang Getarannya Terasa hingga Jakarta

Apakah gempa Bayah di Provinsi Banten ini dapat memicu letusan di Gunung Merapi dan Tangkuban Parahu?

Liputan6.com, Jakarta - Gempa bermagnitudo 5,2 -- yang diupdate 4,9-- mengguncang Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak Banten, Minggu, 28 Juli kemarin.

Meski tak berpotensi tsunami, getaran gempa terasa hingga ke sejumlah wilayah. Salah satunya Jakarta.

Ada pun lokasi gempa dilaporkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terjadi di 59 km Barat Daya Bayah-Banten, dengan kedalaman mencapai 10 kilometer.

Hingga kemarin, belum ada informasi terkait jatuhnya korban jiwa akibat terdampak gempa.

Lantas, apakah gempa Bayah di Provinsi Banten ini dapat memicu letusan di Gunung Merapi dan Tangkuban Parahu?

Berikut deretan fakta terkait gempa magnitudo 4,9 yang bikin Bayah Banten berguncang:

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Dimutakhirkan Jadi Magnitudo 4,9

Sebelum dimutakhirkan menjadi magnitudo 4,9, gempa yang membuat Bayah, Provinsi Banten bergetar dilaporkan mengeluarkan kekuatan hingga magnitudo 5,2. 

BMKG melaporkan lokasi gempa Bayah berada di 59 km Barat Daya Bayah-Banten, dengan kedalaman mencapai 10 kilometer.

Sementara, koordinat titik gempa terjadi di 7.42 Lintang Selatan,106.03 Bujur Timur. 

3 dari 6 halaman

Terasa hingga Jakarta

Meski BMKG telah melaporkan gempa tak berpotensi tsunami, getaran lindu terasa sampai ke Jakarta.

"Iya di kantor tadi berasa dikit," kata warga Jakarta, Agung Prasetyo, Jakarta, Minggu (28/7/2019)

Tak hanya Jakarta, BMKG bahkan menyebut getaran gempa Bayah yang terjadi pada pukul 21.25 WIB juga dirasakan di Pelabuhan Ratu dan Sukabumi Selatan dengan III MMI. Depok II-III MMI.,

"Sedangkan Serang dan Munjul II MMI," tulis BMKG.

4 dari 6 halaman

Tidak Menimbulkan Kerusakan

Sementara itu, gempa Bayah Banten bermagnitudo 5,2 --diupdate menjadi 4,9 -- yang terjadi pada Minggu malam, hingga kini belum ada laporan terkait  infrastuktur maupun bangunan rumah warga.

"Kami mengerahkan semua relawan kecamatan untuk melakukan pemantauan, khususnya di lokasi titik gempa," kata Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak Kaprawi saat dihubungi di Lebak, Banten, Minggu 28 Juli 2019.

Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatalogi dan Geofisik (BMKG) pusat gempa Bayah berada 59 km barat daya Bayah, Banten, 67 km tenggara Muara Binuangeun-Banten, 75 km barat daya Kabupaten Sukabumi, Jabar, 146 km barat daya Serang-Banten, dan 164 km barat daya Jakarta.

"Kami hingga kini belum menerima laporan dari relawan kecamatan yang bertugas di wilayah selatan adanya kerusakan rumah warga maupun infrastruktur lainnya," kata Kaprawi seperti dikutip dari Antara.

5 dari 6 halaman

Tidak Berpengaruh Terhadap Gunung Krakatau

Lantas, apakah gempa Bayah dapat memicu erupsi Gunung Krakatau di Selat Sunda? Tidak sama sekali. Hal ini diungkap oleh Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono kepada Liputan6.com, Minggu, 28 Juli 2019.

"Tidak mas, tidak sama sekali. Jadi Krakatau terlalu jauh, hanya II MMI, getarannya sudah melemah," ujar Daryono. 

Dia menambahkan, gempa bumi tidak akan mengganggu aktivitas gunung berapi asalkan gunung tersebut tidak dalam kondisi aktif. Hal itu pernah terjadi pada gempa Lombok yang bermagnitudo 7.

"Jangankan jauh, dulu di Lombok (dekat) sampai (magnitudo) 7, Gunung Rinjani enggak apa-apa tho. Gunung terpengaruh terhadap gempa kalau kondisinya sedang aktif. Lavanya cair, volume gasnya banyak. Itu gempa bisa memicu letusan. Tapi kalau magma sedang kental, gasnya tidak banyak, aman-aman saja," jelas dia.

6 dari 6 halaman

Bagaiamana dengan Tangkuban Parahu?

Tak hanya Gunung Krakatau, dia juga mengungkapkan, kondisi Gunung Tangkuban Parahu di Jawa Barat akan aman-aman saja. Dikatakannya, meski getaran mencapai Sukabumi, gempa Bayah Banten tersebut tak akan terpengaruh terhadap aktivitas magma Gunung Tangkuban Parahu.

"Sama seperti ke Tangkuban Parahu jarak cukup jauh, percepatan getaran tanahnya sudah melemah (atenuasi) dan data skalai intensitasnya relatif kecil II hingga III MMI," jelas dia.

Dia menambahkan, peristiwa erupsi Gunung Parahu beberapa waktu lalu merupakan erupsi reaktif. Letusan itu, kata Daryono, akibat akumulasi uap air.

"Jadi bukan magmatik. Kayak orang masak air, jomplang tutup. Enggak terlalu bahaya. Cuman ada kepanikan karena abunya menyembur. Atasnya ada tumpukan materil vulkanik, yang didorong tekanan uap dari bawah itu," jelas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.