Sukses

Dirjen Penanganan Fakir Miskin Prediksi Program Bekerja Lebih Cepat Menurunkan Kemiskinan di Pedesaan

Dirjen Penanganan Fakir Miskin optimistis program Bekerja lebih cepat turunkan angka kemiskinan.

Liputan6.com, Surabaya Direktur Jenderal Penanganan Fakir Miskin (PFM) Kementerian Sosial RI, Andi Za Dulung, optimistis Program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (Bekerja) mampu menurunkan angka kemiskinan di Indonesia lebih cepat menurun. Hal itu disampaikkannya usai melakukan penandatanganan kerja sama program Bekerja bersama Menteri Pertanian dan Jementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT). 

"Optimis program ini akan menurunkan angka kemiskinan secara permanen," ujarnya, di Hotel Vasa Surabaya, Selasa, (7/8/2018). 

Walaupun begitu, Andi melihat program Bekerja akan lebih cepat menurunkan angka kemiskinan di pedesaan dibandingkan di perkotaan meski angka kemiskinan di pedesaan jauh lebih besar. Sebab, penerapan program  Bekerja lebih mudah diterapkan di pedesaan.

"Sasaran program ini kan petani. Jadi, lebih besar fokusnya ada di pedesaan. Terus terang saya sangat senang karena di pedesaan lebih banyak angka kemiskinannya dan lebih di fokuskan. Jika ketiga menteri ini bersinergi, otomatis lebih cepat dan memudahkan dalam menurunkan angka kemiskinan di pedesaan," ucapnya

Selama ini, Kementerian Sosial menangani kondisi sosial yang terjadi di masyarakat. Tak hanya kalangan petani, tetapi semua masyarakat yang masuk dalam kategori miskin juga ditangani langsung.

Selain melakukan monitoring, pihaknya juga akan meminta pertanggungjawaban Pemerintah Daerah terkait untuk melaporkan hasil penerapan  program Bekerja di lapangan.

"Sebenarnya enam bulan sekali kita lakukan evaluasi dan perubahan data, namun Pemda lebih punya tanggungjawab untuk melaporkan warganya, berapa yang meninggal dan berapa yang sudah pindah. Termasuk perkembangan- perkembangan dalam penerapan program Bekerja ini," kata Andi.

Berdasarkan catatan yang ada di Kementerian sosial, persentase penduduk miskin menurut Perkotaan dan Pedesaan sejak September 2016 hingga Maret 2018, terjadi disparitas yang sangat tinggi antara kemiskinan perkotaan dan pedesaan. 

Adapun persentasenya adalah pada September 2016 jumlah kemisikinan di perkotaan sebesar 7,73 persen, sedangkan pedesaan mencapai 13,98 persen. Pada Maret 2017, persentase di perkotaan menunjukkan angka 7,72 persen, sedangkan di pedesaan sebesar 13,93 persen. Lebih lanjut, pada September 2017 di perkotaan 7,28 persen dan di pedesaan 13,47 persen. Pada Maret 2018 di perkotaan sebesar 7,02 persen, sedangkan di pedesaan mencapai 13,20 persen.

Sementara itu, persentase penduduk  miskin secara keseluruhan mengalami penurunan sebesar 0,30 persen, dari 10,12 persen pada September 2017 menjadi 9,82 persen pada Maret 2018. Atau, menurun sekitar 0,63 juta orang dari 26,58 juta ditahun 2017 menjadi 25,95 juta orang.   

Prosentase penduduk miskin menurut Provinsi pada Maret 2018, Kementerian Sosial  mencatat ada lima provinsi term asuk kategori penurunan persentase penduduk miskin tertinggi, diantaranya, Jawa Tengah (0,91 persen), Sulawesi Selatan (0,43 persen), Jawa Barat (0,38 persen), Banten (0,30 persen), dan Sulawesi Tenggara (0,35 persen).

 

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.