Sukses

PBNU Soal Masjid Radikal: Pesan khotbah Harus Bisa Tingkatkan Ketakwaan

PBNU menyayangkan masjid yang dikelola dengan APBN disalahgunakan untuk kepenringan pemaham ekstrim.

Liputan6.com, Jakarta - Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) menyesalkan temuan Rumah Kebangsaan dan Dewan Pengawas Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M). Survei lembaga itu, mengungkapkan ada 41 masjid di lingkungan kantor kementerian, lembaga negara dan BUMN digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan radikalisme dalam khotbah jumat.

Menurut Ketua PBNU Bidang Lembaga Takmir Masjid dan Lembaga Dakwah NU (LTM dan LDNU), KH Abdul Manan, masjid hendaknya digunakan sebagai tempat menebarkan pesan yang dapat meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan.

"Sejak awal dibangun masjid dihajatkan untuk membangun nilai-nilai ketakwaan," jelasnya dalam konferensi pers di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Minggu (8/7/2018).

Ibadah memiliki esensi ketundukan dan kepatuhan kepada Allah SWT. Karena itulah harusnya setiap khotbah jangan sampai berisi narasi arogansi dan provokasi yang berpotensi memecah belah umat.

"Jadi khotbah harus memotivasi, mengajak orang untuk lebih bertakwa. Kalau sudah bertakwa di BUMN, dimana-mana jauh dari korupsi, nepotisme dan macam-macam," cetusnya.

"Masjidnya harus memotivasi dan secara internal baik pejabat dan karyawan akan bertakwa karena bertakwa adalah pesan pertama dari Gusti Allah," sambungnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dikelola APBN

Pihaknya menyayangkan jika masjid yang dikelola dengan dana APBN justru menjadi tempat penyebaran bibit radikalisme. Ia lantas membandingkannya dengan masjid di lingkungan NU.

"Masjid di PBNU kalau tak setuju dengan penguasa, mendoakan penguasa agar memperbaiki dirinya. Kecuali orasi politik di luar bukan forum jumatan silakan saja," jelasnya.

 

Reporter: Hari Ariyanti 

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan video pilihan di bawah ini

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.