Sukses

Menristekdikti: Negara Maju Bukan Banyak Penduduk, tapi Berinovasi Teknologi

Menristekdikti M. Nasir membuka Sidang Komisi C Majelis Senat Akademik Perguruan Negeri Badan Hukum (MSA PTN-BH) di Semarang.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristekdikti) M. Nasir membuka Sidang Komisi C Majelis Senat Akademik Perguruan Negeri Badan Hukum (MSA PTN-BH) di Hotel Candi Semarang, Jawa Tengah. Universitas Diponogoro selaku tuan rumah acara ini mengangkat tema Pengembangan Sumber Daya PTN-BH untuk Prioritas Pembangunan.

Dalam sambutannya, Menristekdikti M Nasir menegaskan kepada delegasi dari 11 PTN BH di Indonesia bahwa negara yang maju bukanlah negara yang memiliki jumlah penduduk besar ataupun luas wilayahnya, melainkan mereka yang berinovasi.

"Di dunia negara yang maju bukan karena jumlah penduduk yang besar, buka luas negaranya yang besar, negara yang maju (adalah) negara yang berinovasi dalam teknologi, oleh karena itu negara yang tidak berinovasi akan leave," kata Nasir.

Sementara itu, Rektor Universitas Diponogoro, Yos Johan Utama meminta kepada Menristekdikti agar pengurusan terkait guru besar bisa otonom di masing-masing perguruan tinggi. Hal ini agar kementerian tidak terlalu sibuk.

"Berikan kami mandat kemandirian dalam mengatur guru besar, paling tidak rektor kepala. Ini akan mengurangi beban di pusat," kata Yos.

PTN BH merupakan perguruan tinggi negeri yang didirikan oleh pemerintah yang berstatus sebagai badan hukum publik yang otonom. Dahulu dikenal sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN) dan Badan Hukum Pendidikan (BHP).

Sampai saat ini, ada 11 PTN BH di Indonesia, yakni Universitas Sumatera Utara, Institut Pertanian Bogor, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Padjadjaran, Universitas Hasanuddin, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dan Universitas Diponogoro.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.