Sukses

Di Tahanan, Idrus Marham Tulis Buku Kajian Keislaman

Buku ini merupakan kumpulan materi yang dibahas dan disampaikan Idrus Marham saat mengisi kajian di Masjid At Taubah, Guntur.

Liputan6.com, Jakarta Terdakwa kasus suap proyek PLTU Riau-1, Idrus Marham menjalani sidang lanjutan dengan agenda pembacaan nota pembelaan atau pledoi, Kamis (28/3/2019). Di hadapan majelis hakim, Idrus memaparkan berbagai pencapaiannya selama delapan bulan menjabat Menteri Sosial.

Pada kesempatan itu, Idrus juga menyebutkan, telah menulis sebuah buku bertema kajian keislaman selama ditahan di Rutan Pomdam Jaya Guntur.

"Dan alhamdulillah, saya sudah membuat buku 15 buah. Terakhir, ketika saya dalam tahanan, saya membuat satu buku dengan judul Membangun Ghirah: Kajian Keislaman," kata Idrus Marhamdi hadapan majelis hakim di Pengadilan Tipikor pada PN Jakarta Pusat, Jakarta.

Buku ini merupakan kumpulan materi yang dibahas dan disampaikan Idrus saat mengisi kajian di Masjid At Taubah, Guntur.

"Ini yang saya berikan saat ceramah-ceramah di masjid sana dan itu saya bagikan buku itu sebagai warisan ilmiah. Dan saya terbitkan. Jadi ada 15 judul (buku saya)," kata Idrus Marham.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Klaim Pelopori Debat Capres

Dia menjelaskan "Ghirah" bermakna semangat atau keinginan yang tinggi untuk kembali pada ajaran agama, menjaga marwah agama, dengan terus belajar dan berikhtiar menjadi pribadi yang bermartabat dalam memperjuangkan keadilan, selaras dengan ajaran Islam sebagai rahmat bagi dunia.

Buku inipun kemudian dibagikan Idrus kepada peserta sidang yang hadir.

Selain memamerkan prestasi dan bukunya, Idrus mengklaim dia lah yang mempelopori debat capres pada 2004 saat menjadi Ketua Umum KNPI.

"Di republik ini orang harus tahu yang mempelopori debat presiden adalah KNPI ketika saya pimpin tahun 2004. Pada waktu itu kita hadapkan antara SBY, JK dengan Amien Rais," jelasnya.

"Kalau ada yang bangga dengan debat presiden, harus berterima kasih kepada idea maker-nya, dan siapa yang pertama kali mengadakan. Yang pertama kali mengadakan adalah KNPI pada zaman saya, saya sebagai ketua umum," pungkas mantan Sekjen Partai Golkar ini.

 

Reporter: Hari Ariyanti

Sumber: Merdeka

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.