Sukses

Duka PPNI Atas Wafatnya Perawat yang Bertugas di Papua

Yang sangat memperihatinkan jangankan mengevakuasi saat sedang sakit, untuk evakuasi jenazah sang perawat itu baru dapat dilaksanakan setelah empat hari.

Liputan6.com, Jakarta - Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) berduka cita sedalam-dalamnya atas meninggalnya Perawat Patra Marinna Jauhari (31 tahun) di Kampung Oya, Distrik Naikere, Kabupaten Teluk Wandoma, Provinsi Papua Barat.

Ketua Umum DPP PPNI, Harif Fadhillah, menyampaikan penghargaan dan apresiasi yang tinggi kepada Patra atas pengabdiannya dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat pedalaman di Papua Barat.

Almarhum Patra Marina Jauhari terlahir di Seriti, 18 Januari 1988 terakhir bertugas di Pustu Oya, distrik Naikere, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat. Almarhum adalah PNS Pemda Kabupaten Teluk Wondama sejak 2009.  Sejak 8 April 2019 mengikuti program Pemda yaitu program Pelayanan Desa Terpencil. 

Kampung Oya hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama empat hari atau jika menggunakan helikopter biaya sewanya cukup mahal yaitu 5 juta per jam. Informasi meninggalnya almarhum diterima di kabupaten Induk pada Jumat 21 Juni 2019, sekitar pukul 13.30 WIT, namun almarhum dinyatakan sudah meninggal sejak Selasa 18 Juni 2019. 

"Karena susahnya transportasi dan komunikasi dari tempat tugas, jenazah baru bisa dibawa ke kabupaten Induk tanggal 22 Juni 2019," kata Harif dalam keterangannya, Selasa (25/6/2019).

Informasi yang PPNI dapatkan bahwa penyebab kematian Patra dikarenakan sakit. Di tempat bertugas, ia tinggal seorang diri sebagai tenaga kesehatan dengan keterbatasan logistik dan obat-obatan serta ketiadaan transportasi dan alat komunikasi. 

"Yang sangat memperihatinkan jangankan mengevakuasi saat sedang sakit, untuk evakuasi jenazah almarhum Patra pun setelah empat hari baru dapat dilaksanakan. Patra seharusnya sudah selesai bertugas dan akan dijemput menggunakan helikopter, tapi sampai berhari-hari sampai kondisi sakit dan mengembuskan nafas terakhir Patra tidak kunjung dijemput oleh Pemda," sesal Harif.

Menurut informasi PPNI setempat, instansi Pemda yang menugaskan dan yang mengelola program adalah Dinas Kesejahteraan rakyat (Kesra) yaitu Program Pelayanan Desa Terpencil.

Kematian Patra terbilang tragis karena meninggal dalam kesendirian tanpa teman dan keluarga maupun kerabat yang mendampingi. Saat sakit dan kritis, Patra didampingi warga setempat yang menganggapnya sudah seperti keluarga sendiri. Karena selama bertugas diterima warga. Bahkan sejak sakit ada perwakilan warga kampung yang pergi ke kota untuk melaporkan kondisi Patra.

"Patra mungkin bisa tertolong jika pihak pemerintah daerah cepat merespon laporannya terkait kondisi Patra dan minta segera di lakukan pertolongan," ujarnya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Layani Ratusan Orang

PPNI mengingatkan, satu orang seperti Patra dapat menangani berpuluh bahkan ratusan orang yang memerlukan pelayanan kesehatan. Maka jaminan atas kelancaran tugas dan kesejahteraan lahir dan batin perawat perawat yang bertugas seperti Patra harus lebih mendapat perhatian.

PPNI menyerukan kepada pemerintah agar menjamin kelancaran dan kondisi kerja perawat dalam melaksanakan tugas di daerah dengan keterbatasan. Baik dalam bentuk sarana transportasi dan komunikasi untuk pelaksanaan tugas, ketersediaan logistik (termasuk logistik petugas) yang cukup dan tunjangan pengabdian yang memadai serta jaminan keamanan. 

PPNI juga menuntut negara memberikan penghargaan kepada Patra Marinna Jauhari atas pengabdiannya di daerah terbatas, dan memberikan perhatian serta bantuan kepada keluarga yang ditinggalkan mengingat Patra adalah tulang punggung keluarga.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.